Sabtu, 10 Juli 2010

Cukup Itu Relatif

1 Timotius 6 : 3–10

6:3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan
sehat--yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut ajaran yang
sesuai dengan ibadah kita,

6:4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki,
cidera, fitnah, curiga,

6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang
kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.

6:6. Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat
membawa apa-apa ke luar.

6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat
dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah
beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka.

Rasacukup seseorang tidaklah sama dengan rasa cukup orang lain. Misalnya, yang
seorang cukup satu piring saat makan, yang lain harus dua piring.
Masing-masing kita telah memiliki bagian yang ditentukan TUHAN, dan IA telah
merancang porsi bagi kita masing-masing.

Bagaimana seseorang dapat mengetahui apa yang menjadi bagiannya? Dengan
memiliki pikiran dan perasaan Kristus, sebab hanya orang-orang yang mau
bertumbuh dan menjadi dewasa rohanilah yang dapat merasa cukup menurut ukuran
atau porsi yang TUHAN tetapkan kepada masing-masing kita.

Di balik kata "cukup" atau "secukupnya" ini, TUHAN mengajar orang percaya
untuk tidak menuntut apa yang bukan menjadi bagiannya atau yang sebenarnya
tidak dibutuhkan. Bila seseorang menginginkan apa yang bukan menjadi
bagiannya, sebenarnya itu hanya untuk memuaskan hawa nafsunya; dengan demikian
ia telah menjadikan dirinya musuh TUHAN (Yak. 4:1–4). Ternyata kata "cukup"
merupakan kata penyelamat kehidupan, selama kita mau mengerti, menerima dan
mematuhinya. Karena itu untuk dapat menghayati ini, belajarlah untuk
memercayai kebenaran ini dan kecaplah damai sejahtera surgawi.

Bila kita sudah mengecap sukacita surgawi, kita dapat belajar memahami apa
yang dimaksud RasulPaulus dengan tulisannya, "Asalada makanan dan pakaian,
cukuplah." (1Tim. 6:8). Kata "cukup" di sini dalam teks aslinya di sini adalah
ἀρκεσθησόμεθα (arkesthēsómetha) dari akar kata ἀρκέω (arkēō) yang artinya
"cukup, memuaskan, memadai".

Bertalian dengan kata "cukup" dalam ay. 8 ini, ada juga istilah "rasa cukup"
dalam ay. 6, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan
besar." Kata "rasa cukup" dalam teks aslinya αὐταρκείας (aftarkías) yang juga
berarti "kepuasan". Kata "ibadah" di sini adalah εὐσέβεια (efsébīa) yang bisa
juga diterjemahkan "hidup saleh". Kehidupan saleh tanpa rasa cukup sia-sia.
Kalau seseorang mau berlebihan, maka nafsu keserakahan ini akan membinasakan
(ay. 9–10).

Dengan demikian rasa cukup merupakan pagar yang menjaga agar kita tidak
menyimpang dari jalan yang TUHAN arahkan menuju ke kerajaan BAPA sebagai
musafir. Bersedialah memasang pagar ini, sebab tanpa mengerti dan menerima hal
ini secara benar, selama menumpang di bumi ini kita akan sulit memiliki jiwa
musafir yang dibutuhkan untuk menumbuhkan hasrat menuju Kerajaan BAPA.


http://virtuenotes.blogspot.com adalah renungan harian online yang hadir bagi
setiap umat Kristiani yang rindu menjadi anak TUHAN sepenuhnya.


GBus,
http://virtuenotes.blogspot.com


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar