Kamis, 24 September 2009

BAGAIMANAKAH SIKAP KITA SAAT BEKERJA?

Kalau kita tidak memikirkan biaya hidup, buat apa kita bekerja?
Karena selama ini saya berpikir kerja untuk cari uang, uang dipakai
untuk hidup. Tetapi FT bilang utamakan Kerajaan Allah, semuanya
itu akan ditambahkan kepadamu.

Lalu bagaimanakah aplikasinya? bagaimanakah sikap saya saat
bekerja? apakah karena saya tidak lagi kuatir apa yang akan saya
makan, minum, pakai maka saya tidak perlu bekerja? bagaimana ini?
pikiran ini seperti nyamuk yang berputar-putar di dekat telinga, meng
ganggu rasanya. Hingga suatu hari FT menegur saya, Kolose 3 :22-24

FT ini menerangkan bagaimana sikap kita dalam bekerja.
"Melakukan pekerjaan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan"
"Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah seperti untuk Tuhan"
"Dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah"

Contoh orang yang melakukan ini adalah Yusuf, dengan takut akan
Tuhan, dia melakukan pekerjaannya, sehingga Tuhan menyertai dia
dan apa yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil (Kej 39:23b) .
Yusuf tidak patah arang ketika dijebloskan ke penjara karena menolak
rayuan istri potifar, karena dari Tuhanlah dia menerima upahnya.

Jika kita bekerja dengan 3 aturan diatas, mana mungkin kita tidak
mendapat berkat, kecuali memang ada rencana lain dari Tuhan.
Jadi sebenarnya selaras juga apa yang Tuhan minta carilah dahulu
kerajaan Allah dalam hidup kita. Karena dengan demikian kita akan
menjadi pekerja-pekerja hebat (yang bekerja bukan untuk manusia
tetapi untuk Tuhan), dan menerima berkat dengan tidak bersungut
sungut karena itu adalah bagian yang sudah ditentukan Tuhan
sebagai upah kita.

Terima kasih Tuhan untuk FirmanMu hari ini
Kami semakin belajar bagaimana kami mempercayakan hidup kami kepadaMu
Ajar kami Tuhan untuk bekerja bagiMu
dan bersyukur untuk setiap upah yang Kau tetapkan bagi kami

Amien


Kepuasan


Baca: Matius 6:24-34
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. —Matius 6:24

Bacaan Untuk Setahun: Kidung Agung 4—5, Galatia 3


Sebuah foto yang menyentuh hati tentang seorang wanita tua yang sedang
duduk di atas tumpukan sampah sangat menarik perhatian saya dan membuat
saya berpikir. Wanita tua ini tersenyum ketika menyantap sebungkus
makanan yang ditemukannya dari tumpukan sampah. Ia tidak butuh banyak
hal untuk dapat merasa puas.

Saat ini ada banyak pembicaraan tentang ekonomi yang semakin
memburuk dan biaya hidup yang semakin tinggi. Banyak orang semakin
cemas memikirkan mata pencahariannya. Apakah memungkinkan untuk menaati
ajaran Tuhan Yesus dalam Matius 6:25, "Janganlah kuatir akan hidupmu,
akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih
penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian?"
Tuhan kita tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu bekerja,
tidak perlu makan, atau tidak perlu memedulikan penampilan kita. Dia
mengingatkan supaya kita percaya kepada-Nya, dan tidak membiarkan
hal-hal tersebut menjadikan kita sebagai budak uang. "Tak seorangpun
dapat mengabdi kepada dua tuan" (ay.24).

Mencari dahulu "Kerajaan Allah dan kebenarannya" (ay.33) adalah
menyadari bahwa seberapa pun besarnya usaha yang kita lakukan untuk
memperbaiki taraf hidup kita dan keluarga, yang pasti Tuhan memenuhi
semua kebutuhan kita. Karena Allah adalah Bapa surgawi kita, pasti kita
akan dicukupkan.


Tersembunyi di dalam tangan-Nya yang penuh berkat,

Musuh pun tak bisa mengikuti, pengkhianat pun tak bisa bertahan;

Tak ada rasa khawatir, ataupun rasa tidak dipedulikan,

Tak ada ketergesaan bisa menyentuh roh yang bersama-Nya.


Uang sangat berguna bila kita menerimanya sebagai wujud dari pemeliharaan Allah.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar