Sabtu, 13 Februari 2010

HARI VALENTINE

HARI VALENTINE

Pada awalnya, 14 Februari dirayakan sebagai hari peringatan untuk
Santo Valentinus. Legenda yang umum beredar adalah bahwa ia dihukum
mati di Roma sekitar tahun 270 karena nekat menikahkan pasangan
kristiani, meski sudah dilarang oleh Kaisar Klaudius II. Legenda lain
juga bercerita tentang surat bertuliskan "dari Valentine-mu" yang ia
kirimkan kepada seorang gadis yang ia sembuhkan dari kebutaan, pada
malam sebelum ia dihukum mati. Mungkin karena kuatnya pesan cinta
kasih dari legenda-legenda tersebut, hari peringatan ini kemudian
dimaknai menjadi hari kasih sayang -- sebuah hari ketika orang-orang
saling mengungkapkan kasih dengan memberikan kartu, bunga, atau
hadiah kepada mereka yang dikasihi.

Sungguh sayang jika kita harus menunggu tanggal 14 Februari hanya
untuk mengungkapkan kasih. Sebab, kita bisa dan perlu melakukannya,
kapan pun orang lain memerlukannya. Kita juga tidak boleh hanya hidup
penuh kasih ketika hari Valentine tiba. Sebab, merupakan panggilan
setiap orang percaya untuk hidup dalam kasih dan selalu memancarkan
kasih. Bukan hanya kepada orang yang kita kasihi, melainkan juga
kepada semua orang, termasuk musuh-musuh kita. Begitu pentingnya
panggilan ini, sehingga Paulus berkata bahwa sekalipun kita memiliki
segala hikmat, iman, dan karunia, tetapi tanpa kasih, hidup kita
sia-sia saja.

Namun demikian, hari Valentine ini dapat dijadikan momentum untuk
becermin dan memperbaiki kualitas kasih dalam hidup kita. Sudahkah
kita hidup dalam kasih dan memancarkan kasih seperti yang Tuhan
harapkan? Sudahkah kualitas-kualitas kasih yang ada dalam perikop
Alkitab kita hari ini juga ada dalam hidup kita?

HIDUPLAH DALAM KASIH BUKAN HANYA PADA HARI VALENTINE
MELAINKAN SETIAP SAAT DALAM HIDUP KITA


1Korintus 13:1-13

1. Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia
dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku
mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan
sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali
tidak berguna.

3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada
padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku
tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia
tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain.

6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran.

7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

8. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh
akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak
sempurna.

10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu
akan lenyap.

11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti
kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti
kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku
meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran
yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan
muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi
nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri
dikenal.

13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan
dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Kamis, 11 Februari 2010

Ujung Sana




Yakobus 4:13-17

Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap. —Yakobus 4:14


Jika berbicara mengenai mengikutsertakan Tuhan dalam hidup,
rasanya kita harus belajar dari "teman" kita. Sering kali kita
begitu yakin bahwa Allah selalu beserta kita, apapun yang kita
lakukan, apalagi jika kita sudah mendoakannya. Bandingkan
dengan "teman" kita, yang buat janji ketemu saja "Insya Allah",
artinya jika Tuhan menghendaki.

Di dalam Yak 4 : 13 - 17 , kita diingatkan bahwa hidup kita
ini tidak ada artinya, bahkan dibandingkan dengan uap, yang
sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Kadang kita ini merasa
hebat, tidak perlu Tuhan dalam merencanakan hidup kita.
Tuhan hanya perlu menyetujui apa yang sudah kita rencanakan.

Tuhan sangat serius mengenai hal ini, Tuhan sangat ingin Dia
dilibatkan dalam segala aspek kehidupan anda. Saking seriusnya,
jika kita tidak melibatkanNya, kita disebut telah berdosa.
"Jadi
jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak
melakukannya, ia berdosa."

Jadi jika kita sudah mengikutkan Tuhan dalam perencanaan, maukah
kita menselaraskan rencana kita sesuai dengan rencanaNya? Karena
kita tahu bahwa rencana kita tidak sempurna dan dibanding dengan
hikmat Allah yang sedemikian besar, rencana kita tidak ada artinya.
"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari
jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yes. 55:9)
Dan rencana Allah adalah rancangan yang damai
sejahtera,
bukan yang membawa celaka ( Yeremia 29 : 11). Bahkan sekalipun
ada pihak yang berencana jahat terhadap kita. ( Kej 50:20)
" Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku,
tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.."

Jika demikian, ketika kita benar-benar berserah kepada Allah,
masihkah kita khawatir akan hidup kita? (ingat kembali
renungan kemarin tentang hal kekuatiran)

Terima kasih Tuhan untuk Firman Mu hari ini
Ajar kami ya Tuhan untuk melibatkanMu dalam setiap rencana hidup kami
dan menyerahkannya kepada Mu untuk disempurnakan,
walau sekalipun Engkau menghapus rencana kami itu.


Amien


Ujung Sana



Yakobus 4:13-17




Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap. —Yakobus 4:14









Ketika
seseorang berkata kepada teman saya, "Sampai jumpa tahun depan,"
kedengarannya aneh ketika ia menjawab, "Ya, sampai bertemu lagi di
ujung sana" Sebenarnya teman saya bermaksud bahwa ia akan menemui orang
itu lagi setelah menjalani tugas setahun untuk Angkatan Laut Amerika
Serikat. Namun, karena frasa "ujung sana" sering dihubungkan dengan
surga, saya jadi terpikir tentang ketidakpastian dari masa hidup ini.
Saya bertanya-tanya, Siapa yang akan masih ada tahun depan? Siapa yang pada saat itu mungkin sudah di ujung sana, di surga?

Kita tentunya tidak tahu apa yang terjadi pada tahun—atau
saat—mendatang. Di suratnya, Yakobus menuliskan tentang ketidakpastian
ini. Ia menegur keras para saudagar tamak yang membual tentang apa yang
akan mereka lakukan hari ini, besok, atau bahkan tahun depan (4:13).
Mereka berdosa bukan karena membuat rencana; tetapi karena melupakan
Allah dan menyombongkan rencana-rencana bisnis tersebut.

Yakobus mengingatkan mereka: "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama
seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (ay.14). Penafsir
Alkitab, Peter Davids, mengatakan bahwa Yakobus menunjukkan kebodohan
mereka dan intinya berkata, "Ayolah, kalian yang membuat rencana—kalian
bahkan tidak mengerti betapa kecilnya kendali yang kalian miliki
terhadap hidup kalian"

Tidak ada bagian hidup yang berada di luar kendali Allah. Jadi, bila
membuat rencana, kita harus ingat, "Jika Tuhan menghendakinya, kami
akan hidup dan berbuat ini dan itu" (ay.15).





Rencana hari esok, aku tidak tahu,

Hanya detik ini yang ku tahu;

Tetapi Dia akan berkata, "Inilah jalannya,

Oleh iman berjalanlah di dalamnya.



Tulis rencana Anda dengan pensil, dan biarkan Allah menyimpan penghapusnya.


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Senin, 08 Februari 2010

SERUPA DAN SEGAMBAR ALLAH...

Diciptakan Segambar Dan Serupa Allah

Kejadian 1:26-28;

26.Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
27.Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28.Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Apakah yang dimaksud dengan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah?
Manusia adalah mahluk intelek, mahluk bermoral. Ini berarti bagi manusia ada baik atau jahat, suci atau berdosa. Bagi binatang hal ini tidak ada, karena binatang bukanlah mahluk bermoral. Manusia adalah mahluk kekal. Manusia memang tidak kekal ke belakang, karena ia mempunyai titik awal. Tetapi manusia mempunyai sifat kekal kedepan, karena sesudah mati ia tetap ada, baik di Sorga atau di Neraka. Manusia juga adalah penguasa (Kej 1:26,28). Semua ini menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan yang mulia. Karena itu janganlah menjadi orang yang rendah diri! Anda adalah mahluk yang istimewa! Allah menciptakan segala sesuatu untuk manusia, sebelum manusia itu diciptakan! Tempat sudah diatur dengan baik, ada makanan, yaitu tumbuh2an dan buah2an (Kej 1:29). Seperti ketika seorang ibu akan melahirkan bayinya, ia pasti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan – tempat tidur, popok, pakaian, bedak, dll. Setelah semua dipersiapkan barulah bayi lahir. Jika demikian, manakah yang lebih penting, bayinyakah atau perlengkapannya? Demikian juga, Allah telah mempersiapkan segala sesuatu sebelum Ia menciptakan manusia. Jadi jelaslah bahwa manusia itu lebih penting dari semua yang diciptakan Allah.

Banyak orang hidup dengan penuh ketakutan dan kekuatiran, seolah-olah Allah menciptakan manusia pada hari pertama. Tetapi ini tidak benar! Allah menciptakan manusia pada hari ke-6 setelah semuanya siap untuk menerima kehadiaran manusia. Ini menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kebutuhan hidup manusia.
Karena itu janganlah kuatir akan kebutuhan hidup Anda, baik rumah, pakaian maupun makanan (Mat 6:25-34).

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, berarti manusia seperti Allah, tetapi bukan Allah.

Seorang anak lazimnya mirip dengan ayah atau ibunya, tetapi jelas dia bukan ayah atau ibunya. Jika wajah anda mirip dengan presiden, anda boleh merasa senang, tetapi jika anda menganggap diri seorang presiden berarti ada yang salah.

Kita memang mirip Allah, tetapi kita tidak bisa berperan menganggap diri Allah. Akan tetapi seringkali kita mau menggantika posisi Allah! Kita mau mengatur diri sendiri dan tidak mau diatur olehNya.

Pada waktu kita mengandalkan kekuatan, kepandaian kita sendiri; pada saat itu sebenarnya kita sedang memperlakukan diri sebagai Allah dan kita tidak mempermuliakan Allah. "Mempermuliakan Allah" bukan berarti "menjadikan Allah mulia". Allah sudah mulia. "Memuliakan Allah" adalah "memancarkan kemuliaan Allah". Pemazmur berkata,"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya." (Maz 19:2).

Jikalau ciptaan Allah yang lain dpat memuliakanNya, seharusnya manusia yang diciptakan segambar dan serupa Allah lebih lagi.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Selasa, 02 Februari 2010

CARA MENDENGAR FIRMAN
ALLAH

Nehemia 8:1-8

2 Timotius 3:16 berkata
bahwa, kitab suci bermanfaat untuk mendidik orang dalam kehidupan yang kudus.
Tetapi untuk menerima perintah Allah, kita harus belajar mendengar-Nya bicara
melalui Firman.

Bangsa Israel yang ikut membangun kembali
Yerusalem di bawah kepemimpinan Nehemia adalah para pendengar yang baik.
Setelah bekerja bersama-sama mendirikan kembali tembok kota, mereka meminta Ezra, seorang ahli
kitab, membacakan gulungan yang berisi hukum-hukum Allah. Karena sangat ingin
mendengar Tuhan, mereka rela meninggalkan rumah, pekerjaan dan segala aktivitas
mereka, untuk berkumpul dan memperhatikan Kitab Suci.

Pembacaan itu berlangsung
berjam-jam, tetapi mereka tetap memperhatikan perkataan ahli kitab itu. Mereka
memusatkan perhatian untuk memahami apa yang tertulis dalam hukum Musa.
Kebanyakan orang Israel yang
berdiri di lapangan itu sudah hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka berbahasa Aram, sementara gulungan kitab itu
ditulis dalam bahasa Ibrani, sehingga imam itu harus menerjemahkan dan membantu
mereka memahami artinya. Namun, meskipun ada kendala bahasa, mereka terus
mendengar Ezra dengan penuh harap. Mereka sudah datang berkumpul untuk belajar
mengenali karakter Allah dan bertekad mengikuti rencanaNya.

Ketika Ezra memuji Tuhan,
hati bangsa itu tergerak dan merekapun menyembah Allah. Rasa syukur dan
kerendahan hati membuat mereka siap mendengarkan Allah. Mereka bersujud syukur
atas hak istimewa boleh mendengarkan Firman Tuhan.

Kita perlu tahu apa yang berkenan
kepada Tuhan agar bisa menaati rencanaNya. Itu berarti kita harus menjadi
pendengar yang baik. Mintalah Allah menolong anda agar memiliki kerendahan
hati, perhatian, rasa syukur dan semangat yang lebih besar bagiNya.