Selasa, 29 Juni 2010

JANGAN MENANGIS MAMA

Kategori: Cerita - Rencana Allah


Bu Sally segera bangun ketika melihat dokter bedah keluar dari kamar
operasi.

Dia bertanya dengan penuh harapan: "Bagaimana anakku?
Apakah dia dapat disembuhkan? Kapan saya boleh menemuinya?"

Dokter bedah menjawab, "Saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sayangnya
anak ibu tidak tertolong"

Bu Sally bertanya dengan hati remuk, "Mengapa anakku yang tidak berdosa bisa
terkena kanker? Apa Tuhan sudah tidak peduli lagi?" Di mana Engkau Tuhan
ketika anak laki-lakiku membutuhkanMu? "

Dokter bedah menjawab, "Saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sayangnya
anak ibu tidak tertolong"

Bu Sally bertanya dengan hati remuk, "Mengapa anakku yang tidak berdosa bisa
terkena kanker? Apa Tuhan sudah tidak peduli lagi? Di mana Engkau Tuhan
ketika anak laki-lakiku membutuhkanMu? "

Dokter bedah bertanya, "Apa Ibu ingin bersama dengan anak ibu selama
beberapa waktu? Perawat akan keluar untuk beberapa menit sebelum jenazahnya
dibawa ke universitas. "

Bu Sally meminta perawat tinggal bersamanya saat dia akan Mengucapkan
selamat jalan kepada anak lelakinya. Dengan penuh kasih dia mengusap rambut
anaknya yang hitam itu.

"Apa ibu ingin menyimpan sedikit rambutnya sebagai kenangan?" perawat itu
bertanya.

Bu Sally mengangguk. Perawat memotong sedikit rambut dan menaruhnya di dalam
kantung plastik untuk disimpan.

Ibu Sally berkata, "Jimmy anakku ingin mendonorkan tubuhnya untuk diteliti
di Universitas. Dia mengatakan mungkin dengan cara ini dia dapat menolong
orang lain yang memerlukan. Awalnya saya tidak membolehkan tapi Jimmy
menjawab, 'Ma, saya kan sudah tidak membutuhkan tubuh ini setelah mati
nanti. Mungkin tubuhku dapat membantu anak lain untuk bisa hidup lebih lama
dengan ibunya.' "

Bu Sally terus bercerita, "Anakku itu memiliki hati emas. Jimmy selalu
memikirkan orang lain. Selalu ingin membantu orang lain selama dia bisa
melakukannya. "

Bu Sally meninggalkan rumah sakit setelah menghabiskan waktunya selama enam
bulan di sana untuk merawat Jimmy.

Dia membawa kantung yang berisi barang-barang anaknya.
Perjalanan pulang sungguh sulit baginya. Lebih sulit lagi ketika dia
memasuki rumah yang terasa kosong.

Barang-barang Jimmy ditaruhnya bersama kantung plastik yang berisi segenggam
rambut itu di dalam kamar anak lelakinya. Dia meletakkan mobil mainan dan
barang-barang milik pribadi Jimmy, anaknya, di tempat Jimmy biasa menyimpan
barang-barang itu. Kemudian dibaringkan dirinya di tempat tidur. Dengan
membenamkan wajahnya pada bantal, dia menangis hingga tertidur. Di sekitar
tengah malam, bu Sally terjaga. Di samping bantalnya terdapat sehelai surat
yang terlipat.

Surat itu berbunyi:
"Mama tercinta, Saya tahu mama akan kehilangan saya; tetapi saya akan selalu
mengingatmu ma dan tidak akan berhenti mencintaimu walaupun saya sudah tidak
bisa mengatakan 'Aku sayang mama'.

Saya selalu mencintaimu bahkan semakin hari akan semakin sayang padamu ma.
Sampai suatu saat kita akan bertemu lagi. Sebelum saat itu tiba, jika mama
mau mengadopsi anak lelaki agar tidak kesepian, bagiku tidak apa-apa ma..
Dia boleh tidur di kamarku dan bermain dengan mainanku. Tetapi jika mama
memungut anak perempuan, mungkin dia tidak melakukan hal-hal yang dilakukan
oleh kami, anak lelaki. Mama harus membelikannya boneka dan barang-barang
yang diperlukan oleh anak perempuan. Jangan sedih karena memikirkan aku ma.
Tempat aku berada sekarang begitu indah. Kakek dan nenek sudah menemuiku
begitu aku sampai di sana dan mereka menunjukkan tempat-tempat yang indah.
Tapi perlu waktu lama untuk melihat segalanya di sana.

Malaikat itu sangat pendiam dan tampak dingin. Tapi saya senang melihatnya
terbang. Dan apa mama tahu apa yang kulihat? Yesus tidak terlihat seperti
gambar-gambar yang dilukis manusia. Tapi, ketika aku melihat-Nya, aku yakin
Dia adalah Yesus. Yesus sendiri mengajakku menemui Allah Bapa! Tebak ma apa
yang terjadi? Aku boleh duduk di pangkuan Bapa dan berbicara dengan-Nya
seolah-olah aku ini orang yang sangat penting.

Aku menceritakan kepada Bapa bahwa aku ingin menulis surat kepada mama untuk
mengucapkan selamat tinggal dan kata-kataku yang lain. Namun aku sadar bahwa
hal ini pasti tidak diperbolehkan-Nya. Tapi mama tahu, Allah sendiri
memberikan sehelai kertas dan pensil-Nya untuk menulis surat ini kepada
mama. ter.

Saya pikir malaikat Gabriel akan mengirimkan surat ini kepadamu ma. Allah
mengatakan akan menjawab pertanyaan mama ketika mama bertanya 'Di mana Allah
pada saat aku membutuhkan-Nya?' Allah mengatakan Dia berada bersama diriku
seperti halnya ketika putera-Nya Yesus disalib.

Dia ada di sana ma, dan dia selalu berada bersama semua anak.
Ngomong-ngomong, tidak ada orang yang dapat membaca apa yang aku tulis
selain mama sendiri. Bagi orang lain, surat ini hanya merupakan sehelai
kertas kosong. Luar biasa kan ma? Sekarang saya harus mengembalikan pensil
Bapa yang aku pinjam.

Bapa memerlukan pensil ini untuk menuliskan nama-nama dalam Buku Kehidupan.
Malam ini aku akan makan bersama dengan Yesus dalam perjamuan-Nya. Aku yakin
makanannya akan lezat sekali. Oh, aku hampir lupa memberitahukanmu ma. Aku
sudah tidak kesakitan lagi. Penyakit kanker itu sudah hilang. Aku senang
karena aku tidak tahan merasakan sakit itu dan Bapa juga tidak tahan melihat
aku kesakitan.

Itulah sebabnya mengapa Dia mengirim Malaikat Pembebas untuk menjemputku.
Malaikat itu mengatakan bahwa diriku merupakan kiriman istimewa! Bagaimana
ma? Salam kasih dari Allah Bapa, Yesus & aku. "


Renungan: Pembantaian Lli - Tahun 1342

Salah satu misi penginjilan paling awal dan berhasil dengan baik di China
adalah di tempat yang paling tidak mungkin - Kota perbatasan Lli Baliq
(sekarang di kenal sebagai Yining) yang berada di wilayah terpencil di barat
laut China. Pada abad ke 14, Lli dianggap sebagai bukan bagian dari China
yang beradab. Ribuan penjahat dan orang Kristen teraniaya dibuang di sana
untuk menghabiskan sisa hidup mereka dalam pembuangan.

Sekelompok orang Kristen dewasa, dipilih oleh pemimpin gereja, mempelopori
penginjilan di tempat yang terlantar ini. Diantara mereka adalah Francis dan
Raymond Ruffa, 2 pastur dari Alexandria, Mesir dan empat pria lainnya: Peter
dari Prancis, Lawrence dari Mesir, Matthew dari Hungaria dan John dari
India. Mereka melakukan perjalanan mengitari wilayah yang populasi
penduduknya tersebar dengan menunggangi unta dan kuda, menginap di
tenda-tenda pengembara Mongolia dan berhasil memenangkan banyak keluarga
kepada Kristus.

Segera setelah para pria tersebut tiba, pangeran Lli jatuh sakit. Francis
dari Alexandria menolong dan mendapatkan kemurahan hati sang pangeran dan
ayahnya, khan. Para misionaris menikmati kemerdekaan mengabarkan Kabar Baik
selama beberapa tahun. Pada tahun Juni 1342 sang khan diracuni oleh salah
seorang pangeran, seorang fanatik 'Agama Lain'. Sang pembunuh merebut tahta
dan mengeluarkan sebuah dekrit yang isinya memerintahkan semua orang Kristen
harus meninggalkan iman mereka dan memeluk 'Agama Lain'. Ketidak-patuhan
akan berakibat pada kematian. Bagaimanapun, orang-orang Kristen dengan
berani terus berkumpul dan menyembah Tuhan.

Para missionaris di Lli ditahan. Mereka dirantai bersama dalam satu baris,
sementara sekelompok gerombolan 'Agama Lain' memukuli mereka dengan tongkat
dan cambuk. Walaupun dipukuli dengan hebat, orang-orang percaya menolak
untuk menyangkal iman mereka. Orang-orang banyak yang menonton bereaksi
dengan memotong hidung dan kuping para misionaris. Para misionaris ini
berseru kepada Yesus dan terus memperkatakan Firman Tuhan kepada para
penganiaya mereka. Akhirnya gerombolan 'Agama Lain' ini memenggal kepala
mereka.

Orang-orang Kristen setempat, termasuk etnis Uyghur, Kazakh, Mongol, Rusia
dan Han China menolak untuk pergi. Mereka dijebloskan dalam penjara dan
disiksa secara keji. Banyak orang Kristen Lli mati sebagai martir di bawah
monarki brutal 'Agama Lain'. Walaupun adanya badai penganiayaan, gereja di
Lli selamat. Luar biasanya, Injil masih dikabarkan di wilayah terpencil ini
sampai sekitar 400 tahun kemudian.

Source:

Buletin KDP (Kasih Dalam Perbuatan) Edisi Mei - Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar