Rabu, 04 November 2009

Pria, Seorang Pahlawan Yang Terluka


Kebanyakan pria lebih memilih mati daripada dihina di depan umum. Hanya
sedikit wanita yang mengerti betapa kuatnya perasaan seorang pria mengenai
hal ini. Sejak kecil, pria belajar tentang prinsip untuk bertingkah laku
tertentu. Pria jarang berbicara secara terbuka mengenai peraturan ini,
tetapi pria juga jarang berbicara terbuka tentang masalah yang sangat
pribadi. Peraturan itu ada, merasuk sampai ke tulang-tulangnya dan
diperkuat oleh budaya dalam ratusan cara yang halus maupun tidak halus.
Pria hidup dengan peraturan ini walaupun mereka tidak dapat mengatakannya.
Walaupun mereka tahu peraturan itu tidak rasional, tidak realistis, dan
tidak sehat. Peraturan itu berbunyi seperti ini: Pria tak pernah gagal,
pria selalu kuat, pria tidak menunjukkan kelemahan mereka, pria harus
memimpin, pria tidak boleh menangis, pria menyimpan masalah mereka sendiri,
pria tidak meminta pertolongan, pria harus benar, pria melindungi diri
mereka dengan segala cara, dan pria tidak tergantung pada orang lain.
Walaupun kebanyakan pria akan tetap menolaknya, mereka juga terluka seperti
wanita. Kenyataannya, pria kerap kali lebih mengambil hati peristiwa
kehilangan, ditolak dan gagal daripada wanita. Walaupun begitu, pria
mungkin lebih bisa menutupi luka-luka mereka dan menyimpan kepedihan itu di
hati, sementara wanita lebih mudah menghadapi luka-luka mereka dan
membiarkan rasa sakit hati itu keluar. Karena itu, pria cenderung mengalami
luka lebih lama, dan luka mereka tidak sembuh sempurna. Oleh karena itu,
kebanyakan pria tidak menyukai segala bentuk konseling. Ketika sepasang
suami istri datang ke kantor saya untuk kali pertama, sang suami biasanya
merasa enggan. Ketika saya menanyai sang suami mengapa ia datang ke sini,
ia biasanya mengatakan seperti ini, "Istri saya yang membuat janji"
atau "Saya tidak tahu kenapa saya harus datang ke sini" atau "Karena istri
saya memaksa" atau "Istri saya berpikir bahwa pertemuan ini penting"
atau "Akan timbul masalah besar jika saya tidak ikut" atau "Ada beberapa
hal yang perlu dibicarakan oleh istri saya." Apabila saya menanyai sang
istri mengapa ia datang ke sini, ia biasanya memberikan jawaban yang
hati-hati, daftar yang detail mengenai kesulitan-kesulitan besar maupun
kecil yang mereka hadapi dalam pernikahan. Ia mengatakan kepada saya kapan
timbulnya setiap persoalan, dan bagaimana mereka berdua telah berusaha
memecahkannya. Ketika sang istri berbicara, sang suami kelihatannya sangat
tidak nyaman. Sang suami mungkin menyangkali hal-hal yang detail, tetapi
biasanya ia setuju tentang masalah-masalah besar. Ketika sang istri
selesai, saya berbalik kepadanya dan berkata, "Anda sungguh beruntung.
Suami Anda pasti sangat mencintai Anda, sehingga ia mau meninggalkan zona
nyamannya dan datang ke pertemuan ini bersama Anda. Saya harap Anda tahu
bagaimana sulitnya hal ini baginya." Kemudian, saya berbalik kepada sang
suami dan berkata, "Keberanian Anda layak dicungi jempol. Saya senang Anda
ke sini demi pernikahan Anda. Saya tidak hendak mempermalukan Anda untuk
kesalahan yang telah dilakukan oleh Anda maupun istri Anda. Saya di sini
akan melatih Anda sehingga dapat bermain dengan lebih baik dalam
pertandingan. Setiap atlet yang baik memerlukan pelatih yang menolongnya
untuk menggapai yang terbaik." Pada saat itu, biasanya sang suami menjadi
amat santai dan siap berbicara. Ia mau mengambil resiko karena saya telah
mengakui keberaniannya dan saya berbicara dalam bahasa pria. Pria
cenderung tidak mau membicarakan luka hati atau persoalan mereka, kecuali
jika hal-hal itu menjadi di luar kontrol, sehingga tidak ada pilihan lain.
Mereka berbicara secara terbuka tentang kesulitan mereka dengan resiko malu
dan kehilangan rasa hormat. Oleh karena itu, mereka tetap menjaga hal itu
secara pribadi dan menolak membukanya. Mereka tidak pergi ke konselor,
dokter atau pendeta untuk membicarakan masalah-masalah pribadi kecuali
kalau terpaksa. Wanita berkata, "Mari kita bahas masalah ini dari awal dan
mengatasinya sebelum menjadi besar." Pria cenderung berkata, "Ini bukan
masalah besar. Mari kita tunggu dan kita lihat apakah masalah ini akan
terpecahkan sendiri." Menceritakan rasa sakit dan perjuangan mereka
merupakan salah satu cara bagi wanita untuk berhubungan satu sama lain dan
membangun ikatan persahabatan. Ini adalah kesempatan untuk menguatkan,
menyemangati dan saling mengenal. Wanita yang lain biasanya akan datang
berempati dan memperkuat yang menderita. Wanita melihat berbagi sebagai
unsur yang luar biasa positif. Kaum wanita memang tidak akan asal
membicarakan masalahnya kepada siapa saja, tetapi mereka punya lebih banyak
orang yang bisa dipercaya daripada kebanyakan pria. Wanita lebih mudah
percaya dan menganggap orang lain berkata jujur walaupun bisa saja orang
tersebut sebenarnya berbohong. Wanita mengasumsikan yang terbaik. Apabila
seseorang mengkhianati mereka, mereka akan mengeluarkan orang itu dari
daftar mereka. Pria cenderung mengasumsikan yang terburuk dan mereka hanya
menyimpan daftar beberapa orang saja. Mereka melihat setiap orang sebagai
pengkhianat potensial yang siap menggunakan informasi pribadi untuk
merusak, meremehkan atau menghancurkan mereka. Mereka melihat kehidupan
sebagai pertandingan; menunjukkan kelemahan akan menguntungkan musuh secara
tidak adil. Kaum pria percaya bahwa satu-satunya cara untuk mempercayai
orang adalah dengan memperhatikan mereka, mempelajari mereka, mengetes
mereka, mendengar mereka, mengetes mereka lagi... dan kemudian mungkin
mempercayai mereka. Tetapi mungkin saja tidak. Pria melindungi hati
mereka. Bukannya menunjukkan rasa luka dan kegagalan mereka, mereka justru
menjadi marah, mengontrol, atau menuntut. Ketika pria merasa rentan, mereka
acapkali menjadi sangat defensif. Kerap kali mereka melakukan kompensasi
yang berlebihan akan kemaskulinannya sehingga menyingkirkan orang lain.
Atau mereka mungkin menenggelamkan diri dalam pekerjaan, hobi,
proyek-proyek, olahraga, televisi, kecanduan, atau hampir semua hal yang
menciptakan jarak dari penyingkapan yang potensial. Jadi bagi Anda para
istri, Anda harus benar-benar mengerti jika suami Anda sangat enggan untuk
membuka diri sebenarnya itu berarti, "Aku sangat takut akan resiko untuk
mudah diserang." Sedangkan bagi Anda para suami, Anda harus mengerti bahwa
kerelaan istri Anda untuk mengatakan permasalahannya di depan umum
sebenarnya berarti, "Aku memerlukan hubungan dengan orang, terutama dengan
kamu."

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar