Kejadian 2 : 9, 15–17
2:9 Lalu TUHAN Allah
menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik
untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu,
serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
2:15 TUHAN Allah
mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Salah satukeistimewaan yang diberikan TUHAN kepada manusia adalah kehendak bebas. Ini adalah harta yang sangat berharga dan sangat istimewa yang tidak
bisa diintervensi oleh siapapun, bahkan oleh TUHAN sendiri. Apabila
dinyatakan bahwa TUHAN sendiri tidak bisa mengintervensi kebebasan yang
telah diterima manusia dari-NYA, ini sama sekali tidak bermaksud
mengurangi hormat terhadap supremasi atau keunggulan TUHAN dalam
kedaulatan-NYA. TUHAN sendiri dalam kedaulatan-NYA dengan rela
memberikan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan pilihannya
sendiri. Sekecil apa pun, manusia telah diberi kedaulatan dalam wilayah
hidupnya yang juga dihargai oleh TUHAN. Dengan menghargai kedaulatan
manusia itu, berarti TUHAN menghargai kedaulatan-NYA sendiri. Dalam hal
ini TUHAN menunjukkan konsekuensi-NYA dalam menciptakan manusia dengan
kodrat kehendak bebasnya.
Ini tampak dari
kisah manusia pertama.
TUHAN menciptakan pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden, dan IA tidak memagarinya untuk mencegah manusia memakan buah terlarang
tersebut. IA hanya memberi perintah agar manusia tidak memakan buah
pohon tersebut (ay. 15). Mungkin kita bertanya, untuk apa IA menciptakan pohon pengetahuan itu, jika buntutnya—seperti yang kita ketahui—manusia tetap memakannya, yang berarti manusia jatuh secara tragis?
Itulah bentuk pengakuan ALLAH terhadap kehendak bebas manusia. IA menginginkan manusia mencintai-NYA secara tulus dan sadar dengan kehendak bebasnya,
tetapi itu hanya mungkin jika ada pilihan atau kemungkinan untuk tidak
mencintai-NYA. IA memerintahkan manusia untuk patuh secara tulus dan
sadar, tetapi itu hanya mungkin jika ada pilihan atau kemungkinan untuk
tidak patuh. Pohon pengetahuan ditempatkan-NYA sebagai sarana jika
manusia memutuskan untuk tidak patuh kepada-NYA, dan berbalik dari-NYA.
Hal ini merupakan gambaran yang jelas mengenai bentuk dan mekanisme
kehidupan manusia. Fragmen yang terjadi di taman Eden adalah gambaran
kehidupan manusia; bukan hanya bagi manusia pertama, tetapi juga bagi
manusia di segala tempat dan sepanjang zaman. Kita harus mengakui bahwa
manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya—yang dalam istilah Latin
disebut liberum arbitrium— dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya.
TUHAN sebagai Hakim menegakkan hukum kehendak bebas itu dengan segala
resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi TUHAN sendiri.
Walaupun itu berarti ketika manusia jatuh dalam dosa, ALLAH sendiri yang harus turun menyelamatkannya.
GBus,
http://virtuenotes.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar