Jumat, 24 Desember 2010

Your Urgent Response



Dear Friend,
I am Mr Jubril Hassan, the director in charge of auditing and accounting section of Bank of Africa (BOA) Ouagadougou Burkina-Faso West-Africa. I would like you to indicate your interest to receive the transfer of $9.8 Million Dollars. I will like you to stand as the next of kin to our late customer whose account is presently dormant for claims. Please once you are interested kindly send me the following details information below,

1.Your full name:...........
2.Resident address:........
3.Private phone........
4.fax numbers:...............
5.Country :................
6.Occupation:..............
7.Age:.........
8.sex........

I shall send you more details as soon as i hear from you.

Regards,
Mr. Jubril Hassan,

Selasa, 30 November 2010

DOKTER SERIBU RUPIAH

DOKTER SERIBU RUPIAH

Klinik dokter F.X. Soedanto terletak di Jayapura. Sudah 33 tahun
ia mengabdi di sana. Masyarakat mengenalnya sebagai "Dokter Seribu
Rupiah" sebab ia hanya mengenakan biaya Rp1.000, 00 bagi tiap pasien
yang berobat. Soedanto bahkan rela tidak dibayar jika pasien
benar-benar tak mampu. Semua ini ia lakukan untuk menolong orang
miskin. Apakah dokter lima anak ini bisa hidup nyaman dengan
penghasilan sekecil itu? Untuk hidup mewah memang tidak bisa. Ia
hidup bersahaja. Ken-daraannya hanya sebuah mobil tua. Namun, kepada
seorang wartawan ia berkata, "Semuanya cukup bagi kami."

Kepuasan hidup tidak ditentukan dari banyak sedikitnya harta. Dalam
Mazmur 37, pemazmur membandingkan antara hidup orang fasik dan orang
benar. Orang fasik bisa saja punya harta berlimpah (ayat 16) yang
diperoleh dengan cara menipu (ayat 21), menindas orang miskin, dan
mengalahkan orang jujur (ayat 14). Namun, semua harta itu tak akan
mampu membahagiakan hidupnya. Tanpa penyertaan Tuhan, semua yang ia
kumpulkan bisa habis dalam sekejap (ayat 20). Sebaliknya, orang
benar disertai Tuhan. Harta bendanya mungkin sedikit, tetapi berkat
dan pertolongan Tuhan menjaga tiap langkahnya. Dengan demikian, ia
bisa mengalami kecukupan. Kenyang pada hari-hari kelaparan, bahkan
masih bisa memberi pinjaman!

Jika Anda percaya bahwa masa depan Anda bergantung pada jumlah harta
simpanan, Anda bisa menjadi seorang penimbun yang serakah. Ingatlah
bahwa faktor penyertaan Tuhan adalah penentu masa depan. Yakinilah
itu, Anda akan menjadi seorang benar yang pemurah --JTI

KEPUASAN HIDUP TERCAPAI BUKAN KARENA KITA MEMILIKI BANYAK
MELAINKAN KARENA KITA BISA MEMBERI BANYAK

Ayat Alkitab: Mazmur 37:12-26

12 Orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan
menggertakkan giginya terhadap dia;

13 Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa
harinya sudah dekat.

14 Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur busur mereka
untuk merobohkan orang-orang sengsara dan orang-orang miskin,
untuk membunuh orang-orang yang hidup jujur;

15 tetapi pedang mereka akan menikam dada mereka sendiri, dan busur
mereka akan dipatahkan.

16 Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang
berlimpah-limpah pada orang fasik;

17 sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang
orang-orang benar.

18 TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka
mereka akan tetap selama-lamanya;

19 mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan
mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan.

20 Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti
keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap
bagaikan asap.

21 Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang
benar adalah pengasih dan pemurah.

22 Sesungguhnya, orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi
negeri, tetapi orang-orang yang dikutuki-Nya akan dilenyapkan.

23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan
kepada-Nya;

24 apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN
menopang tangannya.

25 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah
kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya
meminta-minta roti;

26 tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan
anak cucunya menjadi berkat.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

0 ;A.A.A.-D/1 <dion.gideon.dion@blogger.com>
Subject: Mencuci bersih
Date: Tue, 30 Nov 2010 18:53:37 +0700
Message-ID: <zGpBfKt0Q1nn.zYXmCsQC@smtp.mail.Yahoo.co.id>
X-Mailer: EPOC Email Version 2.10
MIME-Version: 1.0
Content-Language: i-default
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

MENCUCI BERSIH =20

Di Amerika ada seorang pemuda yg dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena =
kedapatan mabuk . Hukumannya adl mulutnya dicuci dgn 2 batang sabun, karena =
dlm mabuknya ia mencaci maki seorang polisi. Dapat qta bayangkan ! Mulut =
orang itu akan pecah2 & bengkak2 karena dicuci dengan 2 batang sabun. =
Tetapi, saya merasa yakin bahwa kekotoran mulutnya itu akan tetap terulang =
karena sumber dari suara itu belum dibersihkan. "Karena yg diucapkan mulut =
meluap dari hati"(Mat 12:34b ) Kita tahu bahwa sumber segala perbuatan kita =
adl hati kita. "Jagalah hatimu dgn segala kewaspadaan, karena dari situlah =
terpancar kehidupan" (Amsal 4:23). Dan, ada suatu kuasa yg dapat mencuci =
bersih hati kita & menguduskannya, yaitu Firman Tuhan. Kalau kita mendengar =
Firman Tuhan lalu mempercayainya & kemudian melakukannya, maka sumber itu =
akan disucikan, sehingga setiap kata & perbuatan kita menjadi lebih =
baik....


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

0 ;A.A.A.-D/1 <dion.gideon.dion@blogger.com>
Subject: "HatiKU tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu"
Date: Tue, 30 Nov 2010 18:52:58 +0700
Message-ID: <zNkMGSjhDlmj.2PB22Zw4@smtp.mail.Yahoo.co.id>
X-Mailer: EPOC Email Version 2.10
MIME-Version: 1.0
Content-Language: i-default
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu".
(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)

"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan =
naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak =
berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, =
orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka =
pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang =
banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang =
lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. =
Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh =
belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku =
dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang =
dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya =
kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk =
mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada =
mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi =
beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. =
Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, =
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu =
murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya =
makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti =
yang sisa, tujuh bakul penuh." (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta =
Gembira hari ini. =20
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta B.Dionisius dan =
Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan =
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
=C2=95 Orang-orang miskin dan berkekurangan kiranya masih cukup banyak di =
masyarakat atau Negara kita, apalagi dengan adanya musibah atau bencana =
alam yang menghancurkan berbagai macam sarana dan harta benda akhir-akhir =
ini, entah itu gempa bumi, tsunami, banjir, gunung berapi meletus, dst.. =
Dalam perjalanan melakasanakan tugasNya Yesus menghadapi ribuan orang yang =
kelaparan dan kelelahan dan HatiNya pun tergerak oleh belas kasihan kepada =
orang banyak itu. Hati tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang =
lapar, haus, menderita atau menjadi korban bencana alam atau musibah =
rasanya untuk masa kini juga merupakan salah satu bentuk penghayatan =
kemartiran hidup iman atau agama kita. Maka dengan ini kami mengajak dan =
mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati `membuka hati' bagi mereka =
yang miskin, berkekurangan atau menjadi korban bencana alam. `Membuka hati' =
berarti memberi perhatian, dan perhatian yang dimaksudkan bukan sekedar =
omongan atau kata-kata belaka, melainkan menjadi nyata dalam perbuatan atau =
tindakan pengorbanan. Marilah kita sisihkan sebagian harta benda atau =
kekayaan kita dan kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan =
berkekurangan atau menjadi korban bencana alam atau musibah. Jika kita =
tidak mungkin menyalurkan secara langsung sumbangan tersebut, kiranya kita =
dapat menyalurkan melalui aneka macam LSM yang bergerak dalam pelayanan =
bagi mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana =
alam/musibah.=20
=C2=95 "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya =
kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita =
bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" =
(Yes 25:9), demikian kata orang-orang menanggapi ramalan Yesaya perihal =
kedatangan Penyelamat Dunia. Segala macam bentuk perhatian kita kepada =
sesama, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan, kiranya akan =
membangkitkan hati mereka sehingga mereka pun akan berkata sebagaimana saya =
kutipkan di atas ini: "Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita =
bersorak-sorai dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakanNya". =
Keselamatan dari Tuhan antara lain dapat terwujud melalui perhatian kita =
kepada saudara-saudari kita, maka marilah kita saling memperhatikan, dan =
secara khusus kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di =
lingkungan hidup kita masing-masing, di masyarakat atau tempat kerja kita. =
Marilah kita perhatikan mereka yang sedih, murung atau frustrasi agar =
mereka bersedia untuk bersorak-sorai dan bersukacita; kita boroskan waktu =
dan tenaga kita bagi mereka yang sedih, murung dan frustrasi sebagai tanda =
kasih atau perhatian kita. Pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih =
atau terperhatikan merupakan bentuk kasih atau perhatian yang mulia dan =
luar biasa, maka dengan ini kami juga mengingatkan kita semua untuk dengan =
rendah hati memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, misalnya suami =
atau isteri kita, anak-anak kita, rekan sekomunitas/kerja dst.. Biarlah di =
hari Natal nanti kita semua dapat bersorak-sorai dan bersukaria dengan =
segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga.=20

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di =
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia =
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena =
nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut =
bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang =
menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; =
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan =
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam =
dalam rumah TUHAN sepanjang masa"
(Mzm 23)

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

0 ;A.A.A.-D/1 <dion.gideon.dion@blogger.com>
Subject: Rumania: Richard Wurmbrand
Date: Tue, 30 Nov 2010 18:51:52 +0700
Message-ID: <3TlWKrZBQjzG.BhpJFcP5@smtp.mail.Yahoo.co.id>
X-Mailer: EPOC Email Version 2.10
MIME-Version: 1.0
Content-Language: i-default
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

RUMANIA: RICHARD WURMBRAND

"Saya mengagumi orang-orang Komunis." Kalimat itu kelihatannya aneh
keluar dari seorang pendeta yang telah menghabiskan empat belas
tahun di penjara Komunis. Namun Richard Wurmbrand tulus saat
mengatakan kalimat itu.

"Banyak orang Komunis rela mati untuk membela Utopia [sistem sosial
politik yang sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan) dan
sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan, Red.] mereka.
Dibanding beberapa orang yang saya jumpai di gereja, mereka lebih
berkomitmen sampai usaha yang penghabisan."

Dalam setiap orang yang memusuhinya, Richard Wurmbrand melihat
seorang yang berpotensi menjadi seorang Kristen dan temannya. =
Dengan
mengasihi lawan-lawannya, ia tidak hanya melihat banyak orang =
datang
untuk mengenal Kristus, namun juga meningkatkan peluang-peluangnya
untuk bersaksi.

"Ketika mereka memanggil saya 'Yahudi kotor' dan memberitahu setiap
orang untuk tidak membaca buku saya, orang-orang segera keluar =
untuk
melihat apa yang akan dikatakan oleh 'Yahudi kotor' ini," katanya
sambil tertawa kecil. "Saya menyambut siapa pun yang telah melawan
saya. Orang lain tidak selalu tertarik pada apa yang Anda katakan.
Anda perlu menantang mereka pada Kebenaran sebelum Anda membagikan
iman Anda. Untuk melakukan hal ini Anda harus mengerti dari mana
mereka datang dan bisa berbicara dengan pintar. Namun kita juga
harus ingat untuk selalu berbicara dalam kasih."

Kalimat-kalimat Richard Wurmbrand bukanlah kalimat-kalimat idealis
yang tidak ia jalankan. Ia dan istrinya, Sabina, pernah menyambut
seorang prajurit Nazi dalam rumah mereka. Ia dulunya bekerja di =
kamp
konsentrasi terkenal yang menjadi tempat semua anggota keluarga
Sabina dibunuh. Ketika prajurit itu melihat pengampunan dan kasih
mereka baginya, ia dimenangkan bagi Kerajaan Tuhan.

(Catatan: Pernyataan-pernyataan ini dibuat dalam salah satu
wawancara dengan Richard Wurmbrand sesaat sebelum ia meninggal pada
bulan Februari 2001 yang lalu.)

Yesus mengajar kita bahwa orang lain akan mengenali iman kita
melalui kasih kita terutama saat kasih itu muncul menghadapi
penentangan. Bagaimana kita memperlakukan musuh-musuh kita sama
pentingnya dengan bagaimana kita memperlakukan mereka dalam =
keluarga
Kristen kita sendiri. Pada kenyataannya, tanggapan kita pada kritik
seringkali menimbulkan pernyataan yang lebih hebat bagi Kekristenan
daripada contoh lainnya. Saat orang-orang percaya mempraktikkan
prinsip iman Kristen yang penuh kuasa ini, mereka membedakan diri
mereka sendiri dari dunia. Tanggapan yang wajar terhadap =
penentangan
adalah menolaknya atau membalasnya. Namun sebaliknya, orang-orang
percaya berupaya memahami mereka, bukan menentangnya. Penentangan,
jika ditempatkan pada cara pandang yang benar, seharusnya diterima
sebagai peluang untuk melatih iman dan meneladani perintah-perintah
Kristus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Devosi Total
Judul asli buku: Extreme Devotion
Penulis: The Voice of the Martyrs
Penerjemah: Fintawati Raharjo, Irwan Haryanto
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005
Halaman: 18
______________________________________________________________________

Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan
orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima
hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta
yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. (Ibrani 10:34)
< http://alkitab.sabda.org/?Ibrani+10:34 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

1. Doakan saudara seiman kita yang rela dipenjara dan mengalami
berbagai tekanan untuk membela Kekristenan dalam pelayanan
mereka.

2. Doakan agar Tuhan memampukan setiap orang percaya untuk
mempraktikkan prinsip iman Kristen dengan menunjukkan kasih
kepada setiap orang, sekalipun mengalami penentangan.

3. Doakan setiap orang percaya agar mampu memandang segala sesuatu
dengan cara pandang yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
__________________________________________

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Jumat, 26 November 2010

Hendaklah kamu juga siap sedia...

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

Menghadapi apa saja yang baru pada umumnya orang bergairah dan penuh pengharapan. Pasangan suami-isteri yang baru saja saling berjanji untuk hidup bersama kiranya memiliki segudang harapan, antara lain semakin saling mengasihi serta kelahiran anak sebagai anugerah Tuhan; pelajar atau mahasiswa baru berhadap sukses dalam belajar, pegawai baru berharap sukses di dalam kerja, pejabat baru berharap sukses dalam melayani, dst… Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa Adven, dimana kurang lebih empat minggu kita diajak mempersiapkan diri dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang memenuhi janjiNya untuk memperbaharui dunia seisinya. Memasuki Tahun Baru Liturgi ini kita diharapkan bergairah dan penuh pengharapan, sebagaimana dipesankan dalam Warta Gembira hari ini, maka baiklah kita renungkan pesan tersebut.

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Mat 24:44)
Kedatangan Anak Manusia kiranya dapat diartikan `Hari Kelahiran Penyelamat Dunia' alias pesta Natal atau saat kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Hari pesta Natal kiranya dapat kita duga karena telah ditentukan jauh sebelumnya, namun kapan kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia kiranya sebagai umat beriman kita tidak tahu, maka baiklah `kedatangan Anak Manusia' kita fahami ketika kita dipanggil Tuhan. Maka marilah kita senantiasa dalam keadaan siap sedia untuk dipanggil Tuhan serta berharap hidup mulia selama-lamanya di sorga.

Orang yang `siap sedia' pada umumnya dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual, menarik, mempesona dan memikat. Orang yang `siap sedia' juga dalam keadaan bersih alias suci serta dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk mempersembahkan diri terhadap panggilan Tuhan dalam pelayanan kepada sesamanya. Maka marilah memasuki masa Adven ini kita mawas diri sejauh mana kita dalam keadaan siap siaga atau siap sedia untuk menanggapi panggilan Tuhan, entah itu berarti meninggal dunia atau melakukan sesuatu sesuai dengan kehendakNya. Sebagai bantuan untuk mawas diri saya angkat beberapa hal sebagai berikut:
• Panggilan sebagai ciptaan Tuhan: kita diciptakan oleh Tuhan sebagai gambar atau citraNya, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita orang dapat melihat Tuhan yang hidup dan berkarya. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, lebih-lebih dan terutama bagi kebaikan atau keselamatan jiwa, dengan demikian semakin tambah usia atau berpengalaman dalam hidup berarti kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
• Panggilan sebagai orang yang telah dibaptis atau beriman kepada Yesus Kristus: ketika dibaptis kita berjanji untuk hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan, dengan kata lain kita berjanji untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur, meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus serta melaksanakan sabda-sabdaNya. Cara hidup dan cara bertindak kita seperti yang dihayati oleh jemaat purba, yaitu bahwa "kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" (Kis 4:32-33).
Dari dua jati diri kita masing-masing tersebut baiklah kita sungguh mawas diri dan jika kita belum atau tidak setia pada panggilan kita baiklah kita mempersiapkan diri untuk mohon kasih pengampunan Tuhan dengan menerima Sakramen Tobat sebelum mengenangkan kedatangan Tuhan, Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

"Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati" (Rm 13: 12-13)
Sapaan atau peringatan Paulus kepada di Roma di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita dalam memasuki Adven atau Tahun Baru Liturgi. Kita diingatkan untuk `meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang: hidup sopan, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati". Maka baiklah secara sederhana saya kembangkan peringatan Paulus tersebut sebagai bantuan untuk mawas diri bagi kita semua:
• Meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Berbagai bentuk perbuatan kegelapan yang harus kita tinggalkan dengan jelas dikatakan oleh Paulus, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, perselisihan dan iri hati. Berbagai bencana alam telah menimbulkan penderitaan bagi banyak orang di negeri kita ini, maka ajakan untuk tidak berpesta pora serta bermabuk-mabukan kiranya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini. Kami berharap para pejabat, petinggi atau orang-orang kaya dapat menjadi teladan dalam meninggalkan pesta pora dan mabuk-mabukan di masa adven ini. Perbuatan cabul rasanya sungguh marak terjadi di sana-sini, entah itu dilakukan secara pribadi atau dengan orang lain, karena dorongan nafsu seksual yang tak terkendalikan. Hendaknya para orangtua serta pendidik atau guru dapat menjadi teladan dalam meninggalkan perbuatan cabul bagi anak-anak atau para peserta didik. Perbuatan iri hati yang berkembang menjadi perselisihan kiranya juga masih marak di sana-sini, entah itu terjadi secara pribadi atau kelompok/golongan/organisasi. Iri hati memang dapat mengarah ke kematian, maka baiklah kita tinggalkan aneka bentuk iri hati dalam diri kita masing-masing.
• Mengenakan perlengkapan senjata perang. Perlengkapan senjata perang yang diingatkan oleh Paulus adalah hidup sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan, dengan kata lain sopan berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia alias tidak melecehkan atau merendahkan yang lain. Cara berpakaian sopan merupakan salah satu bentuk penghayatan yang kiranya baik kita hayati, maka kami berharap hendaknya jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga merangsang oleh lain untuk berpikiran jahat serta kemudian melakukan kejahatan. Berkata-kata sopan juga merupakan cara hidup yang baik kita lakukan. Cara berpakaian maupun berkata-kata hemat saya mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan alias cermin dari hati, apa yang menjadi perhatian dalam hidupnya. Sopan santun hendaknya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian dikembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" (Mzm 122:1-2.4-7)

Langit dan bumi segera berlalu...

"Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu"
(Why 20: 1-4.11-21:2: Luk 21:29-33)

"Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Luk 21:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• "Gedung gereja, gedung sekolah katolik dll. dibakar tidak apa-apa, karena hatiku pun terbakar untuk mencinta", demikian kurang lebih reaksi seorang tokoh dewan paroki Situbondo ketika terjadi pembakaran gedung gereja dan sekolah katolik. Reaksi ini sungguh merupakan cermin orang yang beriman sejati, yang hidup dan bertindak sesuai kehendak Yang Ilahi/Tuhan, lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia daripada aneka jenis harta benda duniawi. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu", demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya mengingatkan kita semua akan arti dan pentingnya sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci maupun charisma pendiri Lembaga Hidup Bakti. Kitab Suci yang ditulis ratusan tahun yang lalu sampai kini masih up to date , demikian pula charisma para pendiri Lembaga Hidup Bakti, yang memang juga bersumber dari Kitab Suci. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk tidak pernah melupakan sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari. Maaf, apa yang saya kutipkan dan refleksikan setiap hari adalah dari Kitab Suci, maka dengan rendah hati saya rela jika apa yang saya kutip dan refleksikan secara sederhana setiap hari dapat dibacakan entah untuk diri sendiri atau bersama orang lain, dengan harapan agar kita semakin hidup dan bertindak sesuai sabda/kehendak Tuhan. Tulisan saya akan disebar-luaskan ke mana-mana silahkan. Marilah meneladan Yesus yang kedatanganNya untuk melakukan kehendak Allah, sebagaimana disabdakanNya:"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."(Yoh 4:34).
• "Setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu" (Why 20:15). "Tertulis di dalam kitab kehidupan" berarti hidup suci, baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga dalam situasi dan kondisi apapun, baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, tetap hidup bergairah, gembira dan dinamis, karena Tuhan senantiasa hidup dan berkarya dalam dirinya. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua yang telah dibaptis serta mengenakan nama baptis dalam nama diri kita masing-masing. Nama baptis tidak hanya untuk dibanggakan saja atau sekedar formalitas, namun hendaknya sungguh bermakna. Dengan menambah nama baptis pada nama kita masing-masing, santa atau santo, kita diharapkan hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak santo atau santa yang menjadi nama baptis atau pelindung kita. Para santo dan santa hemat saya sungguh dijiwai oleh sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak mereka selama hidup di dunia ini, antara mereka tergerak dan tersentuh oleh satu dua ayat atau kata-kata yang tertulis di dalam Kitab Suci. Demikian pula para uskup juga mengambil kata-kata dari Kitab Suci sebagai motto pelayanan mereka, para imam, bruder atau suster ketika ditahbiskan atau kaul akhir juga menuliskan motto dari Kitab Suci sebagai acuan cara hidup dan cara bertindaknya, dst.. , tak ketinggalan pula para penganten baru ketika saling berjanji untuk menjadi suami-isteri juga mengambil motto hidup bersama dari Kitab Suci. Marilah kita kenangkan dan kenali riwayat santo atau santa pelindung kita masing-masing seraya membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci setiap hari. Marilah dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan kita berusaha agar nama-nama kita masing-masing tercatat di dalam `kitab kehidupan', dalam kondisi dan situasi apapun, kapanpun dan dimanapun kita tetap beriman, bergairah, bergembira dan dinamis karena Tuhan senantiasa menyertai dan menjiwai kita. Marilah kita resapkan dan hayati bahwa "langit dan bumi akan berlalu, tetapi Sabda Tuhan tidak akan berlalu"

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" (Mzm 84:3-6) .

Kemerdekaan Oleh Hukum Roh

Kemerdekaan Oleh Hukum Roh

Roma 8: 1-6

8:1. Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam
Kristus Yesus.
8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum
dosa dan hukum maut.
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh
daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam
daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah
menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh.
8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan
damai sejahtera.


Perubahan untuk menjadi anak-anak Allah bisa terjadi sebab Roh, yang memberi
hidup telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (ay.
2). Alkitab Terjemahan Baru Edisi 2 lebih tepat dan mudah dimengerti: "Sebab
hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan engkau dalam Kristus Yesus dari
hukum dosa dan hukum maut."

Ternyata dalam kehidupan ini terdapat dua jenis hukum kehidupan dalam diri
manusia, yaitu hukum dosa dan hukum maut. Kedua hukum inilah yang menyebabkan
roh tidak mampu menguasai seluruh kehidupan manusia, dan manusia tidak mampu
melakukan kehendak Bapa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia terjual
di bawah hukum dosa, artinya manusia terkunci tidak mampu lagi melakukan
kehendak roh seperti rancangan semula.

Tetapi syukurlah ada hukum yang lain, yaitu hukum Roh yang menghidupkan di dalam
atau melalui Kristus. Hukum Roh ini baru ada setelah Tuhan Yesus membuktikan
bahwa Ia mampu mengalahkan dosa dalam daging-Nya (ay. 3). Ia taat, menuruti
kehendak Allah dalam daging-Nya dan berhasil. Dengan demikian Ia dapat
membatalkan hukum dosa dan hukum maut. Sejak itu, manusia dimungkinkan untuk
melakukan kehendak Allah, atau hidup menurut Roh.

Pembebasan manusia atas hukum dosa dan hukum maut dilakukan apabila ada seorang
manusia yang dapat hidup menurut kehendak Roh. Tuhan Yesuslah yang melakukannya.
Ialah yang menciptakan hukum Roh yang menghidupkan. Berkenaan dengan hal ini,
Rasul Paulus menulis pula, "Karena sama seperti semua orang mati dalam
persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam
persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus
sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu
kedatangan-Nya." (1Kor 15:22–23).

Adam pertama menjadi makhluk yang hidup, tetapi Adam yang terakhir—Yesus
Kristus—menjadi roh yang menghidupkan (1Kor. 15:45). Dengan demikian, kita yang
menjadi milik-Nya dan tinggal di dalam-Nya sama sekali tidak akan dihukum (ay.
1) sebab Kristus sudah memerdekakan kita oleh hukum Roh. Tetapi janganlah kabar
baik ini membuat kewaspadaan kita berkurang, sebab syaratnya adalah kita harus
benar-benar menjadi milik-Nya dan tinggal di dalam-Nya.


Kemerdekaan oleh hukum Roh diberikan Tuhan Yesus kepada kita yang tinggal di
dalam-Nya.

Gandum Vs Lalang

Gandum Vs Lalang

‎​Gandum dan lalang adalah dua tanaman yang sangat mirip, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Gandum adalah makanan pokok yang sangat berguna bagi manusia, sedangkan lalang sama sekali tidak berguna. Bahkan lalang lebih banyak menyerap sari makanan dari tanah, sehingga mengganggu pertumbuhan gandum.

Sayangnya lalang dan gandum baru dapat dibedakan ketika bulir-bulir-nya ke-luar. Dan lalang yg dicabut sebelum waktunya bisa membuat gandum turut tercabut. Satu-satu nya cara memisahkan lalang dan gandum adalah dgn menunggunya sampai saat menuai tiba.

Seumpama lalang dan gandum, begitulah orang jahat tetap dibiarkan hidup di dunia ini bersama orang baik, meski mereka membawa penderitaan bagi orang-orang baik. Tuhan mengasihi seluruh ciptaan-Nya, baik yang berbuat jahat atau yang berbuat baik. Dia masih memberi kesempatan kepada yang jahat supaya bertobat, juga memberi kesempatan kepada yang baik untuk terus bertumbuh dalam ketaatan pada firman Tuhan.

Justru dengan adanya "lalang", maka "gandum" ditantang untuk makin tekun bertumbuh, makin tahan uji, dan makin berkualitas. Hari ini kita diajar mengenal hati Allah yang panjang sabar dan mengasihi seluruh isi dunia ini. Dia bersabar karena segala sesuatu ada waktunya; kasih-Nya menerima setiap orang apa adanya. Kasih-Nya memberi kesempatan kepada setiap orang untuk berubah dan bertumbuh lebih baik, bukan cepat menghakimi dan menghukum. Allah memiliki kasih yang besar, yang tidak menyerah untuk terus mengasihi.

Sebagai "gandum" di ladang-Nya, hendaknya kita terus bertumbuh dalam kasih dan kebenaran yang sejati

MESKI LALANG HARUS TUMBUH DI ANTARA GANDUM BIARLAH GANDUM ITU TERUS MERANUM.

"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan."

"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan."
(Why 14;14-20; Luk 21:5-11)

"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Waspada kiranya dapat difahami sebagai `awas pada'. Awas berarti tajam dan tepat dalam melihat, sehingga dapat melangkah ke depan dengan aman dan damai serta tak mudah tersesat. Di akhir tahun liturgy ini kita juga diajak untuk mawas diri apakah kita semakin waspada, sehingga tak mudah disesatkan oleh aneka macam bentuk godaan, rayuan, tipu daya atau jebakan. Saya percaya jika kita setia dalam menghayati iman kita di dalam hidup sehari-hari, maka kita akan menjadi orang yang waspada terhadap aneka macam perisitiwa atau apa yang akan terjadi. Orang yang waspada juga dapat `melihat apa yang akan terjadi', sehingga ia dapat bersiap-siaga.serta membekali diri dengan baik dalam menghadapi apa yang akan terjadi. Aneka macam bentuk penyesatan masih terus terjadi yang dilakukan oleh orang jahat dan tak bermoral, dalam bentuk tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Pada umumnya harta benda atau uang yang menjadi alat penyesatan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang yang masih bersikap mental materialistis. Salah satu cara menghadapi godaan akan harta benda atau uang adalah hidup dan bertindak sederhana, karena dengan demikian juga akan waspada terhadap tawaran-tawaran yang menarik dan mempesona. Sejauh saya dengar melalui aneka informasi konon para calon anggota DPR/DPRD atau kepala daerah sungguh tersesat, karena agar berhasil menjadi anggota DPR/DPRD atau kepala daerah harus memberi `uang pelicin' yang cukup besar. Maka tidak mengherankan ketika mereka menjabat kemudian bersikap mental materialistis. Dampak berikutnya mereka tidak waspada terhadap aneka peristiwa yang terjadi.
• "Aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." (Why 14:14-15). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan dapat melihat sebagaimana digambarkan dalam kutipan di atas ini. Marilah kita lihat apa yang indah, mulia, luhur dan baik dalam diri sesama manusia, binatang maupun tumbuhan atau lingkungan hidup kita. Marilah kita lihat karya Roh dalam diri sesama manusia, antara lain seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Kami percaya dalam diri kita masing-masing atau sesama kita dapat ditemukan buah-buah Roh tersebut. Selanjutnya secara khusus jika kita dapat melihat buah-buah Roh dalam diri kitam marilah kita `ayunkan', artinya kita hayati dalam hidup sehari-hari. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk penyesatan. Buah-buah Roh tersebut semakin diayunkan atau diberikan kepada orang lain tidak akan pernah berkurang sedikitpun, bahkan akan semakin bertambah, semakin mendalam dan handal. Kita semua dipanggil untuk setia dan taat pada malaikat-malaikat yang mendampingi perjalanan hidup, tugas pengutusan kita. Suara dan pendampingannya antara lain berupa tegoran ketika kita akan tersesat atau menyeleweng, dukungan dan peneguhan ketika kita akan berbuat baik. Semoga kita semua senantiasa tergerak untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita.

"Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:10-13)

10 Kualitas Pribadi Orang Kristen

10 Kualitas Pribadi Orang Kristen:

1. KETULUSAN
(Mazmur 11:7, 97:11, 119:80, Amsal 10:29, 11:3, 14:32)
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang Kristen yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak" (Matius 5:37).
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular (Matius 10:16).
Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. RENDAH HATI
(Mazmur 22:26, 25:9, 34:2, 37:11, 149:4, Amsal 3:34, 11:2, 15:33, 16:19, 18:12, 22:4)
Dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang Kristen yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. KESETIAAN
(Mazmur 85:10-11, 145:18, Amsal 16:6, 19:22, Mikha 6:8, Zakharia 7:9, Galatia 5:22, 1 Timotius 6:11, 2 Timotius 2:22)
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang Kristen yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. BERSIKAP POSITIF
(1 Petrus 1:3)
Orang Kristen yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. KECERIAAN
(Matius 5:12, Yohanes 15:11, 16:20, 24, Kisah Para Rasul 2:26, 28, Roma 12:12, 15, 14:17, 15:13, 32, 2 Korintus 2:3, Filipi 1:18)
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang Kristen yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. BERTANGGUNG JAWAB(Bilangan 4:16, Ibrani 13:7)
Orang Kristen yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. PERCAYA DIRI
(2 Korintus 1:24, Filipi 1:27, Kolose 1:23, 2:7, Ibrani 3:14, Ibrani 4:14)
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain.
Orang Kristen yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. KEBESARAN JIWA
(Yesaya 60:5, Roma 3:25, 1 Korintus 13:4,7, 2 Korintus 1:6, Kolose 3:12)Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang Kristen yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. EASY GOING
(Matius 10:26, 28, 31, Matius 14:27, Markus 5:36, Yohanes 14:1, 27)
Orang Kristen yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
Karena dia percaya dan memiliki iman yang teguh kepada Yesus Kristus yang sanggup menolongnya mengatasi segala persoalan hidup.

10. EMPATI
(Matius 7:12, 22:39, Lukas 6:31, Roma 13:9, Galatia 5:14, Yakobus 2:8)
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang Kristen yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Dihakimi Menurut Perbuatan

Dihakimi Menurut Perbuatan

Roma 2: 6-15

2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
2:7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
2:8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang
tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
2:9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat
jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
2:10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang
yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.
2:12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum
Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh
hukum Taurat.
2:13 Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan
Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
2:14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan
diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka
tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka
sendiri.
2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di
dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela.


Apakah kita menganggap hanya orang Kristen saja yang mempunyai kesalehan?
Menganggap bahwa dalam kehidupan orang-orang non-Kristen tidak ada orang-orang
saleh yang memiliki kualitas yang luar biasa dibanding dengan manusia kebanyakan
adalah anggapan yang tidak jujur. Tentu pengertian saleh disini tidak boleh
diukur dengan kesalehan standar sempurna bagi umat Perjanjian Baru.

Bila kita mengamati kesalehan Ayub, maka kita menemukan kesalehan orang
non-Yahudi dan juga non-Kristen yang luar biasa. Ayub hidup pada zaman sebelum
Abraham, dan ia bukan termasuk orang Yahudi umat pilihan Allah (Ayb. 1:1). Tentu
masih banyak lagi orang-orang yang memiliki kesalehan seperti mereka. Demikian
juga Yitro, mertua Musa. Ia orang Midian yang mengenal Allah Israel. Ia memuji
Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah Israel (Kel 18:12).

Mengapa ada orang non-Yahudi dan non-Kristen bisa mengenal Allah, bahkan disebut
imam? Sebab Tuhan yang menulis Taurat-Nya di dalam hati mereka (Rm. 2:15).
Mereka bisa menjadi orang-orang yang berprestasi moral yang baik menurut kitab
yang mereka miliki, yang akan menjadi tolok ukur penghakiman bagi mereka (Why.
20:12–13). Penghakiman yang digambarkan di sini diselenggarakan tidak
berdasarkan iman kepada Juruselamat, tetapi berdasarkan perbuatan (Rm. 2:6).
Tentu ini berlaku bagi mereka yang tidak pernah mendengar Injil. Dalam hal ini,
akan ditemukan orang-orang yang memiliki kasih kepada sesamanya dalam standar
masing-masing, sesuai dengan hukum yang tertulis dalam "kitab-kitab itu".

Siapa berani mengatakan orang sesaleh Ayub masuk neraka? Tuhan itu Mahaadil. Ia
memberi peluang bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil, apakah
mereka memperoleh perkenanan-Nya atau tidak. Jadi penghakiman Allah tidak hanya
untuk menujukkan kesalahan atau menjatuhkan hukuman. Ia bukan Allah yang kejam.
Ia akan menunjukkan keadilan-Nya bagi orang-orang yang dipuji-Nya sebagai tidak
bercela, seperti Ayub (Ayb. 1:8).

Berarti kita harus menerima bahwa nanti ada banyak orang yang tidak pernah
menjadi bangsa Israel, tidak pernah menjadi Kristen, dan tidak pernah dicap
sebagai orang saleh menurut kacamata orang Yahudi dan orang Kristen, tetapi
memasuki kehidupan yang akan datang. Merekalah orang-orang yang melalui
penghakiman lalu diperkenankan masuk sebagai masyarakat dalam dunia yang akan
datang di langit dan bumi yang baru. Tidak mungkin Tuhan menulis Taurat-Nya di
dalam hati manusia hanya sekedar untuk pajangan dan tidak berdampak bagi
manusia.


Kita harus menerima kenyataan bahwa ada orang yang memperoleh perkenanan
Allah melalui penghakiman-Nya lalu memasuki kehidupan yang akan datang.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com/

INISIATIF UNTUK BERBUAT BAIK

INISIATIF UNTUK BERBUAT BAIK

Berniat tidak menambah dosa pada masa tuanya, seorang kakek
memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan dunia luar dan hanya
berdiam diri di kamarnya. Hari-harinya diisi dengan memuji Tuhan dan
membaca firman Tuhan. Ia hanya bisa menikmati dunia luar dari
jendela kamarnya. Suatu hari, kakek itu melihat-dari jendela
kamarnya-seorang anak kecil yang sedang menyeberang jalan tepat di
depan rumahnya. Tiba-tiba beberapa anak berandalan datang
menghampirinya dan merebut uang si anak kecil. Sayangnya, kakek ini
tetap hanya melihat tanpa melakukan tindakan apa pun yang dapat
menyelamatkan anak kecil itu.

Kadang kita menganggap bahwa saat kita tidak melakukan apa-apa, maka
kita telah menghindar dari dosa. Yakobus menuliskan pentingnya
perbuatan baik itu terwujud dalam perbuatan nyata, karena iman tanpa
perbuatan adalah mati (ayat 17). Yakobus bahkan mencontohkan orang
yang berkata: "Selamat jalan, kenakanlah pakaian hangat dan makanlah
sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang
perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (ayat 16). Jika kita tahu
sebuah tindakan itu baik, tetapi tidak kita lakukan, itu sama
artinya kita telah berdosa (Yakobus 4:17).

Kenyataannya, banyak orang melihat kejahatan atau hal-hal yang tidak
baik di sekitarnya memilih untuk diam karena menghindari masalah
yang lebih besar atau sekadar cari aman. Namun, apakah kita punya
keberanian untuk berbuat yang seharusnya? Berdiam diri tidak berarti
menghindari dosa. Sebaliknya, firman Tuhan mengatakan bahwa kita
berdosa jika tidak melakukan apa-apa, padahal kita tahu bagaimana
seharusnya berbuat baik --GK

SEGERALAH AMBIL BAGIAN UNTUK BERTINDAK
SAAT SEBUAH PERBUATAN BAIK TERBUKA UNTUK KITA LAKUKAN

Ayat Alkitab: Yakobus 2:13-17

13 Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas
orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan
menang atas penghakiman.

14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?
Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari,

16 dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah
kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak
memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu?

17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.

