Kamis, 19 November 2009

Kekuatan Pengampunan

Seorang wanita berkulit hitam yang telah renta dengan pelahan bangkit berdiri
di suatu ruang pengadilan di Afrika Selatan.
Umurnya kira-kira 70, di wajahnya tergores penderitaan yang dialaminya
bertahun-tahun. Di depan, di kursi terdakwa, duduk Mr. Van der Broek, ia
telah dinyatakan bersalah telah membunuh anak laki-laki dan suami wanita itu.

Beberapa tahun yang lalu laki-laki itu datang ke rumah wanita itu. Ia mengambil
anaknya, menembaknya dan membakar tubuhnya. Beberapa tahun kemudian, ia kembali
lagi. Ia mengambil suaminya. Dua tahun wanita itu tidak tahu apa yang terjadi
dengan suaminya. Kemudian, van der Broek kembali lagi dan mengajak wanita itu
ke suatu tempat di tepi sungai. Ia melihat suaminya diikat dan disiksa. Mereka
memaksa suaminya berdiri di tumpukan kayu kering dan menyiramnya dengan bensin.
Kata-kata terakhir yang didengarnya ketika ia disiram bensin adalah, "Bapa,
ampunilah mereka."

Belum lama berselang, Mr. Van den Broek ditangkap dan diadili. Ia dinyatakan
bersalah, dan sekarang adalah saatnya untuk menentukan hukumannya. Ketika
wanita itu berdiri, hakim bertanya, "Jadi, apa
yang Anda inginkan? Apa yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang ini yang
secara brutal telah menghabisi keluarga Anda?"

Wanita itu menjawab, "Saya menginginkan tiga hal. Pertama, saya ingin dibawa ke
tempat suami saya dibunuh dan saya akan mengumpulkan debunya untuk
menguburkannya secara terhormat." Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan,
"Suami dan anak saya adalah satu-satunya keluarga saya. Oleh karena itu
permintaan saya kedua adalah, saya ingin Mr. Van den Broek menjadi anak saya.
Saya ingin dia datang dua kali sebulan ke ghetto (perumahan orang kulit hitam)
dan melewatkan waktu sehari bersama saya hingga saya dapat mencurahkan padanya
kasih yang masih ada dalam diri saya."

"Dan, akhirnya," ia berkata, "permintaan saya yang ketiga. Saya ingin Mr. Van
den Broek tahu bahwa saya memberikan maaf bagi dia karena Yesus Kristus mati
untuk mengampuni. Begitu juga dengan permintaan terakhir suami saya. Oleh
karena itu, bolehkah saya meminta seseorang membantu saya ke depan hingga saya
dapat membawa Mr. Van den Broek ke dalam pelukan saya dan menunjukkan padanya
bahwa dia benar-benar telah saya maafkan."

Ketika petugas pengadilan membawa wanita tua itu ke depan, Mr. Van den Broek
sangat terharu dengan apa yang didengarnya hingga pingsan. Kemudian, mereka
yang berada di gedung pengadilan – teman, keluarga, dan tetangga – korban
penindasan dan ketidakadilan serupa – berdiri dan bernyanyi "Amazing
grace, how sweet the sound that saved a wretch like me. I once was lost, but
now I'm found. 'Twas blind, but now I see. (Anugerah yang ajaib, sungguh merdu
suara yang telah menyelamatkan orang yang malang
seperti saya. Saya pernah hilang, tetapi sekarang saya ditemukan. Saya pernah
buta, tetapi sekarang saya melihat)."

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar