Jumat, 16 April 2010

MEMILIKI YESUS

Ketika kecil, kita cenderung sangat posesif. Sulit bagi kita untuk
berbagi. Kita terganggu kalau mainan kita dipinjam teman dalam waktu
cukup lama, apalagi kalau sampai dibawa pulang. Bagi seorang anak,
memiliki berarti menguasai dan memonopoli secara absolut.

Surat Yohanes menyatakan bahwa Allah mengaruniakan hidup yang kekal
kepada kita, dan hidup itu berada di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus.
"Siapa yang memiliki Anak, ia memiliki hidup" (ayat 12). Apakah itu
berarti, seperti pemaknaan anak kecil, kita menguasai dan memonopoli
Yesus Kristus? Bukan! Yohanes justru ingin menekankan pentingnya
umat percaya untuk hidup dalam respons yang tepat terhadap rahmat
Allah (1 Yohanes 4:8, 11). Maksudnya, rahmat Allah perlu disambut
oleh iman dan sikap hidup beriman dari pihak kita. Gayung pun
bersambut, ketika kita merespons rahmat Allah yang mendatangi kita
di dalam Yesus.

Tidak semua orang yang mengaku percaya terhitung sebagai mereka yang
memiliki Yesus. Yesus bukan barang yang bisa kita kuasai dan kita
monopoli. Memiliki Yesus berarti beriman di dalam dan hidup menurut
teladan Yesus Kristus. Memiliki Yesus bukan hanya soal memiliki
ajaran yang benar, melainkan soal menjalankan tindakan yang benar,
sesuai dengan iman (ayat 2).

Anda mau membuktikan bahwa Anda memiliki Yesus? Bukan seperti anak
kecil yang ingin menguasai dan memonopoli mainan miliknya, kita yang
sungguh-sungguh memiliki Yesus malah tergerak untuk membagikan kasih
Yesus kepada sesama melalui tindakan nyata. Dan kita tidak akan
merasa berat menjalankan perintah-Nya -

ALLAH TIDAK DAPAT DIMILIKI SECARA EKSKLUSIF

MELAINKAN MERENGKUH ORANG LAIN UNTUK TURUT MENGECAPNYA

1 Yohanes 5:1-12

1. Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari
Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan,
mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.

2. Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu
apabila kita mengasihi Allah serta melakukan
perintah-perintah-Nya.

3. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti
perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

4. sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

5. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang
percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

6. Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus
Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan
darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah
kebenaran.
2
7. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa,
Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

8. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan
darah dan ketiganya adalah satu.

9. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih
kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang
Anak-Nya.

10. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu
di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia
membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan
kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

11. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang
kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

12. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak
memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

http://www.wilotocorp.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

SIAPAKAH SESAMAKU ?

MARKUS 12:31, "Dan
hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
Sebuah
kebenaran menyentakkan saya pada suatu hari, ketika TUHAN bertanya, "Siapakah
sesamamu ?" segera saya menjawab "Manusia". "Itu benar, tapi siapakah sesamamu,
manusia ? Sudahkah engkau memperlakukan sesamamu manusia, sebagaimana layaknya
manusia ?" tanya TUHAN.
Saya terdiam……..
TUHAN
memperlihatkan pada saya, sebuah flash back di masa lalu, mengenai perlakukan
saya terhadap sesama. Slide yang pertama adalah sebuah gambaran dimana saya
sedang memandang orang dengan pandangan sinis dan menilai rendah seseorang hanya
karena orang itu tidak mampu mengerti apa yang saya inginkan dan berbeda suku. Slide
ke-2 adalah ketika saya dengan sengaja memperalat tenaga orang lain dengan alasan
pelayanan padahal untuk kepentingan diri sendiri. Slide yang ke-3 adalah ketika
saya dengan sadar membicarakan kelemahan orang lain dan dengan sengaja mempermalukannya
di depan public. Di tengah-tengah slide yang TUHAN tampilkan, TUHAN berkata
dengan lembut, "Menurut-mu, apakah ini yang dinamakan mengasihi sesama ?"
Saya tertunduk………(seraya berkata
dalam hati "TIDAK, TUHAN")
TUHAN membawa saya pada sebuah
kebenaran "Sesamamu manusia adalah orang-orang yang ada di sekitar dirimu,
orang-orang yang berbeda pendapat denganmu, orang-orang yang tidak kamu sukai
karena mereka telah menyakiti hatimu, orang-orang yang telah mempermalukan dan
menjatuhkan harga dirimu, termasuk orang-orang yang membenci dirimu karena
engkau menjadi pengikut-KU."

Saudaraku,
Bagaimana dengan anda ?
Masihkah anda merasa bahwa diri
anda lebih berharga dan lebih hebat dari orang lain karena anda memiliki
kemampuan melebihi kebanyakan orang ?
Masihkah anda memandang
orang-orang yang berbeda dengan anda seperti sebuah penyakit menular yang harus
dihindari dan dibuang jauh-jauh ?
Masihkah ada belas kasihan di
dalam hatimu bagi jiwa-jiwa yang terhilang dan belum mengenal kasih BAPA ? Atau
jangan-jangan kita bahkan sudah lupa bagaimana mengasihi karena waktu kita
tersita habis oleh pekerjaan dan masalah ?

Saudaraku ketahuilah,
TIdak ada seorang pun yang hebat
di muka bumi ini, tidak ada seorangpun yang lebih ahli di muka bumi ini. Semua sama di mata ALLAH,
ALLAH mengaruniakan keahlian kepadamu dengan maksud, untuk engkau
mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak memiliki pengertian dan membuat
mereka menjadi maju dan keluar dari kebodohannya.
ALLAH adalah ALLAH yang kreatif,
tidak ada satupun manusia yang diciptakan sama. Setiap orang berbeda dan unique
dan ALLAH menyukai perbedaan itu. ALLAH
tidak memandang perbedaan sebagai sebuah jurang, tapi ALLAH memandang perbedaan
sebagai suatu simfoni yang manis bagi alam semesta.
Darah YESUS adalah darah yang dipenuhi oleh belas kasihan
akan jiwa-jiwa dan YESUS memberikan darah itu secara cuma-cuma kepada semua
orang. Darah YESUS itu sekarang telah ada di dalammu dan darah YESUS yang
memampukan anda untuk mengasihi jiwa-jiwa tanpa batas.
Ketika kita sudah mulai
kehilangan belas kasihan akan jiwa-jiwa, itu artinya sumber mata air hidup anda
sudah kering, terkuras habis oleh kesenangan pribadi dan pergumulan hidup yang
tak habis-habisnya. Jalan satu-satunya hanya satu yaitu DATANG, BERDIAM DIRI DI HADAPAN ALLAH dan MINTA ROH
KUDUS untuk memenuhkan kembali hidup anda dengan kasih-NYA. Setelah itu,
tebarkanlah belas kasihan yang telah engkau miliki itu, kepada orang-orang di
sekelilingmu terlepas dari apakah dia layak untuk menerimanya atau tidak.
Berilah dengan tulus dan tanpa pamrih.

Sesamaku,
Adalah orang-orang yang
bersamanya kita tidak merasa nyaman tapi kita memilih untuk menciptakan suasana
nyaman.
Adalah orang-orang yang telah
menyakiti hati kita dan kita memilih untuk melepaskan pengampunan kepadanya.
Adalah orang-orang yang menderita
dan kita memilih untuk merangkul dan membantu mereka untuk pulih.
Adalah orang-orang yang belum
mengenal ALLAH dan kita memilih untuk memberitakan kabar keselamatan itu
kepadanya.

Kasih yang sejati,
Adalah kasih yang memberi dan
tidak menuntut.
Adalah kasih yang "MESKIPUN" dan
bukan "WALAUPUN".
Adalah kasih yang tidak menunggu
waktu tapi mencari waktu.
Adalah kasih yang selalu tersedia
24 jam di toko swalayan hatimu.

With a warm love from GOD !
(lyn-14042010)
visit : http://myjourney-hliesye.blogspot.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

MENGAPA ALLAH MASIH
BERBICARA?

Yesaya 30:21

Seberapa orang percaya
bertanya: jika Alkitab adalah Firman Allah yang sempurna, mengapa Tuhan masih
mau berbicara kepada kita secara pribadi? Ada
beberapa alasan :

Pertama,
Tuhan ingin berkomunikasi pada masa kita karena Dia juga mengasihi kita persis
seperti Dia mengasihi anak-anakNya pada zaman Alkitab. kerinduanNya akan
persekutuan dan percakapan yang tulus pada masa kini, sama besarnya seperti
pada zaman Dia berinteraksi dengan Abraham, Musa dan nabi-nabi.

Kedua,
Allah masih berbicara karena kita sangat membutuhkan pimpinanNya secara nyata
dan pasti dalam kehidupan kita. Di Alkitab, kita banyak membaca tentang Tuhan
yang memberi perintah khusus kepada hamba-hambaNya. Kita sering lupa bahwa kita
juga membutuhkan perintahNya.

Ketiga,
Allah berbicara karena jaminan dan penghiburanNya sangat penting bagi kita pada
masa kini, seperti pada zaman orang-orang kudus di Alkitab. Kita semua memiliki
pengalaman "Laut Merah", saat kita terjepit dalam suatu situasi dan tidak tahu
bagaimana jalan keluarnya. Dan, sebagaimana Tuhan membelah laut itu bagi bangsa
Israel,
Dia juga akan bertindak secara ajaib bagi kita, jika kita mendengarkan suaraNya
dan menaatiNya.

Akhirnya,
dan mungkin yang paling penting, Allah masih berbicara saat ini karena Dia
ingin kita memiliki relasi yang intim denganNya. Prioritas nomor satu kita
seharusnya adalah mengenal Dia dan terus berusaha mengenalNya lebih dalam lagi.

Seperti halnya mengenal
orang, relasi kita dengan Allah pun tidak bisa hanya "satu arah". Harus ada
komunikasi dua arah yang terus menerus denganNya. Artinya, bukan kita saja yang
terus menerus berbicara. Kita akan lebih mengenal Bapa apabila kita juga
belajar untuk mendengarkan Dia berbicara.

|||||| sumber: http://www.sentuhanhati.com/
||||||

Penyakit
Rohani

Galatia 5:16-24
1 Samuel 27-29; Lukas 13:1-22

Yang
namanya penyakit: ada penyakit jasmani, ada penyakit rohani. Penyakit rohani
lebih berbahaya daripada penyakit jasmani, karena berlaku tidak hanya di dunia
ini saja, tetapi juga dalam kehidupan nanti sesudah kehidupan di dunia ini.
Tidak ada, misalnya, orang yang masuk neraka karena menderita diabetes atau darah
tinggi. Selain itu penyakit rohani biasanya tidak disadari, kecuali oleh orang
lain. Orang yang tamak, misalnya, ia tidak akan sadar kalau dirinya tamak.
Malah bisa jadi tersinggung kalau dibilang tamak.

Bagaimana
mengatasi penyakit rohani? Pertama-tama, kenali jenis-jenis penyakit rohani
yang ada. Paulus menyebut penyakit rohani ini sebagai "perbuatan daging" (ayat
19). Lalu, lakukan "check-up" rutin, yaitu dengan melakukan evaluasi dan
introspeksi diri; bisa secara pribadi, bisa bersama orang terdekat—apakah kita
mengidap salah satu atau beberapa dari penyakit rohani tersebut?

Apabila
ada, segeralah lakukan "penyembuhan", bisa dengan meminta nasihat orang-orang
yang kita percayai, bisa juga dengan membaca buku-buku rohani yang sesuai. Dan
yang paling utama, berdoalah kepada Tuhan. Salah satu contoh bagus doa agar
terbebas dari penyakit rohani ada di Amsal 30:7-9, "Dua hal aku mohon
kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku
kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku
kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku
miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.

Kita jangan hanya peduli dengan
penyakit jasmani

kita juga perlu peduli dengan
penyakit rohani dalam diri kita

Penulis: Ayub Yahya

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

"Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya".
(Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36)

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36),

• Kita semua diciptakan oleh Allah, maka boleh dikatakan bahwa kita semua berasal dari Allah atau `datang dari sorga', maka sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini kita dipanggil untuk senantiasa berada `diatas ciptaan-ciptaan Allah yang lain di dunia' ini, misalnya aneka jenis binatang dan tanaman, flora dan fauna, apalagi harta benda atau uang sebagai hasil karya manusia. Dengan kata lain kita semua hendaknya senantiasa berbakti kepada Allah dalam hidup mendunia saat ini, dan tidak berbakti kepada ciptaan lainnya atau harta benda dan uang alias `berbakti kepada berhala modern'. Masa kini rasanya masih cukup banyak orang yang berbakti kepada berhala-berhala modern tersebut, dengan lebih menggantungkan/mengandalkan diri kepada manusia, binatang, tanaman atau harta benda dan uang daripada Allah. Gejala atau tandanya adalah ketika kehilangan harta benda, uang, tanaman, binatang atau manusia mengalami stress berkepanjangan, bahkan ada yang sampai hendak bunuh diri. Kita dipanggil untuk berada di atas ciptaan lainnya di dunia ini berarti ciptaan-citpaan tersebut kita sikapi dan fungsikan sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin berbakti/beriman kepada Allah. Sarana adalah sarana bukan tujuan, maka janganlah menjadikan sarana menjadi tujuan. Dengan ini juga kami berharap, seiring dengan kecenderungan pemanasan global yang terus berlangsung, kepada kita semua untuk tidak seenaknya membabat hutan, membuang sampah sembarangan, menghemat pemakaian air maupun tenaga listrik dan bahan-bahan baker, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika kita serakah memfungsikan ciptaan-ciptaan tersebut muncul tanah longsor, banjir bandang dll, yang menyengsarakan dan mencelakakan banyak orang.
• "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus dan rasul lainnya menanggapi tekanan atau larangan dalam mewartakan Kabar Baik. Taat kepada Allah dalam hidup sehari-hari di dunia saat ini antara lain dapat kita hayati dengan mentaati siapapun yang lebih dekat dan mesra bersama dan bersatu dengan Allah alias suci. Mereka yang lebih suci selayaknya kita taati, bukan karena lebih tua, berpangkat, berkedudukan, kaya, pandai dst… Secara kronologis dan sosial kiranya kita harus mengakui bahwa anak-anak lebih suci daripada orangtuanya, para peserta didik lebih suci daripada para gurunya, generasi muda lebih suci daripada generasi tua, dst... Maka dengan ini kami berseru: hendaknya para orangtua lebih taat kepada anak-anaknya artinya melayani dan mengabdi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka masa kini maupun masa depan, demikian para guru terhadap para peserta didik, generasi tua terhadap generasi muda. Tanda bahwa orangtua, guru atau generasi tua melayani anak-anak, peserta didik atau generasi muda dengan baik dan memadai adalah anak-anak, peserta didik, generasi muda ketika menjadi dewasa akan lebih baik, lebih suci, lebih cerdas, lebih dewasa, dst.. daripada orangtua, guru atau generasi tua. Salah satu cara melayani anak-anak, peserta didik dan generasi muda antara lain memberi kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk belajar dan dididik sebaik dan seluas mungkin. Ketika kita terbiasa melayani mereka yang lebih muda dari kita kiranya kita dalam hidup sehari-hari juga akan lebih taat kepada Allah daripada manusia, lebih mentaati mereka yang berkehendak baik tanpa pandang bulu, SARA, usia dst… Jika kita semua hidup dan bertindak dengan taat keapada Allah berarti kebersamaan hidup kita dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian kita saling mengasihi.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" (Mzm 34:2-6)

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

"Dia ini adalah benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."
(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)

"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh 6:5-15),

• "Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta." (www.bps.go.id). Secara logis jika 25 % dari jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan dengan rela dan jiwa besar berani berkorban membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, rasanya jumlah mereka yang miskin di bawah garis kemiskinan segera hilang/terhapus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang cukup kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda dan uang untuk meneladan Yesus membagikan sebagaian harta benda atau kekayaannya bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Menurut hemat saya tidak cukup hanya membuat kejutan pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri, Imlek, Paskah atau Natal, dst..membagikan sesuatu kepada yang miskin dan berkekurangan. Mungkin akan sulit untuk memberi makan seperti Yesus, tetapi hemat saya perhatian dan bantuan yang sangat mendesak pada saat ini antara lain beaya untuk pendidikan dan kesehatan, maka kami berharap kiranya ada gerakan memberi beasiswa kepada peserta didik yang miskin/dari keluarga miskin serta bantuan sosial kesehatan bagi mereka. Jika mereka memperoleh bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan, rasanya dalam hal lain mereka dengan kesederhanaan dan perjuangan mereka akan tetap dapat hidup sejahtera.
• "Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel, salah seorang tokoh Farisi yang berani berbeda pendapat dengan rekan-rekannya. Keterbukaan seorang tokoh dan pemimpin hidup bersama macam ini rasanya layak ditiru oleh siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Cintakasih dan kebebasan itulah yang hendaknya menjiwai hidup bersama, sehingga tidak ada tekanan, intimidasi atau ancaman maupun saling memojokkan dan menyalahkan. Masing-masing atau setiap orang diberi dan mendapat kesempatan serta kemungkinan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan. Para pemimpin atau atasan hendaknya juga sungguh terbuka terhadap aneka saran, masukan atau gagasan baru dari orang lain maupun bawahan atau anggotanya. Para pemimpin atau atasan hendaknya bersikap seperti motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, dalam memfungsikan jabatan atau kedudukannya, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketiga motto, keteladanan, pemberdayaan dan motivasi memang tidak mungkin dipisahkan secara tegas dalam praksis, karena saling terkait: pada suatu saat keteladanan yang mendesak, saat lain mungkin pemberdayaan atau motivasi dst.. Tentu saja kami berharap sikap Gamaliel tersebut juga menjadi pedoman atau teladan bagi para orangtua maupun guru/pendidik di dalam keluarga dan sekolah-sekolah.

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Orang yang dewasa

rohani adalah orang yg sadar dan mau memaksimalkan kemampuan Allah didalam dirinya utk
melakukan segala sesuatu yg mendatangkan kebaikan seperti di ayat Roma
8:28 berkata bahwa Allah turut bekerja dlm sgl hal utk mendatangkan
KEBAIKAN. Kenapa kita harus memaksimalkan? Karena utk mendatangkan
kebaikan hanya dengan kemampuan Allah saja kebaikan itu bisa datang. Jadi sadarlah dan
maksimalkan kemampuan Allah yg ada di dalam kita maka HASIL AKHIR-nya adalah
KEBAIKAN.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

BERKAT DARI MENYENDIRI
DENGAN ALLAH


Lukas 22:39-46

Dengan banyaknya aktivitas
dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak mudah bagi kita untuk mendengar suara
Allah yang lembut, yang membisikkan jawaban atas kebutuhan-kebutuhan kita yang
paling dalam. Kita lebih mudah menerima petunjuk dan penjelasan apabila kita
bersedia menjauhkan diri sejenak dari hiruk-pikuknya kehidupan dan diam di
hadirat Allah untuk berdoa dengan tenang.

Alkitab banyak memberi
contoh tentang waktu menyendiri dengan Allah yang sangat memberkati. Namun,
contoh yang paling tak terlupakan adalah waktu Yesus menyendiri dan berdoa di
taman Getsemani. Doa Yesus ini mengungkapkan beberapa petunjuk untuk kita
mengembangkan kehidupan doa yang efektif.

Mencari kehendak Allah. Yesus tahu bahwa tujuan yang paling penting adalah
mencari kehendak Bapa. Tujuan-tujuan kita juga seharusnya sesuai dengan
kehendak Allah.

Memahami pentingnya waktu menyendiri dengan Allah. Yesus tetap berdoa, sekalipun mungkin ada orang
lain yang berdoa bagiNya. Meskipun sahabat dan keluarga kita juga mendukung
kita dalam doa, kita sendiri memiliki tanggung jawab besar untuk menyatakan
kebutuhan-kebutuhan kita secara pribadi kepada Allah.

Menantikan jawaban Allah. Hati Yesus sangat sedih dan gentar membayangkan
saat penyalibanNya yang makin mendekat, namun Dia terus berdoa sampai tiga
kali. Kita pun harus memiliki komitmen untuk tekun berdoa kepada Allah.

Mendapat penghiburan dari Allah. Yesus dihibur lewat penampakan malaikat. Bapa juga
ingin melihat kita terhibur dalam persoalan-persoalan kita, apalagi jika kita
sungguh-sungguh mencari jawabanNya atas segala permasalahan kita.

Apakah anda menyediakan
waktu untuk menyendiri dengan Allah setiap hari? Bagaimana anda akan meningkatkan
kualitas waktu menyendiri dengan Allah? Khususkanlah waktu untuk bercakap-cakap
dengan Tuhan di tempat yang tenang dan tetap dan pada waktu yang terbaik dan
teratur.

|||||| sumber: http://www.sentuhanhati.com/
||||||

Bisa
Karena Kuasa

1 Korintus 4:14-21
1 Samuel 17-18; Lukas 11:1-28

Apa
yang kita pikirkan ketika membaca kisah tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa,
Petrus, Elia, dan Gideon? Pastilah kita terkagum-kagum pada mereka. Mereka
adalah orang-orang yang melakukan hal-hal luar biasa untuk Tuhan. Biasanya
kisah mereka kerap diangkat oleh guru-guru Sekolah Minggu untuk menggambarkan
betapa hebatnya kuasa Tuhan lewat orang yang dipakai oleh-Nya. Padahal jika
kita membaca lagi di dalam Alkitab, kita akan menemukan bahwa sesungguhnya mereka
ini adalah orang-orang biasa; seperti kita. Lalu apa yang membuat mereka tampak
berbeda? Salah satunya karena mereka mengandalkan kuasa Tuhan.

Paulus
menegur jemaat di Korintus supaya mereka tahu bahwa pekerjaan Tuhan tidak
bergantung pada hebatnya sebuah pelayanan dilakukan, tetapi pada kuasa yang
menyertai pelayanan itu. Ini berkaitan dengan dikirimnya Timotius, sang hamba
Tuhan yang masih muda. Dibandingkan para pendahulunya, seperti Kefas dan
Apolos—bahkan dibanding beberapa jemaat Korintus yang memiliki berbagai
karunia, mungkin Timotius bukanlah siapa-siapa. Itulah yang membuat mereka
menjadi sombong serta meremehkan Timo­tius. Dan, Paulus mengingatkan mereka
supaya tetap menghormati Timotius, karena pelayanannya pun berdasarkan kuasa
Tuhan.

Ketika
kita terjun ke dalam pelayanan, janganlah merasa rendah diri karena kita tidak
dapat melakukan hal yang hebat seperti orang-orang yang memiliki kemampuan
khusus. Lakukanlah pelayanan sesuai dengan kemampuan unik kita. Penting juga
untuk melatih diri—mengembangkan diri di bidang masing-masing, dengan tetap
bersandar pada Tuhan, agar kuasa Tuhan bekerja melalui kita.

Melayani dengan mengandalkan kuasa
Tuhan akan memberi dampak luar biasa

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

MENINGGIKAN TUHAN

Jika kamu tidak betah, keluarlah dari perusahaan itu. Kamu baru saja
lulus kuliah. Jika harus menganggur juga tak mengapa," begitulah
saran seorang ibu yang tidak tega melihat anaknya menangis karena
difitnah dan menjadi kambing hitam di kantornya. Namun, jawaban si
anak mengejutkan sang ibu, "Tidak Bu, tidak sekarang. Saya tidak mau
nama Tuhan dipermalukan. Mereka tahu saya anak Tuhan. Saya akan
keluar jika masalah sudah selesai dan dengan nama yang bersih."
Setahun kemudian, si anak telah menjadi orang kepercayaan sang
direktur dan akhirnya keluar dengan nama yang harum.

Mazmur 57 ditulis saat Daud bersembunyi di gua untuk menghindari
kejaran Saul yang ingin membunuhnya. Saat itu Daud telah kehilangan
banyak hal; istri, saudara, sahabat, juga kedudukan. Namun, Daud
tidak kehilangan harta yang terindah, yaitu Tuhan. Dan kerinduannya
adalah bagaimana agar Tuhan ditinggikan dan dimuliakan. Ini yang
membuat Daud tidak membunuh Saul walaupun kesempatan sudah di depan
mata (1 Samuel 24:1-23). Sebaliknya, Daud dengan setia menunggu
Tuhan menggenapi janji-Nya, pada waktu-Nya. Demikianlah Tuhan
dipermuliakan di dalam hidup Daud.

Akankah tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan-studi, pekerjaan,
dan sebagainya, membuat kita tak sabar dan ingin mundur? Apabila
keadaan tengah tidak menyenangkan, biarlah kita coba merenungkan
kembali janji-janji Tuhan. Minta Dia menguatkan dan menjaga kita,
sehingga tiap keputusan yang kita buat tidak menyeret kita ke dalam
hal-hal buruk. Dan biarlah kita tetap taat agar nama-Nya dimuliakan
--VT

YANG TERUTAMA DI DALAM HIDUP INI ADALAH MENINGGIKAN NAMA TUHAN

e-RH Situs: http://renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-10
e-RH
arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2010/04/10/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+57:1-11

Mazmur 57:1-11

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam
Dari Daud, ketika ia lari dari pada Saul, ke dalam gua.
2 Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah
jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung,
sampai berlalu penghancuran itu.
3 Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang
menyelesaikannya bagiku.
4 Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku,
mencela orang-orang yang menginjak-injak aku. Sela Kiranya Allah
mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya.
5 Aku terbaring di tengah-tengah singa yang suka menerkam anak-anak
manusia, yang giginya laksana tombak dan panah, dan lidahnya
laksana pedang tajam.
6 Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah
kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!
7 Mereka memasang jaring terhadap langkah-langkahku, ditundukkannya
jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri
jatuh ke dalamnya. Sela
8 Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau
bermazmur.
9 Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau
membangunkan fajar!
10 Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan,
aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa;
11 sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu
sampai ke awan-awan.

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?1Samuel+15-16
http://alkitab.sabda.org/?Lukas+10:25-42

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

BUAH SEJATI

Christian A. Schwarz, peneliti pertumbuhan gereja alamiah, mendapat
pertanyaan yang mengubah pemikirannya tentang kehidupan yang
berbuah. Donald McGravan, yang dihormatinya sebagai bapak
pertumbuhan gereja, suatu ketika menanyainya, "Apakah buah sejati
sebatang pohon apel?" Dengan naif Schwarz menjawab, "Tentu saja buah
apel." McGravan tampaknya sudah menduga jawaban itu. "Salah,"
katanya, kemudian terdiam sejenak penuh arti. "Buah sejati pohon
apel bukan buah apel, melainkan pohon apel lainnya." Berbuah, dengan
demikian, sebenarnya bukan sekadar menghasilkan buah, melainkan
melipatgandakan kehidupan yang serupa.

Paulus pun mengemukakan prinsip pelipatgandaan tersebut dalam hal
pemuridan orang percaya. Ia mendorong Timotius agar tidak berpuas
diri hanya dengan mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada jemaat
yang dipimpinnya. Anggota jemaat harus diperlengkapi sedemikian
rupa, sehingga mereka bukan hanya memahami dengan baik dan
menerapkan kebenaran yang diajarkan, melainkan mampu pula
mengajarkan lagi kebenaran itu kepada orang lain. Estafet pengajaran
ini merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan gereja.

Ketika kita menerima pengajaran firman Tuhan, ibaratnya kita sedang
mengalami pembuahan. Ketika kita memahami dan menerapkan firman itu,
berarti kita sedang menghasilkan buah. Ketika kita mengajari orang
lain sampai orang itu memahami, menerapkan, dan mampu mengajarkan
lagi kebenaran tersebut, barulah kita sungguh-sungguh berbuah. Jadi,
sudah sejauh mana kehidupan kita berbuah? -

BERBUAH TIDAK LAIN BERARTI

MELIPATGANDAKAN KEHIDUPAN

2 Timotius 2:1-7

1. Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam
Kristus Yesus.

2. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi,
percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang
juga cakap mengajar orang lain.

3. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus
Yesus.

4. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya
dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia
berkenan kepada komandannya.

5. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara,
apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.

6. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati
hasil usahanya.

7. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu
pengertian dalam segala sesuatu.

http://www.wilotocorp.com

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

DISIPLIN DOA

Doa mengantarkan kita ke garis depan kehidupan rohani. Doa merupakan
penyelidikan pertama di daerah yang belum diselidiki. Meditasi
mengenalkan kita pada kehidupan batiniah, puasa merupakan sarana
yang menyertainya, tetapi disiplin doa mengantarkan kita untuk
memasuki pekerjaan roh manusia yang tertinggi dan terdalam.
Sesungguhnya, doa menciptakan dan mengubah kehidupan. "Doa yang
bersungguh-sungguh dan penuh kepercayaan adalah sumber semua
kesalehan pribadi," tulis William Carey. Berdoa artinya mengubah.
Doa adalah cara utama yang dipakai Allah untuk mengubah kita. Jika
kita tidak bersedia diubah, kita mengabaikan doa sebagai ciri
kehidupan kita yang nyata. Semakin kita mendekati hati Allah,
semakin kita melihat kebutuhan kita dan kita semakin ingin menjadi
seperti Kristus.

William Blake mengatakan, tugas hidup kita di sini ialah belajar
menerima "sinar kasih" Allah. Betapa kita sering membuat mantel --
selubung yang kedap sinar -- untuk menghindari sang Kekasih Abadi.
Tetapi ketika kita berdoa, Allah perlahan-lahan dan dengan penuh
rahmat akan menyatakan tempat-tempat persembunyian kita dan
membebaskan kita dari tempat-tempat itu. "Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab
yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa
nafsumu" (Yakobus 4:3). Berdoa dengan benar melibatkan niat untuk
berubah -- diperbarui. Di dalam doa, kita mulai berpikir seperti
yang Allah pikirkan; menginginkan apa yang Allah inginkan, mengasihi
apa yang dikasihi-Nya. Kita diajarkan secara bertahap untuk melihat
segala sesuatu dari sisi pandangan-Nya.

Semua orang yang hidup bergaul dengan Allah menganggap doa sebagai
pokok utama kehidupan mereka. Markus 63:2 berkata, "Pagi-pagi benar,
waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke
tempat yang sunyi dan berdoa di sana," merupakan penjelasan tentang
gaya hidup Tuhan Yesus. Di dalam Mazmur, kerinduan Daud akan Allah
memutuskan ikatan dengan tidur yang memanjakan diri, "pada dini hari
aku mencari Engkau" (Mazmur 63:2). Pada waktu para rasul tergoda
untuk mencurahkan energi mereka pada tugas-tugas yang penting,
mereka memutuskan untuk senantiasa memusatkan perhatian pada doa dan
pelayanan Firman (Kisah Para Rasul 6:4). Martin Luther berkata,
"Urusan saya begitu banyak maka setiap hari saya harus berdoa selama
tiga jam." John Wesley berkata, "Allah tidak melakukan apa pun
selain menjawab doa-doa" -- ia mendukung pernyataan itu dengan
kebiasaan berdoa dua jam setiap hari. Satu keistimewaan yang paling
menarik perhatian dalam kehidupan David Brainerd ialah doa-doanya.
Buku hariannya dipenuhi dengan catatan tentang doa dan puasa. "Saya
senang menyendiri di pondok saya, di sana saya dapat menggunakan
banyak waktu untuk berdoa .... Saya mengkhususkan hari ini untuk
berdoa dan berpuasa kepada Allah."

Bagi para perintis iman yang berada di garis depan, doa bukan
sekadar kebiasaan kecil yang disisipkan di sisi luar kehidupan
mereka. Doa itu sendiri adalah hidup mereka. Doa adalah pekerjaan
paling serius sepanjang tahun-tahun kehidupan mereka yang paling
produktif. William Penn memberikan kesaksian tentang George Fox,
"Ia, terutama sekali, mengutamakan doa ... tokoh berpostur paling
memukau, paling hidup, dan paling terhormat yang saya pernah rasakan
dan saksikan ketika ia sedang berdoa." Adoniram Judson memutuskan
untuk menarik diri dari kesibukan tujuh kali sehari agar bisa
berdoa. Ia mengawalinya pada tengah malam dan diulangi kembali pada
waktu fajar, dilanjutkan pukul 09:00, pukul 12:00, pukul 15:00,
pukul 18:00, dan pukul 21:00 -- ia meluangkan waktu untuk berdoa
seorang diri. John Hyde dari India menjadikan doa sebagai ciri
dirinya yang paling menonjol, sehingga ia dijuluki "Hyde sang
Pendoa". Orang-orang ini dan yang lainnya memberanikan diri untuk
menyelami kedalaman hidup batiniah, sebab bagi mereka doa sama
seperti bernapas.

Akan tetapi, banyak di antara kita sudah berkecil hati, alih-alih
merasa tertantang oleh keteladanan mereka. "Pahlawan-pahlawan iman"
itu jauh melebihi segala sesuatu yang kita telah alami, sehingga
kita cenderung untuk berputus asa. Alih-alih mencela diri sendiri
karena kekurangan yang begitu jelas, kita sebaiknya mengingat bahwa
Allah selalu berkenan untuk kita temui di tempat kita berada dan
perlahan-lahan kita pun diantarkan pada perkara-perkara yang lebih
dalam. Orang tidak bisa secara tiba-tiba mengikuti perlombaan
maraton Olimpiade jika ia tidak sering berlari. Mereka harus
menyiapkan diri dan berlatih secara berkala. Kita juga harus berbuat
demikian. Jika kita mengikuti tahap-tahapan perkembangan itu, kita
bisa berharap bahwa setahun kemudian kita akan berdoa dengan kuasa
dan mencapai kerohanian yang lebih besar daripada sekarang.

Pada mulanya, kita sangat mudah dikalahkan karena kita telah
diajarkan bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta ini telah
ditetapkan sehingga tidak dapat berubah. Kita mungkin merasa
demikian murung, tetapi Alkitab tidak mengajarkan pandangan itu.
Para tokoh Alkitab berdoa seolah-olah doa-doa itu akan mengubah
sesuatu. Rasul Paulus dengan senang hati memberitahukan bahwa kita
adalah "kawan sekerja Allah" (1 Korintus 3:9); artinya, kita sedang
bekerja bersama dengan Allah untuk menentukan konsekuensi dari
peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Banyak orang yang
menekankan persetujuan tanpa protes dan bersikap pasrah ketika
menghadapi keadaan, mereka mengatakan bahwa sesuatu itu adalah
"kehendak Tuhan". Sesungguhnya, pandangan mereka lebih dekat kepada
Epictetus daripada kepada Kristus. Musa berani berdoa sebab ia
percaya bahwa keadaan bisa berubah, bahkan juga pikiran Allah.

Sebenarnya, Alkitab tegas menekankan bahwa alam semesta senantiasa
terbuka sehingga Allah mengubah pikiran-Nya sesuai kasih-Nya yang
tidak berubah (Keluaran 32:14; Yunus 3:10). Pernyataan ini sulit
diterima manusia modern. Kebenaran itu membebaskan banyak di antara
kita, tetapi juga memberi kita tanggung jawab yang sangat besar.
Kita bekerja bersama-sama dengan Allah untuk menentukan masa depan!
Sesuatu akan terjadi di dalam sejarah jika kita berdoa dengan benar.
Kita harus mengubah dunia dengan doa. Apakah yang meningkatkan
motivasi kita untuk belajar melakukan tugas insani yang tertinggi
ini? Doa merupakan subjek yang begitu luas dan terdiri atas beraneka
tahapan. Oleh sebab itu, kita akan segera mengetahui bahwa semua
aspek doa tidak mungkin dibicarakan dalam satu pasal, entah sekecil
apa pun. Beribu-ribu buku mengenai doa telah ditulis dengan sangat
baik, salah satu yang terbaik adalah "With Christ in the School of
Prayer", ditulis oleh Andrew Murray.

Belajar Berdoa

Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang harus kita
pelajari. Murid-murid berkata kepada Yesus, "Tuhan, ajarkan kami
berdoa" (Lukas 11:1). Mereka telah berdoa sepanjang hidup mereka,
tetapi ada sesuatu mengenai mutu dan banyaknya doa Yesus yang
menyebabkan mereka menyadari betapa sedikitnya pengetahuan mereka
tentang doa. Jika doa mereka memengaruhi kehidupan manusia, mereka
perlu mempelajari beberapa hal. Salah satu ciri yang paling
mengherankan pada doa Yesus barangkali ialah ketika Ia mendoakan
orang lain, Ia tidak pernah mengakhiri doa-Nya dengan berkata, "jika
ini kehendak-Mu." Demikian juga para rasul dan nabi-nabi pada saat
mereka mendoakan orang lain. Tidak dipungkiri bahwa mereka sudah
mengetahui kehendak Allah sebelum mereka berdoa dengan iman. Mereka
begitu penuh dengan Roh Kudus sehingga pada waktu menghadapi suatu
situasi khusus, mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Doa
mereka begitu positif sehingga doa itu sering berbentuk perintah,
tegas, dan penuh otoritas, "Berjalanlah", "Jadilah sembuh",
"Bangunlah". Saya menyadari bahwa ketika mendoakan orang lain --
tidak ada tempat bagi doa yang ragu-ragu, mencoba-coba, setengah
berharap, yang mengatakan "jika itu kehendak-Mu".

Pada waktu yang sama, saya mulai berdoa bagi orang lain dengan
harapan bahwa sesuatu perubahan pasti dan akan terjadi. Saya begitu
bersyukur saya tidak menunggu sampai saya menjadi sempurna dahulu
atau mengerti segala sesuatu sebelum berdoa bagi orang lain; sebab
jika demikian, saya tidak akan pernah memulainya. P.T. Forsythe
berkata, "Doa bagi agama sama pentingnya dengan riset awal bagi ilmu
pengetahuan." Saya merasa sedang melakukan "riset awal" di sekolah
Roh. Pengalaman itu sangat menggairahkan. Setiap pokok yang tampak
seperti kegagalan mengantarkan pada proses pembelajaran yang baru.
Kristus sekarang menjadi Guru saya maka lambat laun perkataan-Nya
bertambah teguh dalam pengalaman saya. "Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja
yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).
Pahamilah bahwa doa melibatkan suatu proses belajar, yang mencegah
kita untuk bersikap angkuh menolaknya sebagai sesuatu yang palsu dan
tidak nyata.

Jikalau kita menghidupkan televisi tetapi tidak mengamati gambar di
layarnya, kita secara tidak langsung mengatakan bahwa apa yang
disebut gelombang udara televisi itu sebenarnya tidak ada.
Sebaliknya, kita menganggap ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu
yang kita bisa temukan dan perbaiki. Kita memeriksa kabel, tombol,
tabung gambar, hingga kita menemukan sesuatu yang menghalangi aliran
energi misterius di udara yang memancarkan gambar itu. Kita akan
mengetahui bahwa masalahnya telah ditemukan dan diperbaiki dengan
cara melihat apakah televisi itu bekerja atau tidak. Itu sama
seperti doa. Kita bisa menentukan apakah kita berdoa dengan benar
jika permohonan kita dikabulkan. Jika tidak, kita harus mencari
penyebab terputusnya hubungan itu; mungkin saja kita salah berdoa,
mungkin sesuatu perlu diubah di dalam diri kita, kita mungkin perlu
mempelajari prinsip-prinsip baru, mungkin kita perlu bersabar dan
bertekun. Kita mendengarkan, membuat penyesuaian yang perlu,
kemudian mencoba lagi. Kita bisa mengetahui dengan pasti bahwa
doa-doa kita sedang dijawab sama seperti kita ketahui bahwa televisi
kita bekerja.

Salah satu aspek yang paling kritis dalam belajar berdoa untuk orang
lain adalah mengadakan hubungan dengan Allah sehingga hidup-Nya dan
kuasa-Nya dapat disalurkan melalui kita kepada orang lain. Kita
sering mengira sedang berhubungan dengan Tuhan padahal tidak. Orang
sering berdoa berulang-ulang dengan seluruh iman yang ada pada
dirinya tetapi tidak terjadi apa pun. Tentu saja, itu karena tidak
berhubungan dengan salurannya. Kita mulai mendoakan orang lain
dengan memusatkan pikiran dan mendengarkan gemuruh ketenangan Tuhan
semesta alam. Penyelarasan diri kita dengan napas ilahi merupakan
pekerjaan rohani, sebab jika tanpa hal itu doa kita menjadi
pengulangan permintaan yang sia-sia (Matius 6:7). Syarat pertama
untuk doa syafaat yang berhasil ialah mendengarkan Tuhan. Soren
Kierkegaard berkata, "Seseorang berdoa, dan mula-mula ia berpikir
bahwa berdoa adalah berbicara. Tetapi kemudian, kian lama kian ia
bertambah tenang hingga akhirnya ia menyadari bahwa doa adalah
pendengaran."

Pekerjaan berdoa syafaat, yang kadang-kadang disebut berdoa dengan
iman, mensyaratkan bahwa pemohon bimbingan itu terus-menerus
menaikkan doa kepada Bapa. Kita harus mendengar, mengetahui, dan
menaati kehendak Allah sebelum kita berdoa agar kehendak Allah
terjadi dalam kehidupan orang lain. Doa memohon bimbingan selalu
mendahului dan mengelilingi berdoa dengan iman. Jadi, titik
permulaan dalam pembelajaran doa untuk orang lain ialah mendengarkan
untuk memperoleh bimbingan Tuhan. Dalam soal-soal fisik, kita selalu
cenderung mendoakan situasi-situasi yang paling gawat dahulu: kanker
yang sudah parah atau sklerosis multipleks. Tetapi bila kita
mendengarkan, kita akan belajar pentingnya memulai dengan perkara
yang kecil seperti sakit selesma atau sakit telinga. Dalam hidup
ini, keberhasilan dalam perkara kecil akan menghasilkan otoritas
dalam perkara yang lebih besar. Jika kita tenang, kita tidak hanya
belajar siapakah Allah itu, tetapi juga bagaimana kuasa-Nya bekerja.

Kita kadang-kadang khawatir bahwa kita tidak memunyai cukup iman
untuk mendoakan seseorang. Kita harus menyingkirkan kekhawatiran
itu, karena Alkitab berkata bahwa mukjizat besar bisa terjadi karena
iman sebesar biji sesawi yang teramat kecil itu. Keberanian untuk
pergi dan mendoakan seseorang biasanya merupakan ciri-ciri iman yang
memadai. Yang sering kurang pada kita bukanlah iman, melainkan rasa
berbelas kasihan. Tampaknya, empati sejati di antara orang yang
mendoakan dan orang yang didoakan sering sangat berpengaruh. Kita
diberitahu bahwa hati Yesus "tergerak oleh belas kasihan" kepada
orang banyak. Rasa belas kasihan merupakan unsur nyata dalam setiap
penyembuhan dalam Perjanjian Baru. Kita tidak mendoakan orang
sebagai "benda" tetapi sebagai "pribadi" yang kita cintai. Jika kita
menerima dari Allah, belas kasihan dan perhatian yang ditujukan
kepada orang lain, kita akan bertumbuh dan dikuatkan dalam iman
tatkala kita sedang berdoa.

Sesungguhnya, jika kita mengasihi orang dengan tulus hati, kita
menginginkan bagi mereka jauh lebih banyak daripada yang kita mampu
berikan, itulah yang menyebabkan kita berdoa. Hati yang
berbelaskasihan merupakan petunjuk yang sangat jelas dari Tuhan
bahwa Anda harus mendoakan hal ini. Pada waktu berdoa, mungkin
muncul dorongan di dalam hati untuk berdoa syafaat -- suatu tindakan
yang digerakkan oleh Roh. Allah memberi Anda persetujuan batin untuk
mendoakan orang atau situasi tertentu. Jika Anda tidak tergerak oleh
gagasan ini, Anda mungkin harus mengabaikannya. Allah akan
menggerakkan orang lain untuk mendoakan perkara itu.

Bukit-Bukit Doa

Jangan sekali-kali membuat doa itu begitu rumit. Kita cenderung
melakukannya setelah kita mengerti bahwa doa merupakan sesuatu yang
harus kita pelajari. Kita mudah menyerah pada godaan untuk
menjadikan doa itu semakin ruwet, karena semakin banyak orang
bergantung kepada kita untuk belajar juga mengenai bagaimana berdoa.
Tetapi, Yesus mengajarkan kita untuk datang seperti kanak-kanak yang
menemui ayahnya. Komunikasi seorang anak dengan ayahnya ditandai
dengan keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan. Keakraban antara
orang tua dan anak melapangkan tempat untuk keseriusan dan gelak
tawa. Meister Eckhart mengatakan bahwa "Jiwa akan melahirkan pribadi
jika Allah memasukkan gelak tawa ke dalamnya dan jiwa itu
mengembalikan gelak tawa itu kepada-Nya." Yesus mengajar kita agar
berdoa untuk makanan setiap hari; seorang anak kecil meminta sarapan
dengan keyakinan bahwa sarapan itu akan disiapkan. Ia tidak perlu
menyimpan sebagian sarapan hari ini karena takut bahwa besok tidak
akan ada sarapan. Seorang anak tidak merasa sukar untuk berbicara
kepada ayahnya; ia juga tidak malu membawa keperluan sekecil apa pun
untuk disampaikan kepada ayahnya.

Anak-anak mengajarkan kita tentang nilai imajinasi yang merupakan
alat yang hebat dalam pelayanan doa. Kita mungkin segan berdoa
dengan imajinasi karena merendahkan imajinasi itu. Anak-anak tidak
merasakan keengganan yang seperti itu. St. Teresa dari Avila
mengatakan, "Inilah metode doa saya karena saya tidak dapat
membayangkan sesuatu dengan akal; saya berusaha membayangkan Kristus
di dalam diri saya.... Saya melakukan banyak hal yang sederhana
seperti ini ... Saya percaya jiwa saya memperoleh banyak keuntungan
dengan cara ini, sebab saya mulai mempraktikkan doa tanpa
mengetahuinya." Dalam "Saint Joan", karangan George Bernard Shaw,
Jeanne d' Arc menyatakan bahwa ia telah mendengarkan suara-suara
yang berasal dari Allah. Orang-orang skeptis mengatakan kepadanya
bahwa suara itu berasal dari imajinasinya. Tanpa terpengaruh sedikit
pun Jeanne menjawab, "Ya, memang begitulah Allah berbicara kepada
saya." Imajinasi membuka pintu menuju iman. Jika kita bisa "melihat
dengan imajinasi bahwa suatu pernikahan yang berantakan akan
dipulihkan kembali atau orang yang sakit akan disembuhkan, kita akan
percaya bahwa itu akan terjadi tidak lama lagi. Anak-anak cepat
memahami hal-hal ini dan mereka menanggapi doa dengan imajinasi itu
dengan baik.

Pada saat saya diundang ke suatu rumah untuk mendoakan seorang bayi
perempuan, Juli, yang sakit parah. Kakak laki-laki bayi itu, yang
sudah berumur 4 tahun, berada di dalam ruangan itu. Saya mengatakan
kepadanya bahwa saya memerlukan pertolongannya untuk mendoakan
adiknya. Ia senang sekali -- saya juga demikian -- karena mengetahui
bahwa anak-anak sering bisa berdoa dengan sangat efektif. Ia naik ke
kursi di samping saya. "Mari kita mengadakan pertunjukan," kata saya
"sebab kita mengetahui bahwa Yesus selalu menyertai kita. Mari kita
bayangkan bahwa Yesus sedang duduk di kursi itu di seberang kita."
Ia menunggu dengan sabar sampai kita memusatkan perhatian
kepada-Nya. "Pada saat kita memandang Tuhan Yesus, kita mulai lebih
banyak memikirkan cinta-Nya alih-alih penyakit Juli. Ia tersenyum,
berdiri, dan menghampiri kita. Pada saat itu, kita berdua meletakkan
tangan kita ke atas Juli dan pada saat kita melakukannya, Yesus akan
meletakkan tangan-Nya di atas tangan-tangan kita. Kita akan melihat
dan membayangkan bahwa terang Yesus sedang mengalir masuk ke dalam
tubuh adikmu dan menyembuhkan dia. Kita membayangkan bahwa terang
Kristus sedang berperang melawan kuman penyakit yang jahat itu
sampai semuanya hilang!" Anak kecil itu mengangguk dengan serius.
Kami berdoa bersama-sama, kemudian mengucap syukur kepada Tuhan
bahwa apa yang kami "lihat" itu pasti akan terjadi. Ternyata,
tindakan kami berdampak menggembirakan. Juli sudah sembuh pada
keesokan harinya.

Anak-anak yang mengalami banyak kesulitan di sekolah akan mudah
menanggapi doa. Seorang teman saya yang mengajar anak-anak cacat
mental memutuskan untuk mulai mendoakan mereka. Tentu saja, ia tidak
memberitahu anak-anak itu apa yang ia sedang lakukan; ia
melakukannya saja. Pada saat seorang anak merangkak ke bawah mejanya
dan berbaring meringkuk, teman saya akan mengangkat anak itu lalu
mendoakan dia di dalam hatinya agar terang dan hidup Kristus
menyembuhkan anak itu dari kesedihan dan perasaan membenci diri
sendiri. Untuk tidak mempermalukan anak itu, guru ini berdoa dengan
berjalan ke sekeliling ruangan sambil melanjutkan tugasnya seperti
biasa. Tidak lama kemudian, ketegangan pada diri anak itu sudah
mengendur dan ia segera duduk kembali di kursinya. Teman saya
kadang-kadang bertanya kepada anak itu apakah ia pernah teringat
mengenai rasanya jika memenangi pertandingan. Jika anak itu menjawab
"ya", ia didorong untuk membayangkan dirinya sedang melewati garis
akhir diiringi sorak-sorai semua kawan-kawan yang mengasihinya.
Dengan cara ini, anak itu dapat berdoa bersama gurunya dan
mengokohkan perasaan menerima dirinya sendiri. Pada akhir tahun
pelajaran itu, setiap anak, kecuali dua orang, dapat kembali ke
sekolah biasa. Apakah itu suatu kejadian kebetulan? Itu mungkin
saja, tetapi seperti kata Uskup Agung William Temple, bahwa
kejadian-kejadian yang seolah tampak kebetulan sering terjadi pada
saat dia berdoa.

Pendeta dan kebaktian-kebaktian di gereja saudara selalu perlu
didoakan. Paulus berdoa bagi umat Tuhan; ia meminta agar jemaat
mendoakan dia. C.H. Spurgeon mengatakan bahwa keberhasilannya
disebabkan doa jemaatnya. Frank Laubach mengatakan kepada
orang-orang yang menghadiri kebaktian-kebaktiannya, "Saya sangat
peka dan mengetahui apakah Anda mendoakan saya. Jika seseorang tidak
mendoakan saya, saya dapat merasakannya. Jika Anda mendoakan saya,
saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Jika setiap orang di dalam
gereja sungguh-sungguh berdoa ketika sang pendeta sedang berkhotbah,
mukjizat pasti terjadi." Penuhilah kebaktian ibadah dengan doa-doa
Saudara. Bayangkan hadirat Tuhan di takhta yang tinggi hadir
memenuhi ruangan kebaktian itu.

Berbagai penyimpangan seksual dapat didoakan dengan penuh keyakinan
bahwa suatu perubahan abadi sungguh akan terjadi. Seks tampak
seperti sungai -- seks itu baik dan menjadi berkat jika tetap berada
di dalam salurannya. Sungai yang meluap di kedua sisinya amat
berbahaya. Demikian juga, penyalahgunaan gairah seks. Apakah
batas-batas untuk seks yang diciptakan Tuhan? Seorang lelaki dan
seorang wanita di dalam satu ikatan pernikahan seumur hidup. Pada
saat mendoakan seseorang yang bermasalah di bidang seks, bayangkan
saja sebuah sungai yang sedang meluap di kedua sisinya. Kemudian,
mintalah Tuhan mengembalikan aliran air itu ke salurannya. Anak-anak
Anda sendiri dapat dan harus berubah melalui doa-doa Saudara.
Doakanlah mereka pada siang hari ketika mereka ikut mengambil bagian
dalam doa itu; doakanlah mereka pada malam hari ketika mereka sedang
tidur. Salah satu pendekatan yang menyenangkan ialah masuklah ke
kamar tidur dengan tenang dan tumpangkan tangan Anda di atas anak
itu.

Bayangkan terang Kristus sedang mengalir melalui tangan Anda dan
menyembuhkan anak Anda dari setiap trauma emosi dan rasa sakit hati
sepanjang hari itu. Penuhilah mereka dengan sukacita dan damai
Tuhan. Anak sangat peka terhadap doa tatkala ia sedang tidur, karena
ketika ia sedang terjaga (sadar), alam sadarnya cenderung membangun
rintangan yang menghalangi pengaruh Allah yang lemah lembut. Sebagai
seorang imam Kristus, Anda memunyai pelayanan yang sangat baik
ketika menggendong anak-anak kecil dan memberkati mereka. Alkitab
menceritakan bagaimana para orang tua membawa anak-anak mereka
kepada Yesus. Mereka tidak berharap Ia akan bermain-main dengan
anak-anak itu ataupun mengajari mereka, melainkan agar Ia berkenan
menumpangkan tangan-Nya ke atas mereka dan memberkati mereka (Markus
10:13-16). Ia telah memberikan Anda kemampuan untuk bertindak sama.
Berbahagialah anak-anak yang diberkati oleh orang-orang dewasa yang
paham mengenai bagaimana memberi berkat!

Frank Laubach sudah mengembangkan gagasan "sekilas doa" yang sangat
bagus di dalam bukunya tentang doa. Ia sudah belajar untuk hidup
dengan cara sedemikian rupa sehingga "melihat seseorang berarti
bersedia mendoakan orang itu! Pada saat mendengar suara orang,
misalnya suara percakapan anak-anak, suara teriakan anak laki-laki,
itu mungkin berarti saat untuk berdoa!" Naikkanlah sekilas doa yang
sungguh-sungguh bagi orang-orang itu -- hasilnya bisa menarik dan
merupakan sukacita khusus. Saya telah mencobanya. Saya sudah memohon
di dalam hati agar sukacita Tuhan dan kesadaran akan kehadiran-Nya
semakin bertumbuh di dalam hati setiap orang yang saya jumpai.
Kadang-kadang, orang-orang itu tidak tampak menunjukkan tanggapan,
tetapi pada saat lainnya mereka berpaling dan seolah-olah tersenyum
menyapa. Ketika kita sedang menumpang sebuah bus atau pesawat
terbang kita dapat membayangkan Yesus sedang berjalan di antara
deretan kursi-kursi itu sambil menyentuh bahu-bahu mereka dan Ia
berkata, "Aku mengasihimu. Aku ingin sekali mengampuni engkau dan
memberikan semua perkara yang baik kepadamu. Engkau memunyai
sifat-sifat baik yang belum berkembang. Aku ingin mengembangkan
sifat-sifat itu jika engkau setujui. Aku ingin sekali memerintah di
dalam hidupmu jika engkau perbolehkan."

Frank Laubach telah menyatakan bahwa jika beribu-ribu orang percaya
mencoba menaikkan sekilas doa untuk setiap orang yang kita jumpai
dan saling berbagi hasil-hasilnya, kita bisa belajar banyak tentang
bagaimana berdoa bagi orang-orang lain. Kita dapat mengubah keadaan
suatu bangsa jika beribu-ribu orang percaya terus-menerus menaungi
setiap orang di sekitar kita dengan doa. "Unit-unit doa yang
bersatu, bagaikan tetesan-tetesan air, membentuk samudera yang mampu
menghadapi perlawanan." Jangan sekali-kali menunggu sampai kita
merasa ingin berdoa sebelum kita berdoa bagi orang-orang lain. Doa
itu bagaikan satu pekerjaan lain; kita mungkin saja tidak ingin
bekerja, tetapi setelah kita memulainya sedikit demi sedikit, kita
akan mulai ingin bekerja. Kita mungkin saja tidak ingin berlatih
piano, tetapi setelah kita bermain sebentar, kita akan suka berlatih
kembali. Dengan cara yang sama, otot-otot doa kita perlu agak
dikendurkan dan jika aliran darah doa syafaat sudah mengalir, kita
akan merasa ingin berdoa.

Kita tidak perlu cemas bahwa doa akan terlalu banyak menghabiskan
waktu kita, sebab "ini tidak memakan waktu, melainkan mengisi semua
waktu kita". Kita tidak berdoa setelah bekerja, melainkan berdoa
seiring bekerja. Semua pekerjaan kita didahului, diliputi, dan
disusul dengan doa. Doa berpadu dengan perbuatan. Thomas Kelly
mengalami cara hidup ini: "Ada cara untuk mengatur kehidupan mental
kita pada lebih dari satu tingkatan sekaligus. Pada satu tingkatan
kita mungkin berpikir, berdiskusi, melihat, menghitung, dan memenuhi
semua tuntutan yang menyangkut urusan lahiriah. Tetapi, jauh di
kedalaman hati, di balik semua yang tampak, pada tingkatan yang
lebih mendalam, kita mungkin juga sedang berdoa dan menyembah,
menyanyi dan memuja, dan membuka diri terhadap apa pun yang Allah
akan berikan." Begitu banyak perkara perlu kita pelajari, perjalanan
yang harus kita tempuh masih jauh. Uskup Agung Tait telah
mengungkapkan kerinduan hati kita yang sesungguhnya demikian, "Saya
merindukan kehidupan doa yang lebih baik, lebih mendalam, dan lebih
bersungguh-sungguh."

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Tertib Rohani
Judul buku asli: Celebration of Discipline
Judul artikel: Disiplin Doa
Penulis: Richard J. Foster
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1990
Halaman: 54 -- 71

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

DISIPLIN DOA

Doa mengantarkan kita ke garis depan kehidupan rohani. Doa merupakan
penyelidikan pertama di daerah yang belum diselidiki. Meditasi
mengenalkan kita pada kehidupan batiniah, puasa merupakan sarana
yang menyertainya, tetapi disiplin doa mengantarkan kita untuk
memasuki pekerjaan roh manusia yang tertinggi dan terdalam.
Sesungguhnya, doa menciptakan dan mengubah kehidupan. "Doa yang
bersungguh-sungguh dan penuh kepercayaan adalah sumber semua
kesalehan pribadi," tulis William Carey. Berdoa artinya mengubah.
Doa adalah cara utama yang dipakai Allah untuk mengubah kita. Jika
kita tidak bersedia diubah, kita mengabaikan doa sebagai ciri
kehidupan kita yang nyata. Semakin kita mendekati hati Allah,
semakin kita melihat kebutuhan kita dan kita semakin ingin menjadi
seperti Kristus.

William Blake mengatakan, tugas hidup kita di sini ialah belajar
menerima "sinar kasih" Allah. Betapa kita sering membuat mantel --
selubung yang kedap sinar -- untuk menghindari sang Kekasih Abadi.
Tetapi ketika kita berdoa, Allah perlahan-lahan dan dengan penuh
rahmat akan menyatakan tempat-tempat persembunyian kita dan
membebaskan kita dari tempat-tempat itu. "Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab
yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa
nafsumu" (Yakobus 4:3). Berdoa dengan benar melibatkan niat untuk
berubah -- diperbarui. Di dalam doa, kita mulai berpikir seperti
yang Allah pikirkan; menginginkan apa yang Allah inginkan, mengasihi
apa yang dikasihi-Nya. Kita diajarkan secara bertahap untuk melihat
segala sesuatu dari sisi pandangan-Nya.

Semua orang yang hidup bergaul dengan Allah menganggap doa sebagai
pokok utama kehidupan mereka. Markus 63:2 berkata, "Pagi-pagi benar,
waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke
tempat yang sunyi dan berdoa di sana," merupakan penjelasan tentang
gaya hidup Tuhan Yesus. Di dalam Mazmur, kerinduan Daud akan Allah
memutuskan ikatan dengan tidur yang memanjakan diri, "pada dini hari
aku mencari Engkau" (Mazmur 63:2). Pada waktu para rasul tergoda
untuk mencurahkan energi mereka pada tugas-tugas yang penting,
mereka memutuskan untuk senantiasa memusatkan perhatian pada doa dan
pelayanan Firman (Kisah Para Rasul 6:4). Martin Luther berkata,
"Urusan saya begitu banyak maka setiap hari saya harus berdoa selama
tiga jam." John Wesley berkata, "Allah tidak melakukan apa pun
selain menjawab doa-doa" -- ia mendukung pernyataan itu dengan
kebiasaan berdoa dua jam setiap hari. Satu keistimewaan yang paling
menarik perhatian dalam kehidupan David Brainerd ialah doa-doanya.
Buku hariannya dipenuhi dengan catatan tentang doa dan puasa. "Saya
senang menyendiri di pondok saya, di sana saya dapat menggunakan
banyak waktu untuk berdoa .... Saya mengkhususkan hari ini untuk
berdoa dan berpuasa kepada Allah."

Bagi para perintis iman yang berada di garis depan, doa bukan
sekadar kebiasaan kecil yang disisipkan di sisi luar kehidupan
mereka. Doa itu sendiri adalah hidup mereka. Doa adalah pekerjaan
paling serius sepanjang tahun-tahun kehidupan mereka yang paling
produktif. William Penn memberikan kesaksian tentang George Fox,
"Ia, terutama sekali, mengutamakan doa ... tokoh berpostur paling
memukau, paling hidup, dan paling terhormat yang saya pernah rasakan
dan saksikan ketika ia sedang berdoa." Adoniram Judson memutuskan
untuk menarik diri dari kesibukan tujuh kali sehari agar bisa
berdoa. Ia mengawalinya pada tengah malam dan diulangi kembali pada
waktu fajar, dilanjutkan pukul 09:00, pukul 12:00, pukul 15:00,
pukul 18:00, dan pukul 21:00 -- ia meluangkan waktu untuk berdoa
seorang diri. John Hyde dari India menjadikan doa sebagai ciri
dirinya yang paling menonjol, sehingga ia dijuluki "Hyde sang
Pendoa". Orang-orang ini dan yang lainnya memberanikan diri untuk
menyelami kedalaman hidup batiniah, sebab bagi mereka doa sama
seperti bernapas.

Akan tetapi, banyak di antara kita sudah berkecil hati, alih-alih
merasa tertantang oleh keteladanan mereka. "Pahlawan-pahlawan iman"
itu jauh melebihi segala sesuatu yang kita telah alami, sehingga
kita cenderung untuk berputus asa. Alih-alih mencela diri sendiri
karena kekurangan yang begitu jelas, kita sebaiknya mengingat bahwa
Allah selalu berkenan untuk kita temui di tempat kita berada dan
perlahan-lahan kita pun diantarkan pada perkara-perkara yang lebih
dalam. Orang tidak bisa secara tiba-tiba mengikuti perlombaan
maraton Olimpiade jika ia tidak sering berlari. Mereka harus
menyiapkan diri dan berlatih secara berkala. Kita juga harus berbuat
demikian. Jika kita mengikuti tahap-tahapan perkembangan itu, kita
bisa berharap bahwa setahun kemudian kita akan berdoa dengan kuasa
dan mencapai kerohanian yang lebih besar daripada sekarang.

Pada mulanya, kita sangat mudah dikalahkan karena kita telah
diajarkan bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta ini telah
ditetapkan sehingga tidak dapat berubah. Kita mungkin merasa
demikian murung, tetapi Alkitab tidak mengajarkan pandangan itu.
Para tokoh Alkitab berdoa seolah-olah doa-doa itu akan mengubah
sesuatu. Rasul Paulus dengan senang hati memberitahukan bahwa kita
adalah "kawan sekerja Allah" (1 Korintus 3:9); artinya, kita sedang
bekerja bersama dengan Allah untuk menentukan konsekuensi dari
peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Banyak orang yang
menekankan persetujuan tanpa protes dan bersikap pasrah ketika
menghadapi keadaan, mereka mengatakan bahwa sesuatu itu adalah
"kehendak Tuhan". Sesungguhnya, pandangan mereka lebih dekat kepada
Epictetus daripada kepada Kristus. Musa berani berdoa sebab ia
percaya bahwa keadaan bisa berubah, bahkan juga pikiran Allah.

Sebenarnya, Alkitab tegas menekankan bahwa alam semesta senantiasa
terbuka sehingga Allah mengubah pikiran-Nya sesuai kasih-Nya yang
tidak berubah (Keluaran 32:14; Yunus 3:10). Pernyataan ini sulit
diterima manusia modern. Kebenaran itu membebaskan banyak di antara
kita, tetapi juga memberi kita tanggung jawab yang sangat besar.
Kita bekerja bersama-sama dengan Allah untuk menentukan masa depan!
Sesuatu akan terjadi di dalam sejarah jika kita berdoa dengan benar.
Kita harus mengubah dunia dengan doa. Apakah yang meningkatkan
motivasi kita untuk belajar melakukan tugas insani yang tertinggi
ini? Doa merupakan subjek yang begitu luas dan terdiri atas beraneka
tahapan. Oleh sebab itu, kita akan segera mengetahui bahwa semua
aspek doa tidak mungkin dibicarakan dalam satu pasal, entah sekecil
apa pun. Beribu-ribu buku mengenai doa telah ditulis dengan sangat
baik, salah satu yang terbaik adalah "With Christ in the School of
Prayer", ditulis oleh Andrew Murray.

Belajar Berdoa

Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang harus kita
pelajari. Murid-murid berkata kepada Yesus, "Tuhan, ajarkan kami
berdoa" (Lukas 11:1). Mereka telah berdoa sepanjang hidup mereka,
tetapi ada sesuatu mengenai mutu dan banyaknya doa Yesus yang
menyebabkan mereka menyadari betapa sedikitnya pengetahuan mereka
tentang doa. Jika doa mereka memengaruhi kehidupan manusia, mereka
perlu mempelajari beberapa hal. Salah satu ciri yang paling
mengherankan pada doa Yesus barangkali ialah ketika Ia mendoakan
orang lain, Ia tidak pernah mengakhiri doa-Nya dengan berkata, "jika
ini kehendak-Mu." Demikian juga para rasul dan nabi-nabi pada saat
mereka mendoakan orang lain. Tidak dipungkiri bahwa mereka sudah
mengetahui kehendak Allah sebelum mereka berdoa dengan iman. Mereka
begitu penuh dengan Roh Kudus sehingga pada waktu menghadapi suatu
situasi khusus, mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Doa
mereka begitu positif sehingga doa itu sering berbentuk perintah,
tegas, dan penuh otoritas, "Berjalanlah", "Jadilah sembuh",
"Bangunlah". Saya menyadari bahwa ketika mendoakan orang lain --
tidak ada tempat bagi doa yang ragu-ragu, mencoba-coba, setengah
berharap, yang mengatakan "jika itu kehendak-Mu".

Pada waktu yang sama, saya mulai berdoa bagi orang lain dengan
harapan bahwa sesuatu perubahan pasti dan akan terjadi. Saya begitu
bersyukur saya tidak menunggu sampai saya menjadi sempurna dahulu
atau mengerti segala sesuatu sebelum berdoa bagi orang lain; sebab
jika demikian, saya tidak akan pernah memulainya. P.T. Forsythe
berkata, "Doa bagi agama sama pentingnya dengan riset awal bagi ilmu
pengetahuan." Saya merasa sedang melakukan "riset awal" di sekolah
Roh. Pengalaman itu sangat menggairahkan. Setiap pokok yang tampak
seperti kegagalan mengantarkan pada proses pembelajaran yang baru.
Kristus sekarang menjadi Guru saya maka lambat laun perkataan-Nya
bertambah teguh dalam pengalaman saya. "Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja
yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).
Pahamilah bahwa doa melibatkan suatu proses belajar, yang mencegah
kita untuk bersikap angkuh menolaknya sebagai sesuatu yang palsu dan
tidak nyata.

Jikalau kita menghidupkan televisi tetapi tidak mengamati gambar di
layarnya, kita secara tidak langsung mengatakan bahwa apa yang
disebut gelombang udara televisi itu sebenarnya tidak ada.
Sebaliknya, kita menganggap ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu
yang kita bisa temukan dan perbaiki. Kita memeriksa kabel, tombol,
tabung gambar, hingga kita menemukan sesuatu yang menghalangi aliran
energi misterius di udara yang memancarkan gambar itu. Kita akan
mengetahui bahwa masalahnya telah ditemukan dan diperbaiki dengan
cara melihat apakah televisi itu bekerja atau tidak. Itu sama
seperti doa. Kita bisa menentukan apakah kita berdoa dengan benar
jika permohonan kita dikabulkan. Jika tidak, kita harus mencari
penyebab terputusnya hubungan itu; mungkin saja kita salah berdoa,
mungkin sesuatu perlu diubah di dalam diri kita, kita mungkin perlu
mempelajari prinsip-prinsip baru, mungkin kita perlu bersabar dan
bertekun. Kita mendengarkan, membuat penyesuaian yang perlu,
kemudian mencoba lagi. Kita bisa mengetahui dengan pasti bahwa
doa-doa kita sedang dijawab sama seperti kita ketahui bahwa televisi
kita bekerja.

Salah satu aspek yang paling kritis dalam belajar berdoa untuk orang
lain adalah mengadakan hubungan dengan Allah sehingga hidup-Nya dan
kuasa-Nya dapat disalurkan melalui kita kepada orang lain. Kita
sering mengira sedang berhubungan dengan Tuhan padahal tidak. Orang
sering berdoa berulang-ulang dengan seluruh iman yang ada pada
dirinya tetapi tidak terjadi apa pun. Tentu saja, itu karena tidak
berhubungan dengan salurannya. Kita mulai mendoakan orang lain
dengan memusatkan pikiran dan mendengarkan gemuruh ketenangan Tuhan
semesta alam. Penyelarasan diri kita dengan napas ilahi merupakan
pekerjaan rohani, sebab jika tanpa hal itu doa kita menjadi
pengulangan permintaan yang sia-sia (Matius 6:7). Syarat pertama
untuk doa syafaat yang berhasil ialah mendengarkan Tuhan. Soren
Kierkegaard berkata, "Seseorang berdoa, dan mula-mula ia berpikir
bahwa berdoa adalah berbicara. Tetapi kemudian, kian lama kian ia
bertambah tenang hingga akhirnya ia menyadari bahwa doa adalah
pendengaran."

Pekerjaan berdoa syafaat, yang kadang-kadang disebut berdoa dengan
iman, mensyaratkan bahwa pemohon bimbingan itu terus-menerus
menaikkan doa kepada Bapa. Kita harus mendengar, mengetahui, dan
menaati kehendak Allah sebelum kita berdoa agar kehendak Allah
terjadi dalam kehidupan orang lain. Doa memohon bimbingan selalu
mendahului dan mengelilingi berdoa dengan iman. Jadi, titik
permulaan dalam pembelajaran doa untuk orang lain ialah mendengarkan
untuk memperoleh bimbingan Tuhan. Dalam soal-soal fisik, kita selalu
cenderung mendoakan situasi-situasi yang paling gawat dahulu: kanker
yang sudah parah atau sklerosis multipleks. Tetapi bila kita
mendengarkan, kita akan belajar pentingnya memulai dengan perkara
yang kecil seperti sakit selesma atau sakit telinga. Dalam hidup
ini, keberhasilan dalam perkara kecil akan menghasilkan otoritas
dalam perkara yang lebih besar. Jika kita tenang, kita tidak hanya
belajar siapakah Allah itu, tetapi juga bagaimana kuasa-Nya bekerja.

Kita kadang-kadang khawatir bahwa kita tidak memunyai cukup iman
untuk mendoakan seseorang. Kita harus menyingkirkan kekhawatiran
itu, karena Alkitab berkata bahwa mukjizat besar bisa terjadi karena
iman sebesar biji sesawi yang teramat kecil itu. Keberanian untuk
pergi dan mendoakan seseorang biasanya merupakan ciri-ciri iman yang
memadai. Yang sering kurang pada kita bukanlah iman, melainkan rasa
berbelas kasihan. Tampaknya, empati sejati di antara orang yang
mendoakan dan orang yang didoakan sering sangat berpengaruh. Kita
diberitahu bahwa hati Yesus "tergerak oleh belas kasihan" kepada
orang banyak. Rasa belas kasihan merupakan unsur nyata dalam setiap
penyembuhan dalam Perjanjian Baru. Kita tidak mendoakan orang
sebagai "benda" tetapi sebagai "pribadi" yang kita cintai. Jika kita
menerima dari Allah, belas kasihan dan perhatian yang ditujukan
kepada orang lain, kita akan bertumbuh dan dikuatkan dalam iman
tatkala kita sedang berdoa.

Sesungguhnya, jika kita mengasihi orang dengan tulus hati, kita
menginginkan bagi mereka jauh lebih banyak daripada yang kita mampu
berikan, itulah yang menyebabkan kita berdoa. Hati yang
berbelaskasihan merupakan petunjuk yang sangat jelas dari Tuhan
bahwa Anda harus mendoakan hal ini. Pada waktu berdoa, mungkin
muncul dorongan di dalam hati untuk berdoa syafaat -- suatu tindakan
yang digerakkan oleh Roh. Allah memberi Anda persetujuan batin untuk
mendoakan orang atau situasi tertentu. Jika Anda tidak tergerak oleh
gagasan ini, Anda mungkin harus mengabaikannya. Allah akan
menggerakkan orang lain untuk mendoakan perkara itu.

Bukit-Bukit Doa

Jangan sekali-kali membuat doa itu begitu rumit. Kita cenderung
melakukannya setelah kita mengerti bahwa doa merupakan sesuatu yang
harus kita pelajari. Kita mudah menyerah pada godaan untuk
menjadikan doa itu semakin ruwet, karena semakin banyak orang
bergantung kepada kita untuk belajar juga mengenai bagaimana berdoa.
Tetapi, Yesus mengajarkan kita untuk datang seperti kanak-kanak yang
menemui ayahnya. Komunikasi seorang anak dengan ayahnya ditandai
dengan keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan. Keakraban antara
orang tua dan anak melapangkan tempat untuk keseriusan dan gelak
tawa. Meister Eckhart mengatakan bahwa "Jiwa akan melahirkan pribadi
jika Allah memasukkan gelak tawa ke dalamnya dan jiwa itu
mengembalikan gelak tawa itu kepada-Nya." Yesus mengajar kita agar
berdoa untuk makanan setiap hari; seorang anak kecil meminta sarapan
dengan keyakinan bahwa sarapan itu akan disiapkan. Ia tidak perlu
menyimpan sebagian sarapan hari ini karena takut bahwa besok tidak
akan ada sarapan. Seorang anak tidak merasa sukar untuk berbicara
kepada ayahnya; ia juga tidak malu membawa keperluan sekecil apa pun
untuk disampaikan kepada ayahnya.

Anak-anak mengajarkan kita tentang nilai imajinasi yang merupakan
alat yang hebat dalam pelayanan doa. Kita mungkin segan berdoa
dengan imajinasi karena merendahkan imajinasi itu. Anak-anak tidak
merasakan keengganan yang seperti itu. St. Teresa dari Avila
mengatakan, "Inilah metode doa saya karena saya tidak dapat
membayangkan sesuatu dengan akal; saya berusaha membayangkan Kristus
di dalam diri saya.... Saya melakukan banyak hal yang sederhana
seperti ini ... Saya percaya jiwa saya memperoleh banyak keuntungan
dengan cara ini, sebab saya mulai mempraktikkan doa tanpa
mengetahuinya." Dalam "Saint Joan", karangan George Bernard Shaw,
Jeanne d' Arc menyatakan bahwa ia telah mendengarkan suara-suara
yang berasal dari Allah. Orang-orang skeptis mengatakan kepadanya
bahwa suara itu berasal dari imajinasinya. Tanpa terpengaruh sedikit
pun Jeanne menjawab, "Ya, memang begitulah Allah berbicara kepada
saya." Imajinasi membuka pintu menuju iman. Jika kita bisa "melihat
dengan imajinasi bahwa suatu pernikahan yang berantakan akan
dipulihkan kembali atau orang yang sakit akan disembuhkan, kita akan
percaya bahwa itu akan terjadi tidak lama lagi. Anak-anak cepat
memahami hal-hal ini dan mereka menanggapi doa dengan imajinasi itu
dengan baik.

Pada saat saya diundang ke suatu rumah untuk mendoakan seorang bayi
perempuan, Juli, yang sakit parah. Kakak laki-laki bayi itu, yang
sudah berumur 4 tahun, berada di dalam ruangan itu. Saya mengatakan
kepadanya bahwa saya memerlukan pertolongannya untuk mendoakan
adiknya. Ia senang sekali -- saya juga demikian -- karena mengetahui
bahwa anak-anak sering bisa berdoa dengan sangat efektif. Ia naik ke
kursi di samping saya. "Mari kita mengadakan pertunjukan," kata saya
"sebab kita mengetahui bahwa Yesus selalu menyertai kita. Mari kita
bayangkan bahwa Yesus sedang duduk di kursi itu di seberang kita."
Ia menunggu dengan sabar sampai kita memusatkan perhatian
kepada-Nya. "Pada saat kita memandang Tuhan Yesus, kita mulai lebih
banyak memikirkan cinta-Nya alih-alih penyakit Juli. Ia tersenyum,
berdiri, dan menghampiri kita. Pada saat itu, kita berdua meletakkan
tangan kita ke atas Juli dan pada saat kita melakukannya, Yesus akan
meletakkan tangan-Nya di atas tangan-tangan kita. Kita akan melihat
dan membayangkan bahwa terang Yesus sedang mengalir masuk ke dalam
tubuh adikmu dan menyembuhkan dia. Kita membayangkan bahwa terang
Kristus sedang berperang melawan kuman penyakit yang jahat itu
sampai semuanya hilang!" Anak kecil itu mengangguk dengan serius.
Kami berdoa bersama-sama, kemudian mengucap syukur kepada Tuhan
bahwa apa yang kami "lihat" itu pasti akan terjadi. Ternyata,
tindakan kami berdampak menggembirakan. Juli sudah sembuh pada
keesokan harinya.

Anak-anak yang mengalami banyak kesulitan di sekolah akan mudah
menanggapi doa. Seorang teman saya yang mengajar anak-anak cacat
mental memutuskan untuk mulai mendoakan mereka. Tentu saja, ia tidak
memberitahu anak-anak itu apa yang ia sedang lakukan; ia
melakukannya saja. Pada saat seorang anak merangkak ke bawah mejanya
dan berbaring meringkuk, teman saya akan mengangkat anak itu lalu
mendoakan dia di dalam hatinya agar terang dan hidup Kristus
menyembuhkan anak itu dari kesedihan dan perasaan membenci diri
sendiri. Untuk tidak mempermalukan anak itu, guru ini berdoa dengan
berjalan ke sekeliling ruangan sambil melanjutkan tugasnya seperti
biasa. Tidak lama kemudian, ketegangan pada diri anak itu sudah
mengendur dan ia segera duduk kembali di kursinya. Teman saya
kadang-kadang bertanya kepada anak itu apakah ia pernah teringat
mengenai rasanya jika memenangi pertandingan. Jika anak itu menjawab
"ya", ia didorong untuk membayangkan dirinya sedang melewati garis
akhir diiringi sorak-sorai semua kawan-kawan yang mengasihinya.
Dengan cara ini, anak itu dapat berdoa bersama gurunya dan
mengokohkan perasaan menerima dirinya sendiri. Pada akhir tahun
pelajaran itu, setiap anak, kecuali dua orang, dapat kembali ke
sekolah biasa. Apakah itu suatu kejadian kebetulan? Itu mungkin
saja, tetapi seperti kata Uskup Agung William Temple, bahwa
kejadian-kejadian yang seolah tampak kebetulan sering terjadi pada
saat dia berdoa.

Pendeta dan kebaktian-kebaktian di gereja saudara selalu perlu
didoakan. Paulus berdoa bagi umat Tuhan; ia meminta agar jemaat
mendoakan dia. C.H. Spurgeon mengatakan bahwa keberhasilannya
disebabkan doa jemaatnya. Frank Laubach mengatakan kepada
orang-orang yang menghadiri kebaktian-kebaktiannya, "Saya sangat
peka dan mengetahui apakah Anda mendoakan saya. Jika seseorang tidak
mendoakan saya, saya dapat merasakannya. Jika Anda mendoakan saya,
saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Jika setiap orang di dalam
gereja sungguh-sungguh berdoa ketika sang pendeta sedang berkhotbah,
mukjizat pasti terjadi." Penuhilah kebaktian ibadah dengan doa-doa
Saudara. Bayangkan hadirat Tuhan di takhta yang tinggi hadir
memenuhi ruangan kebaktian itu.

Berbagai penyimpangan seksual dapat didoakan dengan penuh keyakinan
bahwa suatu perubahan abadi sungguh akan terjadi. Seks tampak
seperti sungai -- seks itu baik dan menjadi berkat jika tetap berada
di dalam salurannya. Sungai yang meluap di kedua sisinya amat
berbahaya. Demikian juga, penyalahgunaan gairah seks. Apakah
batas-batas untuk seks yang diciptakan Tuhan? Seorang lelaki dan
seorang wanita di dalam satu ikatan pernikahan seumur hidup. Pada
saat mendoakan seseorang yang bermasalah di bidang seks, bayangkan
saja sebuah sungai yang sedang meluap di kedua sisinya. Kemudian,
mintalah Tuhan mengembalikan aliran air itu ke salurannya. Anak-anak
Anda sendiri dapat dan harus berubah melalui doa-doa Saudara.
Doakanlah mereka pada siang hari ketika mereka ikut mengambil bagian
dalam doa itu; doakanlah mereka pada malam hari ketika mereka sedang
tidur. Salah satu pendekatan yang menyenangkan ialah masuklah ke
kamar tidur dengan tenang dan tumpangkan tangan Anda di atas anak
itu.

Bayangkan terang Kristus sedang mengalir melalui tangan Anda dan
menyembuhkan anak Anda dari setiap trauma emosi dan rasa sakit hati
sepanjang hari itu. Penuhilah mereka dengan sukacita dan damai
Tuhan. Anak sangat peka terhadap doa tatkala ia sedang tidur, karena
ketika ia sedang terjaga (sadar), alam sadarnya cenderung membangun
rintangan yang menghalangi pengaruh Allah yang lemah lembut. Sebagai
seorang imam Kristus, Anda memunyai pelayanan yang sangat baik
ketika menggendong anak-anak kecil dan memberkati mereka. Alkitab
menceritakan bagaimana para orang tua membawa anak-anak mereka
kepada Yesus. Mereka tidak berharap Ia akan bermain-main dengan
anak-anak itu ataupun mengajari mereka, melainkan agar Ia berkenan
menumpangkan tangan-Nya ke atas mereka dan memberkati mereka (Markus
10:13-16). Ia telah memberikan Anda kemampuan untuk bertindak sama.
Berbahagialah anak-anak yang diberkati oleh orang-orang dewasa yang
paham mengenai bagaimana memberi berkat!

Frank Laubach sudah mengembangkan gagasan "sekilas doa" yang sangat
bagus di dalam bukunya tentang doa. Ia sudah belajar untuk hidup
dengan cara sedemikian rupa sehingga "melihat seseorang berarti
bersedia mendoakan orang itu! Pada saat mendengar suara orang,
misalnya suara percakapan anak-anak, suara teriakan anak laki-laki,
itu mungkin berarti saat untuk berdoa!" Naikkanlah sekilas doa yang
sungguh-sungguh bagi orang-orang itu -- hasilnya bisa menarik dan
merupakan sukacita khusus. Saya telah mencobanya. Saya sudah memohon
di dalam hati agar sukacita Tuhan dan kesadaran akan kehadiran-Nya
semakin bertumbuh di dalam hati setiap orang yang saya jumpai.
Kadang-kadang, orang-orang itu tidak tampak menunjukkan tanggapan,
tetapi pada saat lainnya mereka berpaling dan seolah-olah tersenyum
menyapa. Ketika kita sedang menumpang sebuah bus atau pesawat
terbang kita dapat membayangkan Yesus sedang berjalan di antara
deretan kursi-kursi itu sambil menyentuh bahu-bahu mereka dan Ia
berkata, "Aku mengasihimu. Aku ingin sekali mengampuni engkau dan
memberikan semua perkara yang baik kepadamu. Engkau memunyai
sifat-sifat baik yang belum berkembang. Aku ingin mengembangkan
sifat-sifat itu jika engkau setujui. Aku ingin sekali memerintah di
dalam hidupmu jika engkau perbolehkan."

Frank Laubach telah menyatakan bahwa jika beribu-ribu orang percaya
mencoba menaikkan sekilas doa untuk setiap orang yang kita jumpai
dan saling berbagi hasil-hasilnya, kita bisa belajar banyak tentang
bagaimana berdoa bagi orang-orang lain. Kita dapat mengubah keadaan
suatu bangsa jika beribu-ribu orang percaya terus-menerus menaungi
setiap orang di sekitar kita dengan doa. "Unit-unit doa yang
bersatu, bagaikan tetesan-tetesan air, membentuk samudera yang mampu
menghadapi perlawanan." Jangan sekali-kali menunggu sampai kita
merasa ingin berdoa sebelum kita berdoa bagi orang-orang lain. Doa
itu bagaikan satu pekerjaan lain; kita mungkin saja tidak ingin
bekerja, tetapi setelah kita memulainya sedikit demi sedikit, kita
akan mulai ingin bekerja. Kita mungkin saja tidak ingin berlatih
piano, tetapi setelah kita bermain sebentar, kita akan suka berlatih
kembali. Dengan cara yang sama, otot-otot doa kita perlu agak
dikendurkan dan jika aliran darah doa syafaat sudah mengalir, kita
akan merasa ingin berdoa.

Kita tidak perlu cemas bahwa doa akan terlalu banyak menghabiskan
waktu kita, sebab "ini tidak memakan waktu, melainkan mengisi semua
waktu kita". Kita tidak berdoa setelah bekerja, melainkan berdoa
seiring bekerja. Semua pekerjaan kita didahului, diliputi, dan
disusul dengan doa. Doa berpadu dengan perbuatan. Thomas Kelly
mengalami cara hidup ini: "Ada cara untuk mengatur kehidupan mental
kita pada lebih dari satu tingkatan sekaligus. Pada satu tingkatan
kita mungkin berpikir, berdiskusi, melihat, menghitung, dan memenuhi
semua tuntutan yang menyangkut urusan lahiriah. Tetapi, jauh di
kedalaman hati, di balik semua yang tampak, pada tingkatan yang
lebih mendalam, kita mungkin juga sedang berdoa dan menyembah,
menyanyi dan memuja, dan membuka diri terhadap apa pun yang Allah
akan berikan." Begitu banyak perkara perlu kita pelajari, perjalanan
yang harus kita tempuh masih jauh. Uskup Agung Tait telah
mengungkapkan kerinduan hati kita yang sesungguhnya demikian, "Saya
merindukan kehidupan doa yang lebih baik, lebih mendalam, dan lebih
bersungguh-sungguh."

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Tertib Rohani
Judul buku asli: Celebration of Discipline
Judul artikel: Disiplin Doa
Penulis: Richard J. Foster
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1990
Halaman: 54 -- 71

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Ketika Yesus Mengetuk Pintu


Di Oxford, Inggris ada sebuah kapel, yang di depan altarnya tergantung
sebuah lukisan yang sangat terkenal di dunia, The Light of the World karya
Holman Hunt. Banyak orang telah melihat lukisan ini, namun sangat sedikit
yang mempelajari arti dari lukisan ini. Lukisan ini menggambarkan Yesus
dalam kepenuhannya sedang memegang lentera di tangannya berdiri di depan
pintu tanpa palang di luar, jalan menuju tempat itu di penuhi rumput-rumput
liar. Inspirasi dari lukisan ini berasal dari Wahyu 3:20: "Lihat, Aku
berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." Sewaktu Yesus
mengetuk pintu, ekresi wajah-Nya sangat berkesan, Ia tahu pasti siapa yang
ada di balik pintu tersebut. Yesus sangat berharap untuk masuk. Lentera
melambangkan hati nurani; wajah lembut Tuhan memancarkan cahaya yang sulit
dijelaskan. Ada kecermelangan yang tampaknya muncul dari kepribadian-Nya.
Hati nurani adalah titik hubungan; kehadiranNya adalah Cahaya yang berdiam
yang menyingkapkan apa itu baik dan jahat. Tuhan tahu apa yang menjadi
pergumulan kita, dan Ia rindu untuk menolong kita, itu sebabnya Yesus
mengetuk pintu hati kita. Ia tahu kelemahan kita, dan apa yang menjadi
masalah terbesar dalam hidup kita, itu sebabnya Ia datang untuk memberikan
kekuatan supaya kita menjadi penakluk dan pemenang atas permasalahan dan
pergumulan kita. Pertanyaannya saat ini, seperti yang tergambar dalam
lukisan tersebut. Pintu itu hanya bisa di buka dari dalam. Yesus bukanlah
tipe orang yang mendobrak pintu rumah orang lain. Dia mengetuk dengan sopan
dan lembut. Kini, bersediakah Anda membukakan pintu baginya, agar Ia masuk
dan menerangi hidup Anda dengan kemuliaan-Nya? Keputusannya ada ditangan Anda.


Sumber: I, Isaac, take Thee Rebekah; Ravi Zacharias;Pionir
Jaya/jawaban.com

///////////////////////////////////////////
Berenang Bersama Allah

2

Rachel dan Jim memiliki sebuah bangunan yang dikomersialkan. Setengah dari
bangunan itu digunakan oleh Jim untuk praktek dokter giginya. Selama 15
tahun mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyewakan setengah bagian
yang lain. Mereka menggunakan pendapatan ekstra tersebut untuk membayar
tagihan listrik, air, telepon, dan sebagainya. Namun, kini mereka tidak
lagi mendapat penyewa baru. Agen real estat berkata, "Sementara ini,
lupakan iklan. Mutlak, tidak akan ada penyewa."
Untuk meringankan kekhawatirannya dalam hal keuangan, Rachel berenang
bolak-balik di kolam milik YMCA setempat. Suatu hari saat dia merasa cemas
luar biasa, dia memutuskan untuk berdoa sambil berenang dengan menggunakan
alfabet sebagai pencatat putaran. Dia berfokus pada kata-kata sifat untuk
menggambarkan karakter Tuhan. Dia mulai dengan huruf A. "You are the
Almighty God (Engkau adalah Tuhan Mahabesar), doanya pada putaran
pertama. "A benevolent God, a beautiful God (Tuhan Mahabaik, Tuhan yang
manis." Doanya pada putaran berikutnya, dan kemudian," You are a caring,
creative, can - do God (Engkau Tuhan Pengasih, kreatif dan mampu melakukan
segala sesuatu." Pada putaran yang ke- 26, satu jam telah berlalu. Dan,
ketakutannya pun sudah hilang. Dia tahu bahwa Tuhan akan menyediakan. Tak
lama kemudian, seorang ahli terapi fisik datang menemuinya dan mengatakan
bahwa dia membaca papan "Disewakan" tergantung di jendela. Dia ingin
melihat tempat tersebut. Ternyata, itulah tempat yang memang diinginkannya.
Jadi dia dan rekannya menyewa ruangan tersebut. Rachel tetap berdoa setiap
kali berenang. "Bagaimanapun juga," katanya, "Saya telah menemukan kebaikan
Tuhan dari A hingga Z!" Jadi kebaikan Tuhan itu dari A-Z, ada semua. Dan
semuanya itu ada dalam kehidupan kita, karena Tuhan tidak pernah melepaskan
kita dan ada bersama kita senantiasa.


Sumber: generasi minyak
anggur/lh3/jawaban.com


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Rabu, 07 April 2010

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18)

"Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya" (Yoh 20:11-18),


• Orang yang saling mengasihi pada umumnya saling menyapa dengan singkat nama panggilan hariannya, dan sapaan itu sungguh bermakna. Begitulah sapaan Yesus yang bangkit terhadap Maria Magdalena, yang menyapa "Maria", dan Maria Magdalena pun menjawab "Rabuni". Dengan sapaan mesra penuh kasih tersebut Maria Magdalena percaya bahwa Yesus telah bangkit dari mati, dan ia pun dengan cepat dan gembira melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yesus agar ia mengatakan apa yang dilihat dan didengarkannya kepada para murid atau saudara-saudara Yesus. Kepada para murid pun Maria Magdalena berkata dengan singkat "Aku telah melihat Tuhan". Kita semua dipanggil untuk meneladan Maria Magdalena, yang peka akan sapaan Tuhan serta dengan gembira mensharingkan apa yang telah didengarkan dan dilihatnya, yaitu karya-karya Tuhan. Maka marilah kita membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap aneka macam sapaan kasih Tuhan, yang antara lain melalui saudara-saudari kita, yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Dengan kata lain marilah kita lihat dan imani karya Tuhan dalam saudara-saudari kita, dan kemudian kita sharingkan apa yang kita lihat tersebut kepada saudara-saudari kita yang lain. Karya-karya Tuhan dalam diri kita dan saudara-saudari kita antara lain menggejala dalam perbuatan-perbuatan maupun kehendak baik. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana, termasuk di tempat atau lingkungan hidup yang amburadul, kurang teratur atau kacau balau, maka marilah kita lihat kehadiran dan karyaNya dalam ketidak-teraturan atau kekacauan tersebut, dan kemudian kita ceriterakan kepada mereka yang takut dan gentar menghadapi ketidak-teraturan dan kekacauan tersebut agar mereka berani memasuki dan mengatasinya.
• "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa" (Kis 2:41). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka melaksanakan karya pewartaan. Petrus menceriterakan apa yang dilihatnya dan diimaninya alias yang dihayatinya dengan penuh keyakinan dan percaya diri, sehingga apa yang dikatakan menyentuh hati para pendengarnya dan mereka bertobat atau menggabungkan diri pada Petrus dan murid-murid yang lain. Baiklah kita meneladan Petrus tersebut, maka marilah kita senantiasa berkata-kata perihal apa yang sungguh kita lihat, alami atau hayati alias jujur apa adanya, tidak berbohong atau menipu. Secara khusus kami mengingatkan atau menghimbau para guru agama/katekis atau pengkotbah: hendaknya sungguh mempersiapkan diri, sehingga apa yang akan diajarkan atau dikotbahkan sungguh mengesan dan menyentuh hati para pendengar. Hendaknya para katekis/guru agama dan pengkotbah juga dapat menjadi saksi iman, menghayati apa yang diajarkan atau dikotbahkan. Karena tugas karya pewartaan menjadi tugas kita semua, orang beriman, maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar cara berkata-kata atau berkomunikasi kita dimanapun dan kapanpun mengesan dan menyentuh hati orang untuk bertobat atau memperbaiki atau membaharui diri, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya jauhkan aneka bentuk paksaan dalam rangka melaksanakan tugas karya pewartaan; bentuk pewartaan yang utama dan pertama-tama adalah kesaksian atau keteladanan hiduo beriman.

"Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu" (Mzm 33:18-20.22)

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com