Merasa Membela, Padahal Musuh

Merasa Membela, Padahal Musuh

Yohanes 8: 37-43

8:37 "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk
membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.
8:38. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu
perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."
8:39 Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada
mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.
8:40 Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang
mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah;
pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.
8:41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak
dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."
8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi
Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas
kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat
menangkap firman-Ku.


Orang-orang Yahudi yang dikatakan tidak mengerti bahasa Tuhan adalah orang-orang
beragama yang sangat serius menyembah YHWH, Tuhan Semesta Alam. Tetapi ternyata
mereka adalah agen kuasa gelap, yaitu musuh YHWH. Tragisnya, mereka tidak
menyadari keadaan mereka tersebut; mereka merasa sedang membela Tuhan.

Demikian pula kita harus waspada saat merasa membela Tuhan, karena jangan-jangan
kita sebetulnya agen Iblis yang ditempatkannya di tengah pelayanan untuk
menghambat pekerjaan Tuhan. Untuk dapat menyadari hal ini, kita harus mengerti
bahasa Tuhan. Orang yang tidak mengerti bahasa Tuhan tidak akan dapat melayani
dengan benar. Cepat atau lambat ia akan menghambat meluncurnya pelayanan ke arah
yang benar. Kalau hanya membuat gereja menjadi besar dan terorganisasi dengan
baik, ilmu manajemen dan pengalaman manusia dapat menopangnya. Tetapi untuk
menciptakan pelayanan yang membuat orang menjadi umat yang layak bagi Tuhan,
dibutuhkan pelayan-pelayan yang mengerti bahasa Tuhan.

Orang-orang Yahudi yang menentang Tuhan Yesus ini bukanlah orang kafir. Mereka
mengaku Allah sebagai Bapa (ay. 41) dan mengaku keturunan Abraham (ay. 39)
sehingga giat dalam beribadah kepada Allah, tetapi mereka tidak memiliki
pemahaman yang benar terhadap pekerjaan yang dikerjakan Abraham. Mereka tidak
mengerti bahasa Tuhan. Ini harus menarik perhatian kita. Apakah kita yang selama
ini menjalankan ibadah agama ini telah diperanakkan oleh Allah, sehingga
mengerti bahasa-Nya?

Tanpa mengerti bahasa Tuhan, kita tanpa sadar menjadi musuh Tuhan, seperti
orang-orang Yahudi yang berusaha membunuh Yesus. Ini jawaban mengapa ada orang
Kristen yang bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi tidak mengalami perubahan
secara signifikan. Mereka hanya menjadi orang beragama yang taat, dan mungkin
juga fanatic dengan agama dan gerejanya, tetapi tidak mengerti perkataan Tuhan.
Mereka merasa mengerti, padahal tidak.

Untuk orang-orang yang tidak mengerti perkataan Tuhan, dikhawatirkan sampai
stadium tertetu mereka tidak pernah mengenal kebenaran sampai mati. Firman Tuhan
tidak mendapat tempat di hati mereka (ay. 37) sebab mereka terikat kuasa
percintaan dunia. Memang secara penilaian umum mereka tidak didapati sebagai
orang yang pantas di neraka, tetapi di mata Tuhan, mereka pemberontak. Kalau
saat ini kita menyadari keadaan kita seperti ini, jangan sia-siakan kesempatan
bertobat sekarang juga dan meminta Roh Kudus menerangi pikiran kita.


Mengerti perkataan Tuhan hanya mungkin jika Firman Tuhan ada di hati kita.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com/

Mengubah Cara Pandang

Mengubah Cara Pandang

Matius 6: 22-23
6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu;6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang
ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.


Seseorang yang mau mengikut Tuhan Yesus harus melepaskan dirinya dari segala
miliknya, artinya tidak terikat dengan percintaan dunia. Dunia harus dianggap
tidak berarti dibanding dengan keselamatan yang Tuhan berikan. Orang yang hanyut
dalam kenikmatan dunia adalah orang-orang yang matanya tertutup oleh keindahan
dunia sehingga tidak dapat mengenali kebenaran. Kebenaran hanya dipahami oleh
orang yang matanya bersih, tidak tertutupi oleh keinginannya memiliki dunia ini;
tidak ada orang yang materialistis bisa mengenal kebenaran.
Tuhan Yesus bersabda bahwa mata adalah pelita tubuh. Kalau mata jahat,maka
gelaplah seluruh tubuh. Kata "jahat" di sini aslinya ditulis πονηρός (ponērós)
yang juga berarti "sakit" atau "berdosa". Kalau mata sakit, yang dilihatnya
salah. Kalau cara memandang hidup sudah salah, maka tidak mungkin orang itu bisa
diperbaiki. Bila mata hati seseorang tertutup, memang beberapa perbuatan yang
salah dalam hidupnya masih dapat diperbaiki, tetapi cara hidupnya secara
keseluruhan tidak bisa diubah, sebab hidupnya masih gelap. Tetapi kalau mata
hati terbuka, maka seluruh filosofi dan cara hidupnya bisa diubah.
Dalam kesempatan lain, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa mutiara tidak bisa
diberikan kepada babi dan barang kudus kepada anjing (Mat. 7:6). Ini merupakan
kelanjutan dari seruan-Nya kepada orang-orang munafik yang melihat selumbar
(serpihan kayu) di mata orang lain tetapi tidak menyadari bahwa di matanya
sendiri ada balok (Mat. 7:3–5). Perkataan Tuhan Yesus dalam kedua kesempatan ini
bukanlah mata secara fisik, tetapi berbicara mengenai cara pandang dan
pengertian. Balok harus dibuang, barulah seseorang mengenal kebenaran. Bila
tidak, ia dibutakan oleh balok itu; mata hatinya tertutup, sehingga menjadi
seperti hewan—babi atau anjing—yang cara pandangnya berbeda denganmanusia.
Jadi yang dimaksud Tuhan Yesus ini sesungguhnya adalah bahwa yang patut menerima
kebenaran adalah mereka yang bisa diajak menjadi manusia yang berkualitas
manusia seperti yang dikehendaki Tuhan, bukan manusia yang masih mempunyai cara
pandang bagaikan hewan, yang hanya mengejar hal-hal duniawi. Kalau kita masih
menjadikan harta dunia sebagai tujuan, niscaya kita tak bisa mengenal kebenaran
dan akibatnya kita tidak akan pernah menjadi manusia seperti yang Tuhan
kehendaki. Ubahlah cara pandang kita sekarang juga; menjadikan Tuhan Yesus
sebagai satu-satunya tujuan dan pujaan hidup, segala-galanya dalam hidup ini.
Kita harus bertobat dari cara hidup yang salah dengan menanggalkan beban dan
dosa, bukan sekadar bertobat dari perbuatan yang salah.

Perubahan cara pandang adalah syarat mutlak untuk pertobatan dari cara hidup
yang salah.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Raja

TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: 2Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Evaluasi suatu pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup sangat penting untuk dilakukan. Fungsi evaluasi antara lain untuk mengetahui setepat dan secermat mungkin hasil pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup kita, yang kemudian dijadikan titik pangkal/tolak untuk melangkah lebih lanjut. Jika kita dapat mengadakan evaluasi dengan baik dan benar, maka kita tahu persis `jati diri' kita yang sebenarnya. Hari ini kita merayakan pesta "Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam", dimana kita memasuki minggu terakhir tahun Liturgy, dan minggu depan kita memasuki tahun baru Liturgy, Minggu Adven I. Maka kami mengajak di akhir tahun Liturgy ini untuk mawas diri perihal perjalanan hidup iman dan keagamaan kita selama kurang lebih satu tahun yang telah kita lewati. Semoga kita dapat berkata atau menyatakan diri seperti salah satu penjahat yang disalibkan bersama Yesus di akhir hidupnya "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42)

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42)

Salib merupakan hukuman terberat bagi para penjahat menurut tradisi orang-orang Yahudi, maka cukup menarik untuk menjadi bahan refleksi perihal `penjahat' yang bertobat di detik-detik akhir hidupnya. Dari penjahat yang bertobat ini saya temukan dua hal untuk direfleksikan, yaitu pandangan perihal `penjahat' dan hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya sebagai anugerah Tuhan:
1) `Hidup mulia di sorga adalah anugerah Tuhan' : "Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini hemat saya merupakan kebenaran iman bagi semua umat beriman, entah agamanya apapun. Jika orang sungguh beriman pasti akan mengahayati baik hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, sehingga selama hidup di dunia ini senantiasa rendah hati, tidak sombong. Hidup adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita. Mati juga anugerah Tuhan, bukankah sebagai orang beriman kita tidak tahu kapan akan mati atau dipanggil Tuhan, karena kematian berada di `tangan' Tuhan, milik Tuhan. Maka bagi orang beriman ketika saudaranya dipanggil Tuhan tidak akan sedih berkepanjangan.

Hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, maka hidup mulia kembali di sorga setelah mati atau meninggal dunia juga anugerah Tuhan. Inspirasi bagi kita yang beriman kepada Yesus adalah sabdaNya kepada penjahat yang bertobat "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk 23:43). Maka baiklah kita imani saudara-saudari kita, orangtua kita atau sahabat dan kenalan kita, yang ketika dipanggil Tuhan `tidak melawan' alias tidak begitu gelisah, kita imani telah hidup mulia kembali di sorga bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Yang saya maksudkan `tidak melawan' adalah pada detik-detik terakhir hidupnya yang bersangkutan nampak tenang, tanpa ada gerakan yang berarti, dan bahkan wajah atau ruman mukanya nampak gembira. Kita imani mereka telah hidup mulia kembali bersama Yesus Raja Semesta Alam.

2) `Penjahat': Kebanyakan dari kita sering melihat dan memperlakukan para pencopet, penodong atau pencuri sebagai penjahat dan sampah masyarakat, serta menghormati dan menjujung tinggi para pejabat tinggi maupun tokoh politik atau masyarakat. Begitulah pandangan umum yang terjadi, namun hemat saya pandangan umum ini tidak tepat. Tahun lalu dalam suatu pertemuan para Yesuit dengan tema perihal persaudaraan sejati, antara lain dihadirkan Gus Mus, intelektual muda dari NU dan alumni pesantren di Madura, sebagai pembicara/nara sumber. Di tengah-tengah omongan atau arahannya ia menyampaikan rumor sebagai berikut: Pada suatu hari ia menilpon temannya di Madura perihal berita orang-orang Madura yang ditangkap polisi dan dipenjara karena mencuri batangan besi dan sekrup-sekrup (bahan bangunan jembatan Suramadu). Dengan hp-nya ia menyapa temannya di Madura;'memalukan hanya karena besi batangan dan sekrup jembatan , orang-orang Madura dikenal jahat, dan diberitakan kemana-mana melalui aneka media cetak dan elektronik'. Menanggapi sapaan tersebut temannya di Madura menjawab :'ya, teman-teman kita disini mencuri besi dan sekrup yang harganya hanya ratusan ribu rupiah, ditangkap polisi, dipenjarakan dan diberitakan kemana-mana; coba perhatikan orang-orang Jakarta korupsi jutaan atau milyardan rupiah dibiarkan saja'.

Dialog diatas sungguh inspiratif dan bermakna, dan kiranya juga nyata. Perhatikan saja seorang ibu tua yang dituduh mencuri `tiga buah kakao' ditangkap polisi dan diadili: berapa harga tiga buah kakao dan berapa beaya penangkapan dan pengadilan? Saya merasa orang-orang kecil dan miskin yang terpaksa `berbuat jahat' (menurut pandangan umum),hemat saya mereka tidak sejahat yang kita pikirkan. Mereka melakukan sesuatu, yang menurut pandangan umum jahat, seperti mengambil milik orang lain, hemat saya demi mempertahankan hidup, anugerah Tuhan, bukan untuk memperkaya diri. Dengan kata lain mereka terpaksa berbuat jahat karena kejahatan orang lain yang lebih besar, yaitu para koruptor atau penindas. Pengalaman saya pribadi dalam mengajak bertobat orang miskin dan tersingkir tersebut lebih mudah dari pada mereka yang terpandang di masyarakat. Orang miskin dan tersingkir ketika memperoleh bantuan rasa syukur dan terima kasihnya luar biasa, sedangkan orang kaya biasa-biasa saja atau bahkan minta tambah alias serakah.

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus" (Kol 1:17-20)

Apa yang dikatakan Paulus kepada umat di Kolese di atas ini bahwa Yesus Raja Semesta Alam adalah pendamai, dan Ia telah mendamaikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dengan wafat di kayu salib. Ia bertahta di kayu salib, maka marilah kita bersembah sujud kepada Yang Tersalib. Bersembah sujud kepada Yang Tersalib berarti kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau meneladan cara hidup dan cara bertindak serta menghayati sabda-sabda Yesus. Dengan demikian kita sungguh dirajai atau dikuasai oleh Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam.

Kami berharap di akhir tahun liturgy, perjalanan hidup beriman dan beragama kita setahun yang telah kita lalui, kita semua semakin suci atau semakin beriman, semakin dirajai oleh Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Kita semakin hidup berdamai dengan seluruh ciptaan Allah di dunia ini, dengan sesama manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan serta lingkungan hidup kita. Semoga kita semua selalu hidup dan bertindak dengan motto "AMDG" (Ad Maiorem Dei Gloriam= semakin bertambahnya kemuliaan Tuhan) dalam pelayanan dan kesibukan kita setiap hari.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem… ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-2.4-5)

Bangkit dan angkatlah mukamu...

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Luk 21:20-28)

"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.""Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."(Luk 21:20-28),

• Cuaca ekstrim yang tidak menentu akibat pemanasan global dll. telah menimbulkan bencana alam di sana-sini, seperti banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi dst yang memporak-porandakan atau memusnahkan aneka macam jenis bangunan serta menimbulkan korban manusia. Berbagai macam musibah dan bencana alam tersebut membuat banyak orang `mengangkat muka' alias `melihat ke atas', artinya diingatkan kembali akan peran Yang Ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Sabda hari ini hemat saya juga mengajak kita semua untuk mengenangkan, mengimani kembali peran Yang Ilahi atau Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita mawas diri di hari-hari terakhir tahun Liturgy ini: sejauh mana kita semakin menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, dengan kata lain kita semakin cerdas secara spiritual atau hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Baiklah saya ingatkan juga bagi kita semua: marilah kita sikapi aneka macam bencana alam atau musibah sebagai peringatan Tuhan akan keserakahan, kesombongan atau ketidak-imanan kita, suatu ajakan bagi kita semua untuk bertobat dan memperbaharui diri.
• "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan." (Why 18:21-23). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa segala macam bentuk kebesaran duniawi seperti gedung pencakar langit, rumah mewah, mobil mewah, aneka monumen, dst akan hancur berantakan dalam waktu sesaat. Dengan kata lain kita diingatkan untuk tidak bersikap materialistis dalam hidup kita. Hendaknya keselamatan jiwa manusia mencari pedoman atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bertindak kita atau segala usaha dan jerih payah kita. Secara khusus saya mengingatkan para pengelola maupun pelaksana karya-karya pastoral Gerejani seperti karya sosial, karya kesehatan dan karya pendidikan: jauhilah sikap mental materialistis dalam pelayanan dan usaha anda. Karya sosial membantu manusia semakin manusiawi, sehingga memperoleh kemudahan untuk semakin spiritual alias hidup beriman sungguh-sungguh, karya kesehatan mengutuhkan kembali anggota-anggota tubuh yang terluka, karya pendidikan membantu manusia agar tumbuh berkembang dalam hal kecerdasan spiritual. Dalam ketiga jenis karya pastoral ini hendaknya tidak dilupakan semangat pendiri, yang mengawali karya sebagai luapan syukur dan terima kasihnya kepada Yang Ilahi. Saya juga mengingatkan secara lebih khusus kepada para pengelola maupun pelaksana karya pendidikan/sekolah agar lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur daripada cerdas intelektual.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun" (Mzm 100:2-5)

Kamis, 18 November 2010

Tetap Bersabar

Tetap Bersabar


Ibrani 10:36-37 "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya."
__________________________________________

Jika Anda berkecil hati karena penundaan Tuhan dalam menjawab doa-doa Anda, pahamilah bahwa penundaan tersebut bukan penolakan.
Hanya karena jawaban atau keajaiban belum datang - Belum - itu tidak berarti Tuhan tidak akan menjawab, atau Dia melupakan Anda, atau bahwa Dia tidak peduli tentang Anda.
Ini hanya berarti "Belum!"

Pertumbuhan rohani adalah mengetahui perbedaan antara "Tidak" dan "Belum", antara penolakan dan
penundaan.
Alkitab memberitahu kita, "Dia yang akan datang dan tidak akan menunda" (Ibrani 10:37 NIV).

Penundaan mungkin menjadi tes kesabaran Anda.
Siapa saja bisa sabar sesekali.
Dan, setiap orang bisa bersabar dua kali.
Dan, semua orang dapat bersabar tiga kali.
Jadi Tuhan hendak menguji kesabaran Anda berulang-ulang.

Mengapa?
Untuk melihat seberapa sabar Anda?

Tidak, dia melakukannya untuk menunjukkan kepada Anda sendiri seberapa sabar diri Anda.
Jadi, Anda akan tahu apa yang sebenarnya ada dalam diri Anda, dan Anda akan dapat mengetahui tingkat komitmen Anda.
Tuhan menguji Anda sehingga Anda bisa tahu bahwa Dia setia, bahkan jika jawaban yang Anda cari masih tertunda.

Jika Anda putus asa, berputarlah dengan mengingat Allah mengajarkan untuk sabar selama masa penundaan.
Mintalah dia untuk mengubah keputusasaan Anda menjadi kesabaran.

Anda mungkin sedang melalui masa sulit
sekarang dan merasa seperti Anda sedang jatuh dari planet ini.
Anda berkecil hati karena situasi yang Anda hadapi tampak tidak terkendali, tidak masuk akal, atau tidak adil.

Kondisi ini mungkin sudah menjadi tak tertahankan lagi dan di dalam hati Anda berteriak,
"Tuhan, aku tidak bisa tahan lagi. Aku tidak tahan lagi! "

Tapi Anda bisa.

Anda bisa bertahan dengan lebih lama karena Tuhan selalu bersama dengan Anda.
Dia akan memampukan Anda untuk terus maju.
Ingat, Anda tidak pernah gagal sampai anda berhenti.
__________________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 109-111; 1 Korintus 5
__________________________________________

Jangan berhenti, tolak keputusasaan dan selesaikan pertandingan yang telah ditetapkan Tuhan untuk Anda.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

MENJADI YANG DIBERKATI

*Menjadi yang diberkati*

2 Tawarikh 17:1-19

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" merupakan peribahasa yang menggambarkan
bahwa seorang anak tidak akan berbeda jauh dari orang tuanya. Namun
pengecualian bisa terjadi. Ada orang yang sangat berhasil justru ketika ia
menjadi "buah yang jatuh amat jauh dari pohonnya". Artinya, hidupnya berbeda
dari kehidupan orang tuanya.

Raja Yosafat menjadi raja Yehuda menggantikan Asa, ayahnya, yang wafat
akibat sakit parah yang mendera kakinya (2Taw. 16:12-13). Yosafat hidup
diperkenan Tuhan karena tidak mempersekutukan Tuhan dengan ilah manapun di
Israel (6). Yosafat hanya mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya
pertolongan (10), sementara ayahnya, Raja Asa, bersekutu dengan Aram yang
dibenci Tuhan. Yosafat juga memperhatikan kehidupan rohani rakyatnya. Ia
mengutus beberapa pembesar, orang Lewi, dan para imam untuk mengajar
rakyatnya agar hidup takut akan Tuhan (7-9).

Yosafat melakukan banyak hal yang benar di mata Tuhan. Sebagai pemimpin
bangsa, ia mengelola negaranya dengan begitu baik. Ia membangun sistem
pertahanan (1-2, 12) dan mengorganisir tentaranya (14-19) demi keamanan
negara dan rakyat. Ia juga tahu batas-batas kewenangannya, karena itu ia
mendelegasikan tugas mengajarkan hukum Tuhan kepada orang yang tepat untuk
itu. Dan Tuhan memberkati upaya Yosafat dengan menaruh rasa takut pada
Yehuda di dalam hati negara tetangga dan musuhnya. Bahkan orang Filistin dan
orang Arab pun menyerahkan upeti kepada dia (10-11).

Rentetan kisah raja-raja Yehuda cukup menyesakkan karena kejatuhan yang
terjadi berulang-ulang, walau beberapa di antaranya memulai hidup dan
pemerintahan mereka dengan baik. Namun kisah Yosafat bagai memberi angin
se-gar. Dari Yosafat kita melihat, bahwa orang yang hidup bagi Tuhan serta
yang mengutamakan Tuhan dalam seluruh karyanya, akan mengalami berkat-berkat
Tuhan. Namun kesetiaan kita kepada Tuhan hendaknya bukan semata-mata demi
berkat, melainkan karena sungguh mengasihi Dia, Tuhan kita.

*|||||| **sumber: http://www.sentuhanhati.com/ **||||||*

*Disentil Tuhan*

*Bacaan hari ini: *Yunus
1<http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-11-14>
*Ayat mas hari ini: *Yesaya
6:8<http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-11-14>
*Bacaan Alkitab Setahun: *Ratapan 3-5; Ibrani 10:19-39

Dalam acara bincang-bincang kaum dewasa muda, saya diminta menjadi
narasumber bersama seorang rekan yang jauh lebih senior dari saya, mewakili
komunitas yang melayani orang miskin kota. Rekan saya ini sudah sangat lama
melayani anak-anak jalanan secara penuh waktu. Saya pun banyak belajar
darinya. Dalam perbincangan, seorang peserta bertanya kepada kami: "Sampai
kapan kalian akan tetap setia atau kapan kalian akan berhenti melakukan
pelayanan ini?"

Kalau mau jujur, saya tak ingin menghabiskan hidup saya untuk melayani
mereka yang terpinggirkan. Pelayanan ini sangat melelahkan; secara fisik dan
emosi. Jadi, saya menjawab bahwa saya akan tetap setia di jalur pendidikan
anak, tanpa menspesifikasikan bentuk nyata kontribusi saya seperti apa.
Berbeda dari saya, rekan senior saya tadi—yakni Benyamin Lumy—dengan tegas
menyatakan: "Sampai sekarang saya tidak menemukan alasan untuk berhenti
melayani mereka yang terpinggirkan. Pilihan hidup saya mungkin tidak
terlihat berkelimpahan, tetapi saya menemukan bahwa dalam segala hal Tuhan
mencukupkan. Saya tidak mau seperti Yunus, harus disentil dulu sama Tuhan
untuk mau melayani. Daripada capek berlari dari panggilan Tuhan, lebih baik
saya setia saja biar tidak perlu disentil. Toh, tidak ada alasan untuk
berhenti."

Banyak orang tahu cerita Yunus, tetapi hanya sedikit yang mau belajar dari
kesalahan Yunus. Terlalu banyak "Tarsis" yang hendak kita tuju, dan "Niniwe"
yang ingin kita abaikan. Jika kita sedang melayani di suatu bidang—bahkan
yang tak dilirik orang—lakukan saja dengan setia. Tuhan ada di sana. Dia
menanti orang yang mau berkarya tulus, menjadi utusan yang melakukan
kehendak-Nya.

* *

*KETIKA KAKI HENDAK MELANGKAH UNTUK MELAYANI PASTI ADA TANTANGAN DAN GODAAN
YANG MENGUJI HATI*

"Engkau akan mengetahui...

"Engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."
(Why 5:1-10; Luk 19:41-44)

"Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."(Luk 19:41-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita tidak tahu kapan dipanggil Allah atau meninggal dunia; kita dapat dipanggil Allah setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Jika kita dipanggil Allah kiranya kita mendambakan kemudian hidup damai sejahtera dan mulia selama-lamanya di sorga bersama Allah yang telah menciptakan kita. Karena kita tidak tahu kapan meninggal dunia, maka hendaknya kita senantiasa siap sedia, tahu dan menghayati apa yang perlu untuk hidup damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur kapanpun dan dimanapun. Kami berharap masing-masing dari kita secara pribadi dengan bersungguh-sungguh berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur, namun karena keterbatasan kita masing-masing baik kita bekerjasama, terutama dan saudara-saudari atau mereka yang hidup dan bekerja dekat dengan kita setiap hari, misalnya dengan segenap anggota keluarga atau rekan kerja/belajar. Di dalam keluarga hendaknya orangtua dapat menjadi teladan hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat mendampingi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan. Anak-anak adalah anugerah Tuhan maka selayaknya dididik dan didampingi sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengalaman hidup baik dan berbudi pekerti luhur di dalam keluarga kemudian dapat dikembangkan dan diperdalam baik di sekolah maupun tempat kerja. Jika kita sungguh dalam keadaan siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Allah alias meninggal dunia, maka pada detik-detik terakhir hidup kita, kita akan berdoa seperti penjahat yang disalibkan bersama Yesus:"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."(Luk 23:42), dan menerima jawaban "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."(Luk 23-43)
• "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."(Why 5:9-10), demikian nyanyian baru bagi mereka yang telah hidup mulai kembali di sorga, setelah meninggal dunia. Nyanyian ini kiranya juga menjadi nyata atau terwujud dalam diri orang yang sungguh baik dan berbudi pekerti luhur selama hidup dunia ini. Orang baik dan berbudi pekerti luhur `telah dibeli bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah bukan tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan suku maupun bangsa yang tidak baik. Orang-orang baik dan berbudi pekerti luhur juga `menjadi imam-imam bagi Allah dan akan memerintah sebagai raja di bumi', dengan kata lain ia dapat menjadi penyalur rahmat, anugerah dan kasih karunia Allah kepada sesama manusia dimanapun dan kapanpun. Maka marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Allah kita hayati panggilan imamat umum kaum beriman, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun dapat menjadi berkat atau rahmat bagi sesama, dan kita sendiri semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Orang baik dan berbudi pekerti luhur dengan enak dan gembira dapat membuka `gulungan kitab', artinya dengan enak dan gembira melakukan apa yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kehadiran, sepak terjangnya dimanapun dan kapanpun senantiasa menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Marilah kita hidup dan bertindak dalam dambaan hidup damai sejahtera, sehat wal'afiat baik seeara phisik maupun spiritual.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Landasan Semua Kebenaran

Landasan Semua Kebenaran

Yohanes 16: 8; Lukas 14: 26
Yohanes 16: 816:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman;
Lukas14: 2614:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci
bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Dalam mengajarkan kebenaran, Tuhan Yesus hanya memberi landasan atau intinya,
yaitu petunjuk awalnya. Kehidupan ini begitu luas, masalah hidup begitu
kompleks, dan kebenaran itu pasti tidak terbatas. Bagaimana ajaran Tuhan Yesus
yang tertulis dalam keempat Injil dan tertuang dalam beberapa lembar kertas
dapat menampungnya secara lengkap menyeluruh? Jadi, memang tidak semua kebenaran
dapat dituangkan dalam keempat Injil. Tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa
Injil harus dilengkapi dengan kitab lain. Perjanjian Baru sudah cukup, tidak
perlu ditambah dengan kitab lain. Perjanjian Baru menjadi sumber kebenaran yang
tidak pernah kering.
Dari memahami Injil, dapat kita temukan ajaran Tuhan Yesus yang merupakan
landasan untuk membangun kebenaran. Landasan atau petunjuk awalnya adalah
kesediaan manusia untuk meninggalkan segala hasrat menikmati dunia sama seperti
anak-anak dunia menikmatinya, dan selanjutnya Roh Kudus yang akan membuka
pikiran kita memahami seluruh kebenaran Tuhan yang terdapat dalam seluruh
Alkitab.
Berarti hidup kita harus dipertaruhkan untuk mempersiapkan diri menyongsong
langit baru dan bumi yang baru dengan berjuang mencapai kesempurnaan. Dan dari
apa yang ditulis Injil, oleh tuntunan Roh Kudus akan mengalir hikmat-hikmat
surgawi yang tidak pernah terduga sebelumnya. Di sini kita dapat membuktikan
bahwa Alkitab disertai kuasa Tuhan, yaitu Roh Kudus yang memimpin kita kepada
segala kebenaran-Nya.
Jadi ada dua hal yang mutlak harus dipenuhi untuk mengalami pertobatan yang
benar dan terus-menerus mengalami pembaharuan pikiran. Pertama, tuntunan Roh
Kudus. Roh Kuduslah yang membawa orang percaya kepada segala kebenaran-Nya (Yoh.
16:8). Pendidikan teologi penting, tetapi bukan segala-galanya. Para teolog yang
tidak dipimpin Roh Kudus akan melahirkan doktrin-doktrin yang malah melawan
kebenaran. Roh Kuduslah yang menuntun orang percaya mengenal kebenaran yang
lebih lengkap dan utuh.
Kedua, orang percaya yang sungguh-sungguh mau mengalami pembaruan pikiran harus
bersedia menanggalkan keterikatannya dengan dunia ini. Ini yang tersulit, sebab
melepaskan keterikatan dengan dunia, sama seperti melepaskan nyawa, mati. Di
sini banyak orang tidak bersedia, sehingga tidak pernah dipercayai Tuhan untuk
menjadi murid-Nya; tidak bisa mengenal kebenaran-Nya (Luk. 14:26).

Landasan membangun kebenaran adalah menanggalkan keterikatan dengan dunia dan
mengikuti tuntunan Roh Kudus.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com/

Menanggalkan Warisan Nenek Moyang

Menanggalkan Warisan Nenek Moyang

1 Petrus 1: 18-19
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas,1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.


Dua halangan menghadang orang percaya yang belajar menggumuli identitas imannya.
Pertama, dirinya sendiri yang sudah terbiasa dengan cara hidup yang diwarisi
dari nenek moyangnya yang salah namun telah terekam dengan kuat. Kedua, pengaruh
dunia yang jahat dengan kekuatan kuasa kegelapan di baliknya.
Seorang anak Tuhan bukan hanya melihat pertentangan dalan dirinya, tetapi juga
cara hidup anak-anak Tuhan yang paradoksal dengan cara hidup anak-anak dunia.
Secara lahiriah barangkali tidak tampak; tetapi sikap hati dan pola berpikir
anak-anak Tuhan berbeda sekali. Anak-anak Tuhan yang memahami hal ini pasti
mengalami beratnya pergumulan tersebut. Yang terberat adalah mengubah sikap hati
dan pola berpikir kita, yang ditandai dengan hati yang tertaruh di dalam
Kerajaan Bapa di Surga. Tanpa mengubah pola pikir untuk menanggalkan cara hidup
warisan nenek moyang, sesungguhnya seseorang tidak pernah diselamatkan.
Yang dimaksud dengan cara hidup warisan nenek moyang kita adalah cara hidup yang
dianggap wajar dan layak oleh manusia pada umumnya. Umumnya orang
mengagung-agungkan hal-hal fana yaitu kekayaan duniawi dan melakukan segalanya
untuk mengejarnya. Tetapi anak Tuhan tidak boleh demikian. Sesungguhnya ini
tidak diukur dari apa yang tampak secara lahiriah, tetapi dari sikap hati dan
pola berpikirnya. Dari penampilan lahiriah, hampir tak tampak bedanya, sebab
kita bertobat dari cara hidup yang salah, bukan perbuatan yang salah.
Pertobatan dari cara hidup yang salah berorientasi pada manusia batiniah. Orang
yang bertobat dari cara hidup yang salah tidak perlu beralih profesi—selama
profesi tersebut tidak melanggar etika kehidupan—tidak perlu meninggalkan
aktivitasnya dalam berkarier, berumah tangga dan lain sebagainya. Tetapi yang
diubah adalah motivasi hidupnya, sebab dalam melakukan semua kegiatan hidup ini,
telah terpancang tujuan akhir kita: Untuk setia mempertanggungjawabkan iman kita
sebagai anak Tuhan, sebagai miliknya Tuhan.
Jadi kita harus mewaspadai ajaran-ajaran yang menyesatkan domba-domba Tuhan ke
tujuan duniawi seperti keberhasilan duniawi, fasilitas duniawi, dan kebebasan
dari masalah duniawi. Anak-anak Tuhan tetap harus bertanggung jawab dan
melakukan yang terbaik dalam keluarga dan pekerjaannya. Tetapi motivasinya bukan
untuk mengejar keberhasilan duniawi, bukan pula agar anak-anak kita mencapai
cita-cita duniawi kita dan dapat kita banggakan. Motivasi kita adalah untuk
setia mempertanggungjawabkan iman kita sebagai anak Tuhan dan mencapai target
yang dicanangkan Roh Kudus yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA sempurna;
sebab seorang yang bertanggung jawab dalam kehidupan imannya pasti bertanggung
jawab dalam kehidupan umumnya (pekerjaan, keluarga, pendidikan, dsb). Kita setia
berjalan dalam pimpinan-Nya menuju tujuan tersebut.

Menanggalkan cara hidup warisan nenek moyang berarti mengubah motivasi hidup
kita.


http://virtuenotes.blogspot.com

Berlatih Menjadi Warga Kerajaan Surga

Berlatih Menjadi Warga Kerajaan Surga

Roma 8:14
8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Seseorang yang baru menjadi Kristen biasa mengekspresikan imannya dalam bentuk
kegiatan agamawi belaka. Ini sangat bisa dimaklumi. Tetapi setelah bertumbuh,
seharusnya ia mulai bisa mewujudkan kehidupannya sebagai anak Tuhan dalam
seluruh tindakan hidupnya. Ini harus dianggap sebagai persoalan yang paling
penting dalam kehidupan. Sayang sekali, banyak orang yang baru menjadi Kristen
disesatkan dengan diajar bahwa setelah menunaikan kewajiban agamanya, mereka
dijanjikan menjadi umat yang diberkati Tuhan. Ini sangat berbahaya, sebab
akibatnya orang menganggap yang lebih penting bukanlah mempertanggungjawabkan
imannya dengan benar, tetapi menuntut Tuhan mempertanggungjawabkan diri-Nya
sebagai Allah yang harus memberkati umat-Nya. Mereka menjadi orang-orang sesat.
Mempertanggungjawabkan iman sebenarnya sama dengan berlatih hidup sebagai warga
Kerajaan Surga. Sekadar rajin ke gereja dan menjadi orang baik-baik di mata
manusia lain belum cukup, sebab pertanggungjawaban iman adalah perubahan cara
hidup yang sangat menuntut respons individu.
Pembaruan pikiran yang menjadi titik tolak perubahan gaya hidup tergantung
kepada masing-masing individu. Berdoa "Ubahlah aku Tuhan" tidak cukup apabila
kita sendiri tidak mau mengubah diri kita sendiri. Banyak orang merasa sejahtera
karena memiliki keinginan untuk bertobat, tetapi tidak bertindak bertobat dengan
mengubah diri mereka sendiri.
Mari kita mulai bertobat sekarang juga. Mulailah dari perkara-perkara kecil.
Artinya, kalau kita sungguh-sungguh bersedia bertobat, maka kita harus mulai
memeriksa, apakah cara hidup kita sudah sesuai dengan cara hidup anak-anak
Allah—warga Kerajaan Surga; bangsawan surgawi.
Seperti apakah cara hidup sebagai warga kerajaan Surga itu? Ternyata ini bukan
sesuatu yang sederhana, melainkan menuntut kesediaan kita dengan sangat serius.
Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang hidup sebagai anak-anak Allah adalah
orang-orang yang dipimpin oleh Roh Kudus. Kata "dipimpin" dalam teks aslinya
adalah ἄγονται (ágondai) yang juga berarti "dibawa" atau "digiring". Ini hendak
mengemukakan bahwa Roh Kudus sedang membawa kita kepada suatu arah. Orang
yang memiliki pertanggungjawaban iman yang baik harus mengikuti arah ke mana Roh
Kudus hendak membawa kita. Mari kita menyediakan diri kita untuk dengan patuh
mengikuti arah yang ditunjukkan oleh pimpinan Roh Kudus, agar kita menjadi warga
Kerajaan Surga yang baik dan layak disebut anak-anak Allah.

Hidup sebagai warga Kerajaan Surga adalah meninggalkan cara hidup yang lama dan
mengenakan cara hidup yang ditunjukkan Roh Kudus.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com/

BERSIKAP TEGAS

BERSIKAP TEGAS

Saya punya satu kebiasaan buruk yang sulit hilang, yakni tanpa
sadar mengucek-ngucek mata. Dan sekali tangan sudah mengucek, bisa
lama baru berhenti. Sebenarnya saya tahu itu tak ada gunanya, dan
tak membuat keadaan lebih baik. Hanya, melakukannya seolah-olah
terasa "enak", semakin lama semakin "enak". Saya baru berhenti
setelah mata menjadi merah dan terasa pedas, bahkan sakit.
Se-benarnya jika saya mau bersikap tegas untuk berhenti ketika mulai
melakukannya, tentu bisa. Namun, kerap kali saya meneruskannya
karena merasa "masih enak".

Nyaris mirip dengan kebiasaan buruk saya di atas, terkadang kita
juga bersikap demikian terhadap dosa. Ketika masih terasa "enak",
kita tak mau berhenti melakukannya. Apalagi saat makin lama makin
enak, betapa lebih sulit lagi kita menghentikannya. Begitulah,
sekali kita melayani keinginan dosa, kita cenderung sulit
melepaskannya. Dalam Roma 6:1-14, Paulus menegaskan, kita tak boleh
bertekun dalam dosa, karena kita telah mati bagi dosa (ayat 1, 2).
Dengan demikian, seharusnya kita tak bisa lagi hidup dalam dosa.
Sebaliknya, kita telah dibangkitkan bersama Kristus, sehingga kita
dapat hidup bagi Allah (ayat 11). Itulah tujuan terbesar hidup kita
sebagai anak-anak tebusan-Nya!

Seperti mengucek mata yang tidak ada gunanya, berbuat dosa juga sama
tak bergunanya. Salah-salah justru kita mesti menanggung akibat tak
enak setelah melakukannya. Saya tahu harus belajar tegas mengatakan
"stop" pada diri sendiri, sebab Tuhan yang ada di dalam kita pasti
memberi kemenangan atas dosa. Maka, jangan terlena ketika kebiasaan
berdosa mulai menggoda. Lawan dan berlarilah menjauh dari dosa.
Biarlah kita hidup bagi Allah saja --AW

MATI BAGI DOSA, HIDUP BAGI ALLAH
HIDUP BAGI DOSA, MATI KEKAL DI HADAPAN ALLAH


Roma 6:1-14

1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita
bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa,
bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis
dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya.
6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut
disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan
kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa
kita akan hidup juga dengan Dia.
9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan
untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi
Allah.
11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu
yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.
13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada
dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah
dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati,
tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota
tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.


Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria