Sabtu, 23 Januari 2010

MENGHADAPI PENGAJARAN SESAT

Di sebuah kota, tinggalah 2 orang Kristen yang bodoh.
Yang pertama tidak menghiraukan pengajaran Firman, sehingga ketika imannya
ditantang, ia tidak dapat menemukan ayat-ayat Firman untuk mempertahankan
keyakinannya. Yang kedua adalah orang Kristen yang kurang akal hingga merasa
terlalu lemah untuk membuat keputusan yang baik. Tetapi ia mencari hikmat dari
orang yang memiliki kepribadian kuat dan bukannya percaya kepada Tuhan.

Kemudian datanglah temannya
yang begitu antusias dengan ide-ide baru yang menarik tentang agama. Sayangnya,
ia tidak setia berjalan bersama Tuhan, kandidat lemah untuk menuntun siapapun
dalam hal rohani. Bukannya mendasarkan pemikirannya pada Firman Tuhan, pengajar
sesat ini mengikuti pilihannya sendiri, berfokus pada apapun yang berkenan atau
memuaskannya pada saat itu. Pengajarannya terdengar baik bagi kedua orang
percaya yang bodoh itu, yang menjadi korban dari ideologi dan pesonanya.

Dalam situasi seperti ini,
bijaksana bila orang Kristen mengikuti nasehat Yohanes dan "menguji roh-roh,
apakah mereka berasal dari Allah" (1 Yohanes 4:1). Kita dapat melakukannya
dengan memperbandingkan apa yang kita perbuat dengan apa yang dikatakan
Alkitab, dengan mencari nasehat dari mentor yang takut akan Tuhan. Dengan cara
ini, kita tidak tertipu oleh perkataan yang palsu atau interprestasi yang
keliru tentang Firman Tuhan.

Pernahkan anda mendengar
sebuat perspektif tentang Alkitab yang kedengarannya terlalu bagus – atau
terlalu buruk? Untuk mencegah agar tidak tertipu, renungkanlah Firman Tuhan
(Efesus 6:17) dan peliharalah kehidupan doa yang aktif.

http://www.sentuhanhati.com/


Saat
Balasan Mengecewakan

Keluaran 2:11-15
Kejadian46-48;
Matius 13:1-30

Air susu dibalas air tuba. Pepatah itu menggambarkan orang yang tidak tahu
membalas budi. Ia menerima kebaikan, tetapi malah membalasnya dengan kejahatan.
Sebuah realitas yang pahit, tetapi banyak terjadi dalam kehidupan kita.

Musa pernah mengalaminya. Beberapa ahli tafsir Perjanjian Lama menduga, orang
Ibrani yang memukul temannya (ayat 13) adalah orang yang sama dengan sosok yang
pada hari sebelumnya dibela Musa ketika ia dipukuli orang Mesir (ayat 11). Yang
kemarin menjadi korban kejahatan, hari ini berbalik menjadi pelaku kejahatan.
Ketika Musa menegur karena ia memukul temannya, sesama orang Ibrani, si pemukul
itu bukannya insaf, tetapi malah menegur dan mencela Musa (ayat 14). Orang itu
bukan hanya tidak tahu berterima kasih, tetapi lebih buruk lagi, ia malah
menjadi pelaku tindak kejahatan yang sama dengan apa yang sebelumnya ia alami.
Bagaimana kita menyikapi realitas semacam ini? Apakah hal itu dapat kita
jadikan alasan untuk menjadi tawar hati, sehingga mengabaikan pentingnya
menolong orang yang membutuhkan? Semestinya tidak. Namun, setidaknya kita dapat
menyiapkan hati agar tidak selalu menganggap bahwa pertolongan yang kita
berikan kepada seseorang otomatis akan membuat orang itu tergerak untuk menjadi
penolong bagi sesamanya. Bisa jadi malah sebaliknya!

Bagaimanapun, perbuatan menolong orang lemah, kecil, dan tertindas, mesti tetap
jalan terus. Sebab, tugas kita adalah menolong sesama yang memerlukan bantuan,
bukan mengubah karakter mereka. Dengan begitu, kita akan menolong sesama tanpa
pamrih.

JANGANLAH HATI ORANG BAIK MUDAH
PATAH KARENA KEDEGILAN ORANG JAHAT


Daniel K. Listijabudi
http://www.renunganharian.net/

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar