Sabtu, 21 November 2009

The Power of Love

Kidung 8:6,"…Cinta kuat seperti maut…"

Kekuatan Cinta diumpamakan dengan seperti kekuatan maut. Kita bisa membayangkan
betapa . semuanya tidak berdaya.

Seperti itulah besarnya kekuatan cinta.

Yesus Kristus itu bukan Pribadi yang suka
menyerang;

Yesus tidak pernah mengajar, "bunuh setiap orang yang menolak Aku dan
pengajaran-Ku; hancurkan mereka dan binasakan sampai ke anak cucunya." Yesus
tidak pernah mengajarkan orang menjadi ofensif secara fisik.

Yesus Kristus juga bukan Pribadi yang suka membela diri saat diserang atau
dianiaya.

Hal itu dibuktikan saat Dia ditangkap; Ia tidak melawan dan mengirim 12 [dua
belas] pasukan malaikat-Nya untuk menolong Dia saat dianiaya oleh tentara
Romawi. Ia diam dan tidak membela dirinya.

Tetapi Yesus adalah Pribadi yang penuh kasih. Dia menggunakan kekuatan kasih
untuk menghadapi setiap serangan yang dilemparkan ke atas diri-Nya. Puncak dari
seluruh serangan selama masa hidupnya adalah dari Getsemani sampai Golgota.

Yesus menghadapinya dengan kasih kepada Allah Bapa semua serangan Iblis dan Ia menghadapi dengan Roh-Nya dan puncaknya
adalah saat roh maut menghantam diri-Nya dan Ia berkata, "Ya, Bapa ke dalam
tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku." dan pada saat Ia menyerahkan nyawa-Nya, tubuh-Nya
mati, Iblis berpikir bahwa ia telah mengalami kemenangan namun di alam maut,
justru Yesus mematahkan roh maut dan mengalami kebangkitan pada hari ketiga
sebagai tanda kemenangan-Nya atas Iblis; Dosa dan Maut.

Kunci kemenangan Kristus adalah Ia menggunakan Kasih dengan cara yang tepat.
Kita dapat melihat betapa dahsyatnya kekuatan kasih itu. Kekuatan yang sanggup
menghancurkan Iblis dan perbuatan-perbuatannya.

Contoh: Kedahsyatan kekuatan Kasih [2 Raja-Raja 6:14-23]

Raja Aram marah besar karena
setiap rencananya selalu diketahui oleh Elisa sehingga ia bermaksud untuk
mengepung dan menyerang Israel
dengan mengirim tentara Aram
dalam jumlah yang besar.

Bagaimana Elisa menghadapi serangan tentara Raja Aram itu?

Ia tidak ofensif dan juga tidak defensif tetapi absorsif yaitu menyerapnya
dengan Kasih...

Ia berdoa agar Tuhan membutakan mata tentara Aram yang sedang mencarinya; lalu
membawa mereka masuk ke dalam benteng Samaria; begitu mereka masuk orang Israel
mengepung mereka, lalu Elisa berdoa agar Tuhan membuka mata mereka; mereka
sadar bahwa mereka sedang terkepung oleh orang Israel.

Raja Israel
berkata, "apakah kita bunuh saja mereka itu?" namun Elisa berkata, "Jangan,
apakah kamu biasa membunuh orang yang ditawan?" Apakah yang dilakukan oleh
Elisa terhadap tentara Aram
yang besar itu?

Mereka dipatahkan oleh Kasih... mereka diberikan makanan dan minuman dan
diberikan Kasih yang tulus; setelah puas dan kenyang, mereka disuruh pulang ke
negerinya.

Alkitab mencatat, "Sejak saat itu, tidak ada lagi gerombolan tentara Aram yang memasuki Israel..."

Sekali lagi, kasih membuktikan kekuatannya. Tentara Aram
ditaklukkan oleh kasih yang tulus dan mereka tidak pernah memasuki wilayah Israel
lagi.

Jadi, hidup itu perlu disiasati dengan strategi Ilahi. Strategi ilahi untuk
menyiasati kehidupan adalah hidup di dalam kasih Allah.

Kasih nampaknya lemah justru itulah strategi yang digunakan Allah untuk
membinasakan Iblis dan perbuatan-perbuatannya.

Ketika Tentara Amerika berada di Afganistan, mereka diperintahkan untuk
menjatuhkan bom di depan pintu gua tempat persembunyian tentara Taliban bukan
di atas guanya untuk menghancurkan musuh.

Para pilot pesawat tempurnya berpikir itu
adalah tindakan bodoh dan aneh, bagaimana mungkin musih bisa dikalahkan dengan
menjatuhkan bom di luar sasaran.

Tetapi Komandan mereka memiliki strategi khusus yaitu dengan menjatuhkan bom di
luar sasaran maka mereka dapat menghancurkan musuh melalui senjata kimia itu
yang dapat mengisap oksigen sampai radius 20 km hingga tewas tanpa menghancurkan senjata
dan semua dokumen yang diperlukan.

Dalam 1 Korintus 13:8 mengatakan "Kasih Allah tidak berkesudahan..." dengan
kata lain Kasih Allah tidak pernah gagal, pudar, lenyap atau berakhir. Karena
Allah adalah kasih, maka kalau kasih dapat lenyap, Allah pun dapat lenyap.

Namun, Allah tidak pernah gagal, dan kasih-Nya juga demikian. Oleh karena itu
betapa pentingnya hidup di dalam kasih Allah.

Bagaimana mengembangkan dan hidup di dalam kasih Allah itu?

Pertama, Kita harus belajar untuk merasakan dan memahami Kasih Allah

"Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta
berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala
orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan
dalamnya kasih Kristus." [Efesus 3:17-18]

Sebelum kita bisa mengasihi orang lain, kita harus bisa merasakan dan memahami
betapa dalamnya Tuhan mengasihi kita.

Mengapa Tuhan menginginkan kita untuk belajar merasakan dan memahami betapa
besar kasihNya lepada kita?

Sebab "Kita dapat mengasihi karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita." [1
Yohanes 4:19].

Cobalah belajar untuk melihat besarnya kasih Allah: Dia telah menebus semua
dosa dan menanggung semua sakit penyakit kita. Dia telah mengangkat derajat
hidup kita. Dia telah memberikan orang-orang yang baik dan mengasihi kita.

Mengapa begitu penting merasakan kasih Tuhan? Karena orang-orang yang tidak
dikasihi [merasa dikasihi] cenderung sulit mengasihi orang lain.

Ketika seseorang tidak merasakan kasih yang tulus dan sejati, ia cenderung
tidak bisa mengasihi orang lain, sebab kita tidak bisa memberikan apa yang
tidak kita miliki.

Seorang anak yang merasa dikasihi oleh keluarganya dan orang-orang di
sekitarnya, ia cenderung bisa menghargai dan bersikap ramah dengan orang lain.

Sebaliknya seorang anak yang tidak merasa dikasihi, ia cenderung menarik
perhatian yang negatif, bersikap kasar dan kurang menghargai orang lain.

Belajar mengasihi berarti belajar untuk merasakan dan memahami betapa lebarnya
dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.

Kedua, Kita harus belajar berpikir dengan pikiran Kasih

"dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus." [Filipi 2:4-5]

Apakah arti berpikir dengan pikiran Kristus?

Kita harus belajar untuk mulai memberikan perhatian kepada kebutuhan orang
lain; masalah-masalah orang lain; keinginan dan harapan orang lain; atau
luka-luka orang lain bukan hanya menaruh perhatian kepada kepentingan sendiri.

Faktanya, orang yang terluka cenderung melukai orang lain.

Jika seseorang melukai kita sesungguhnya ia melakukan itu karena ia sedang
terluka. Apa yang perlu kita lakukan untuk menghadapi mereka?

Seharusnya, kita tidak hanya memperhatikan kelemahan atau kejahatan mereka
tetapi kita pun harus belajar untuk memikirkan alasan perbuatannya dengan cara
melihat kebutuhan mereka. Kita harus belajar melihat kebutuhan mereka. Mereka
butuh dikasihi, dihargai atau diterima.

Saya pernah mendapat cerita tentang seorang Pendeta, ketika ia sedang berjalan
kaki menuju kediamannya tiba-tiba dihadang oleh seorang laki-laki sambil
menodongkan pisau. Laki-laki itu meminta semua uang dan benda berharga.

Pendeta itu dengan tenang dan lembut berkata, "Saya tidak membawa uang yang
cukup untuk diberikan kepada Anda namun apabila Anda berkenan datanglah ke
rumah saya, di sana
saya masih menyimpan sejumlah uang dan saya akan berikannya kepada Anda.
Laki-laki itu tidak dapat tahan menghadapi Pendeta itu, ia berlutut sambil
menangis dan memohon maaf atas tindakannya. Namun demikian, Pendeta tersebut
tetap mendesaknya untuk menerima sejumlah uang yang disimpannya itu. Pada akhirnya,
laki-laki itu mengambil keputusan untuk bertobat dan mempercayai Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya.

Pendeta itu telah berpikir dengan pikiran kasih. Ia berhasil melihat tindakan
laki-laki itu sebagai reaksi dari kebutuhan hidup yang tidak dapat di atasinya.

Namun, ketika ia berpikir dengan pikiran kasih justru ia telah menyelamatkan
jiwa laki-laki tersebut.

Seringkali, kita menemukan orang-orang yang menjengkelkan.

Kalau kita mau belajar untuk berpikir dengan pikiran kasih, kita akan berpikir
bahwa justru merekalah orang-orang yang paling membutuhkan kasih dari kita.

Kita tidak boleh mengatasi dengan kemarahan dan membalas mereka yang telah
menjengkelkan kita. Kemarahan kita justru akan menguatkan cengkraman Iblis atas
hidup mereka.

Belajarlah berpikir dengan pikiran kasih; ucapkanlah perkataan yang mengandung
damai sejahtera dan perkataan berkat untuk mereka sebab semua itu akan
melemahkan cengkraman Iblis atas hidup mereka.

Kita tidak bisa mengubah perasaan kita tetapi kita dapat mengubah cara berpikir
kita tentang orang yang telah menjengkelkan kita.

Ketika kita mengubah cara berpikir mengenai seseorang secara bertahap kita
sedang mengubah perasaan hati kita terhadap orang tersebut.

Kita harus belajar mengganti cara berpikir yang hanya memperhatikan kelemahan,
kejelekan atau kejahatan orang tersebut sebaiknya kita mulai berpikir mengenai
kebutuhan-kebutuhannya, semuanya itu akan mengubah perasaan kita, menjadi
perasaan yang penuh kasih.

Mulailah belajar berpikir dengan pikiran kasih.

Ketiga, Kita harus belajar mengampuni musuh-musuh kita.

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan
telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." [Kolose 3:13]

Adalah tidak mungkin untuk mengasihi seseorang dengan sungguh-sungguh dan pada
saat yang sama jengkel atau dendam dengan orang lain. Hati
kita harus utuh.

Kita tidak bisa sungguh-sungguh mengasihi pasangan kita jika kita masih marah
dengan orang tua kita. Kita tidak bisa mengasihi anak-anak kita jika kita masih
marah dengan pasangan kita.

Kita tidak bisa memberikan kasih yang sepenuhnya saat hati kita tercemar dengan
racun kebencian.

Kita mungkin masih mempunyai masalah dengan masa lalu dan menyimpan dendam dan
kebencian terhadap seseorang. Inilah penyebab mengapa kita tidak bisa mengasihi
pasangan kita.

Apabila kita mau belajar mengasihi orang lain sekarang, kita harus menutup
pintu terhadap kekecewaan dan kepahitan masa lalu. Hanya
ada satu caranya yaitu mengampuni.

Ampunilah orang-orang yang telah melukai diri Anda. Pengampunan adalah untuk
kepentingan Anda sendiri bukan karena dia layak untuk diampuni.

Apabila Anda melakukannya maka hati Anda akan pulih dan Anda dapat mengasihi
sepenuh hati orang-orang yang Anda kasihi.

Penutup:

Kasih Allah adalah kekuatan yang dahsyat. Salib
Kristus adalah wujud dan bukti kasih Allah.

Kasih yang telah membinasakan perbuatan Iblis yaitu Dosa, kutuk, sakit
penyakit, kelemahan, kemiskinan, kematian.

Kunci mengalami kemenangan dan kebahagiaan adalah memiliki kasih Allah dan
hidup di dalam kasih-Nya.

Anda harus belajar untuk merasakan Kasih dengan mengakui betapa besar kasih
Anda kepada Allah dan firman-Nya; berpikir dengan pikiran kasih dan belajar
mengampuni.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar