Habakuk 3 : 17–19
3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil
pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan
makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam
kandang,
3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkan aku.
3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia
membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan
permainan kecapi).
Manakala kita memiliki jiwa musafir, kita niscaya dapat menikmati damai
sejahtera TUHAN yang lebih murni. Ini karena saat seseorang meletakkan dan
menggantungkan suasana hatinya kepada keadaannya di bumi ini, ia tidak
menjadikan TUHAN sebagai sumber kebahagiaannya. Pemberhalaan seperti ini akan
membuat kita tidak mampu menikmati damai sejahtera TUHAN. Kitatidak dapat
menikmati berkat-NYA dalam arti sesungguhnya, tidak dapat menikmati diri-NYA.
Damai sejahtera TUHAN yang permanen tidak bisa dinikmati secara mistis.
Menikmati secara mistis maksudnya merasakan damai sejahtera secara emosional
hanya karena suasana liturgi dalam kebaktian. Damai seperti ini tidak permanen.
Damai seperti ini adalah damai semu yang hanya merupakan perasaan sesaat, dan
tidak akan membuat seseorang semakin sungguh-sungguh mengasihi TUHAN serta
meninggalkan keterikatan dengan kesenangan dunia. TUHAN hanya menjadi kesukaan
sementara baginya. Ia berarti masih berselingkuh dengan dunia, dan TUHAN masih
menganggapnya sama dengan pengkhianat.
Untuk menikmati damai sejahtera TUHAN, ada syarat-syarat yang harus terpenuhi.
Pertama, konsep mengenai hidup harus benar, atau mengenal kebenaran TUHAN.
Inilah syarat yang paling dominan. Ketika kita memiliki konsep yang benar
mengenai hidup ini, damai sejahtera TUHAN otomatis akan berkembang di dalam
diri kita. Damai sejahtera itu akan berkembang seiring dengan bertambahnya
pemahaman yang benar mengenai hidup atau kebenaran itu. Konsep hidup ini juga
akan membuat kita dapat memenuhi syarat yang lain.
Kedua, kita kembali kepada ciri-ciri musafir yang sebelumnya yaitu harus
memiliki rasa cukup. Orang yang belum merasa cukup tidak akan menjadikan TUHAN
segalanya, sehingga tidak dapat memperoleh damai sejahtera-NYA.
Ketiga, memiliki karakter yang telah terbentuk dengan baik. Orang yang
karakternya buruk tidak akan dapat menikmati damai sejahtera TUHAN, sebab
mereka tidak mungkin dapat hidup dalam persekutuan dengan TUHAN, sehingga tidak
mungkin menikmati damai sejahtera secara permanen.
Dengan ketiga syarat ini, dalam keadaan ekstrem seperti yang dilukiskan oleh
Nabi Habakuk pun kita tetap akan menikmati damai sejahtera TUHAN, padahal dalam
pandangan dunia itu merupakan keadaan yang tidak sejahtera. Belajarlah memenuhi
syarat-syarat kemusafiran untuk menikmati damai sejahtera TUHAN, dan di tengah
keadaan apa pun kita akan bersorak-sorai dan beria-ria di dalam TUHAN.
http://virtuenotes.blogspot.com adalah renungan harian online yang hadir bagi
setiap umat Kristiani yang rindu menjadi anak TUHAN sepenuhnya.
__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar