Rencana kedatangan kedua orang tuanya ke Jakarta sudah lama Edison tunggu.
Minggu itu, Edison dengan semangat menyelesaikan pekerjaaannya. "Tidak
ada firasat apa-apa, semuanya berjalan seperti biasa saja. Tidak ada
tanda-tanda juga," kata Edison memulai kesaksiannya. Sampai sebuah kabar
datang dari abang sepupunya yang tinggal di Cililitan, Jakarta. Tidak
terlintas sedikit pun dipikirannya kabar apa yang akan dia dengar
berikutnya. Abangnya memberitahu bahwa papa mamanya sudah pergi'. Edison
mengira jika orang tuanya sudah pergi ke Jakarta tetapi ketika diberitahu
bahwa papa mamanya telah meninggal karena dibunuh, Edison langsung tidak
sadarkan diri. Tak percaya dengan apa yang dia dengar, Edison kembali
menghubungi saudaranya itu. Tapi betapa terkejutnya Edison, saat dia
mendengar penyebab kematian orang tuanya. Abangnya bercerita bahwa papa
mamanya dibunuh dengan cara yang sangat sadis. Ketika mendengar hal
tersebut, Edison pingsan kembali. "Sebentar sadar, pingsan lagi, sebentar
sadar, pingsan lagi, sampai beberapa kali. Ketika saya melihat suami saya,
sebagai istri saya kasihan sekali. Namanya kehilangan kedua orang tua kalo
karena penyakit mungkin kita bisa terima tetapi ini karena dibunuh dan
dianiaya, pasti semua orang tidak akan bisa terima jika hal itu terjadi,"
Nitisa Laoli, istri Edison, mengisahkan. Tanpa berpikir panjang Edison
segera berangkat ke Nias. Namun semakin dia dekat dengan kampung
halamannya, emosi Edison semakin kacau. "Saya sangat shock. Pada saat di
atas kapal itu, seolah-olah ada suara yang berbisik di dalam diri saya.
Biasanya kalau Edison itu pulang, setiap tahunnya disambut dengan keluarga,
ketemu orang tua-mama dan papa. Tapi nanti kalau kamu pulang yang kamu
temui adalah mayat orang tuamu. Saya berpikir buat apalagi Edison pulang,
buat apalagi Edison hidup. Kamu sendirian karena kamu anak tunggal," ujar
Edison. Bisikan itu dengan cepat merasuki pikirannya, pelan-pelan tubuh
Edison bergerak di luar akal sehatnya. "Saya punya niat untuk bunuh diri,
terjun ke laut. Tetapi saat itu tiba-tiba bayangan istri dan anak saya
terlintas. Di situ saya sadar kembali, rupanya saya tidak sendiri masih ada
tanggung jawab karena saya memiliki istri dan anak," ungkap Edison.
Sehingga Edison mengurungkan niatnya dan mulai menangis sampai-sampai orang
di sekitarnya bertanya-tanya kepadanya. Setelah menunggu satu malam,
akhirnya dia tiba di rumah orang tuanya. Hatinya mulai bergejolak saat dia
menginjak rumah yang menjadi saksi bisu kematian orang tuanya. "Sampai di
depan pintu, saya langsung jatuh pingsan di sana. Setelah saya sadar
kembali, baru mereka mengijinkan saya masuk melihat mayat papa dan mama
yang sudah tergeletak di sekitar dapur. Mayat mereka itu belum diapa-apain,
sudah bau dan membusuk karena tidak ada keluarga yang mau mengurusnya,"
kisah Edison. Pemandangan mengerikan itu terpampang dihadapannya
seakan-akan kejadian naas itu dapat dia lihat dengan jelas. "Menurut
kepolisian, malam Sabtu itu papa dan mama sedang persiapan untuk makan
malam. Mungkin karena melawan mereka, papa dan mama dibunuh. Saat itu yang
menjadi tersangka ada tujuh orang," terang Edison. Peristiwa itu bagaikan
pukulan keras yang menyisakan rasa sakit yang luar biasa. Bahkan saat kedua
orang tuanya akan dimakamkan, Edison menjadi sangat histeris. Dalam
pikirannya terlintas keinginan untuk balas dendam kepada pelaku dan
melakukan hal yang sama kepada mereka hal yang sama seperti yang mereka
lakukan kepada orang tuanya. Tak lama kasus ini mendapat titik terang.
Satu nama yang tidak pernah diduga sebelumnya dijadikan sebagai tersangka
utama. Ternyata pelakunya tidak jauh-jauh yaitu keluarganya sendiri. Edison
berkata kepada saudaranya itu jika benar dia pelakunya sebaiknya dia
mengakuinya supaya Edison bisa maafkan dan memberi tahu polisi supaya
membebaskannya. Ketika Edison bertanya seperti itu saudaranya menjadi
histeris, menangis, minta ampun dan mengakui bahwa dia adalah pelaku
pembunuhan itu. Tentu saja Edison sangat terpukul mendengar pengakuan
itu, dia tidak pernah menyangka saudaranya sendiri adalah dalang pembunuhan
itu. Edison merasa tidak bisa berbuat apa-apa, seolah-olah ada sesuatu yang
membuatnya tidak berbuat sesuatu atau memukul saudaranya itu. Dia hanya
memandangi saudaranya itu dan termenung meskipun polisi memberikan waktu
untuk melampiaskan kemarahannya. Meski bertentangan dengan bathinnya
Edison tetap berusaha menahan emosinya. "Tetapi saya katakan kepada
polisi, kalau bisa dibebaskan saja dia karena mama papa saya tidak bisa
kembali," kata Edison. Setelah hari itu, Edison langsung kembali ke
Jakarta. Baru kali ini dia merasa benar-benar sendiri. Baginya tidak ada
yang lebih penting dari pada meratapi kematian kedua orang
tuanya. "Setiap hari Jum'at, bayangan-bayangan mereka lewat. Seolah-olah
dibilang mimpi tapi bukan mimpi. Karena pada dasarnya, saya ingin bertemu
dengan mereka. Saya merasa kehilangan perhatian mereka dan yang membuat
saya kecewa karena saya tidak sempat berbuat sesuatu untuk menyenangkan
mereka," kisah Edison "Karena dukanya yang begitu dalam, saya melihat dia
selalu melamun dan menangis. Itu saja yang dilakukannya selama kurang lebih
tiga bulan," terang Nitisa. Peristiwa mengenaskan itu menjadi trauma tak
terlupakan yang menguncang kesadaran Edison. Hal-hal diluar kendalinya pun
mulai terjadi. "Pernah suatu kali, pada malam hari, dia teringat orang
tuanya dan saat itu saya sedang tidur. Kira-kira pukul satu sampai dua
malam, dia buka pintu. Ketika dia akan membuka pintu pagar, saya sadar dan
terbangun. Waktu saya tegur, dia berkata, Saya mau ambil foto-foto yang
dari Nias yang dicuci di tempat foto.' Saya bilang foto-foto itukan sudah
ada. Akhirnya dia masuk ke kamar dan menangis sampai agak lama," Nitisa
menceritakan kejadian tersebut. Edison seperti bukan dirinya lagi,
emosinya labil dan meledak-ledak. Tanpa sadar dia mulai menyakiti orang
yang disayanginya. "Kerja bawaannya males. Ada masalah sedikit saya
gampang emosi. Istri saya salah ngomong, saya tidak menerima karena tidak
seperti yang saya inginkan, pasti saya mengamuk," kata Edison. "Saya
lihat suami saya seperti itu, saya hanya bisa menangis dan berseru kepada
Tuhan kenapa suami saya seperti ini?" ungkap Nitisa. "Udah tidak ada
Tuhan-Tuhan lagi, tidak ada kerja-kerja lagi. Buat apa kerja, banting
tulang dan beraktifitas, nyawa keluarga hilang sekejap juga. Akhirnya itu
yang membuat saya malas," kata Edison menambahkan. Rasa penyesalan pun
sering menderanya ketika dia memandangi buah hatinya. "Kadang-kadang saya
sedih kalau melihat ada orang-orang yang menyayangi anak-anak saya
sementara orang tua saya tidak pernah melihat atau mengendong anak saya.
Dan itu yang membuat saya putus asa dan kecewa kepada Tuhan," kisah Edison
dengan mata berkaca-kaca. Hati Nitisa tak sanggup melihat suaminya hancur
perlahan-lahan. Dengan merendahkan diri berdoa kepada Tuhan. "Suami saya
kurang lebih tiga bulan mengalami depresi seperti itu. Dia merasa kecewa
dengan Tuhan. Saya sedih karena saya tahu Tuhan itu adalah pengharapan
kita, saya tidak mau suami saya meninggalkan Tuhan. Saya berkata kepada
Tuhan agar Tuhan menolong dan memulihkan hidupnya. Juga agar dia kembali
kepada Tuhan dan tidak merasa kecewa kepada Tuhan."ungkap Nitisa mengenang
kejadian tersebut. Doa tulus Nitisa tidak sia-sia, perlahan-lahan Edison
mulai menerima nasehat-nasehat dari sahabat-sahabatnya. "Om Joni ini yang
selalu menguatkan saya, dia mengatakan Edison kamu pasti bisa. Salah satu
firman Tuhan yang menguatkan saya yaitu Allah turut bekerja dalam segala
perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Firman
itu yang menyentuh hati saya," kisah Edison. Setelah beberapa kali
dibimbing Edison mengambil suatu tindakan yang sangat ekstrim. "Saya baru
mengerti, buat apa menyimpan dendam dan amarah karena yang akan rugi adalah
diri sendiri. Jadi saya mengambil keputusan untuk mengampuni mereka
meskipun jaraknya jauh dan tidak pernah bertemu tetapi dalam doa saya
mengampuni mereka. Saya tidak lagi menyimpan rasa dendam, rasa kecewa
terhadap mereka dan juga kepada Tuhan," kata Edison bersemangat.
Pemulihan yang Tuhan berikan, berdampak besar dalam perubahan hidup Edison
bahkan keluarganya. "Yang tadinya suka bertengkar sama istri, sekarang
setelah dipulihkan kasih sayang sama istri lebih nyata. Semakin hari
semakin bahagia keluarga kami. Yang tadinya saya sedih kalau ingat orang
tua, tapi setelah Tuhan pulihkan saya katakan ada yang lebih dari orang tua
adalah istri dan dua orang anak yang Tuhan berikan kepada saya," Edison
mengatakannya dengan muka yang mulai cerah. "Saya melihat perubahan di
wajahnya, dia mulai segar kembali. Kalau bukan karena Tuhan, dia tidak ada
pada hari ini," ungkap Nitisa. "Kita tidak bersama dengan orang tua tapi
Tuhan selalu bersama kita. Kalau orang yang kita kasihi meninggalkan kita
tapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita," Edison mengatakan hal ini untuk
mengakhiri kesaksiannya.
Sumber Kesaksian: Edison & Nitisa
Laoli/jawaban.com
///////////////////////////////////////////
Cinta Yang Terbagi
Pada tahun 1980 Sulaiman terlibat penganiayaan seorang pengusaha dari
Medan. Karena diselimuti rasa takut dan berniat untuk menghilangkan
jejaknya, Sulaiman pun lari ke Jakarta dari Sumatera Utara. Sesampainya di
Jakarta Sulaiman bertemu dengan seorang gadis di gereja dan ia suka
kepadanya. Hubungan mereka semakin dekat dan mereka pun sepakat untuk
membawa hubungan tersebut ke dalam pernikahan yang resmi. Akan tetapi
keberuntungan tidak memihak kepada Sulaiman sejauh itu. Pihak keluarga dari
perempuan tidak setuju karena melihat latar belakang Sulaiman yang tidak
jelas. Akibat membawa lari kekasihnya dan tinggal di rumah seorang
penatua gereja, Sulaiman menerima surat panggilan dari pihak kepolisian. Ia
dituduh telah melanggar KUHP pasal 332. Yaitu tentang kawin lari. Sulaiman
pun disidang pada tahun 1983 dan harus mendekam selama 2 tahun di dalam sel
lembaga permasyarakatan kelas 1 Cipinang, Jakarta. Bertemu Pinta Sesudah
Dibebaskan Dari Penjara Tepatnya 17 Agustus 1985, Sulaiman mendapat
remisi tahanan dan ia bisa keluar dari LP Cipinang dan pulang ke Medan.
Saat itu ia bertekad untuk berubah dan menjalani hidup yang benar. Beberapa
hari setelah ia kembali ke Medan, Sulaiman bertemu dengan seorang gadis
muda dan cantik ketika ia sedang bermain ke rumah pamannya. Namanya Pinta.
Gadis itu adalah salah satu anak kost yang tinggal di rumah pamannya.
Pertemuan Sulaiman dengan Pinta ternyata menciptakan sebuah rasa
ketertarikan dalam diri mereka. Hari-hari selanjutnya Sulaiman gunakan
untuk melakukan pendekatan kepada Pinta. Cinta Sulaiman tidak bertepuk
sebelah tangan. Pinta menerima dirinya untuk menjalin hubungan kasih. Namun
sebelum hubungan mereka berlanjut ke jenjang pernikahan, Pinta sudah hamil
terlebih dulu akibat cara berpacaran mereka yang terlewat batas. Pernikahan
yang awalnya ditentang oleh orang tua pun akhirnya terpaksa dilaksanakan.
Mereka menikah di daerah Tanah Karo, kecamatan Munte dan tinggal bersama
orang tua Sulaiman. Perjalanan Karir Sulaiman Menuju Puncak
Keberhasilan Sulaiman bekerja sebagai seorang sopir angkot ketika ia baru
menikah dengan Pinta. Tidak pernah ia sangka bahwa wanita janda pemilik
mobil angkotnya ternyata menaruh hati kepada Sulaiman. Dengan keputusan
bulat Sulaiman meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lain.
Ia memberanikan diri membuka usaha bengkel sepeda motor dan tambal ban.
Pada waktu itu istrinya sedang mengandung anak mereka yang pertama. Pada
tahun 1989 Sulaiman beserta istrinya pindah dari rumah orang tuanya dan
tinggal di sebuah rumah kontrakan. Sulaiman menutup usaha bengkelnya karena
ia mulai bekerja di sebuah hotel melati yang bernama Hotel Intan di daerah
Padang Bulan. Posisi yang ia pegang pun kian meningkat hingga sampai ke
posisi manager hotel. Awal Perselingkuhan Terjadi Pada suatu hari,
seorang karyawan hotel melapor kepada Sulaiman bahwa ada seorang gadis yang
tidak mau keluar dari kamar, padahal ia tidak mempunyai uang lagi untuk
membayar biaya sewa kamar hotel. Gadis berumur 18 tahun itu pun dibawa ke
ruangan Sulaiman. "Dia ditinggal di hotel bersama seorang pengusaha di
Medan. Dia mengutarakan bahwa dia lari dari rumah," cerita Sulaiman. Bujuk
rayu iblis mulai merasuki pikiran Sulaiman. Ia mengajak wanita itu pulang
ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Sulaiman bercerita kepada istrinya bahwa
gadis itu adalah seorang anak yang hendak dijual oleh orang tuanya. Pinta
pun percaya dan setuju untuk memelihara anak itu sebagai anak angkat. Akan
tetapi tanpa sepengetahuan Pinta, Sulaiman berselingkuh dengan gadis
itu. "Jadi setiap kali saya hendak berhubungan intim, saya ajak dia keluar.
Dia itu pemuas nafsu saya yang sebenarnya," ujar Sulaiman. "Istri saya juga
cukup memuaskan, tetapi seperti makan daun ubi kadang-kadang ingin makan
daun kangkung juga." Kecurigaan Pinta mulai timbul setelah beberapa bulan
gadis itu tinggal di rumahnya. "Saat mereka sedang ngobrol, tanpa sengaja
saya lihat kakinya sedang main di bawah meja. Tapi saya tidak berani
menanyakannya kepada suami saya," ujar Pinta. Kecurigaan Pinta sudah
berbulan-bulan ia pendam. Hingga pada suatu hari Pinta mulai memberanikan
diri bertanya kepada suaminya mengenai gadis tersebut, namun perlakuan
kasar yang ia terima. Sulaiman menamparnya hingga ia terjatuh dan ketika
Pinta hendak lari, Sulaiman menjambak rambut Pinta sambil menyeretnya di
bawah lantai. Padahal Pinta tidak pernah diperlakukan seperti itu
sebelumnya. Satu tahun lamanya gadis itu tinggal bersama Pinta dan
Sulaiman. Setelah itu Sulaiman membawa gadis itu tinggal di rumah orang
tuanya tanpa diketahui oleh Pinta. Di sana hubungan perselingkuhan mereka
semakin menjadi-jadi. Terlibat Dengan Pergaulan Malam Tahun 1993
merupakan tahun kelimpahan dalam hidup Sulaiman. Ia sukses membuat hotel
yang dikelolanya mengeruk banyak keuntungan. Mulai dari mobil, uang dan
kartu nama untuk pemotongan 30% di seluruh diskotik di kota Medan ia
dapati. Namun kekayaan tersebut malah membuatnya hidup jauh dari Tuhan.
Hampir setiap malam Sulaiman keluar masuk diskotik, minum minuman keras,
mengonsumsi inex dan ganja. Kehidupan yang mewah ternyata malah membuat
efek buruk dalam diri Sulaiman. "Saya gampang emosi, temperamen saya sangat
tinggi. Saya selalu menyepelekan orang lain, sombong dan pikiran saya hanya
uang-uang dan uang saja," ujar Sulaiman. "Sejak saya mengenal diskotik,
saya jadi sering pulang malam dan dalam keadaan mabuk. Kalau sudah begitu
istri saya selalu menjadi sasaran kemarahan saya." Sampai istrinya
melahirkan anak yang kedua, perilaku Sulaiman tidak juga berubah.
Menghamili Seorang Wanita Penyanyi Pub Hampir setiap malam ia membawa
selingkuhannya keluar masuk diskotik. Hingga pada suatu kali ia merenggut
keperawanan seorang penyanyi pub. Bahkan ia sampai hamil. Sulaiman pun
menikahi wanita yang berbeda agama dengannya di bawah tangan. Kebejatan
Sulaiman tidak berhenti sampai di situ, beberapa waktu kemudian Sulaiman
kembali menjalin hubungan gelap dengan seorang janda dan penyanyi pub.
Penyanyi pub itu pun hamil dan meminta pertanggung-jawaban Sulaiman. Tapi
Sulaiman tidak mau bertanggung jawab. Ia merasa bukan hanya dia teman pria
wanita tersebut. Mereka pun sepakat mengaborsi anak yang dikandungnya dan
setelah itu si wanita jatuh sakit. Tanpa perasaan - Sulaiman menyuruh
Pinta untuk merawat wanita tersebut. Mereka tinggal bersama, bahkan tidur
seranjang bertiga di sebuah kamar hotel tempat Sulaiman
bekerja. "Sebenarnya bapak tidak mengancam saya, saya saja yang takut.
Karena di mobilnya sering ada parang, clurit dan pisau," ujar Pinta. Karena
tidak tahan dengan ancaman dari Sulaiman dan wanita-wanita selingkuhan
suaminya, Pinta pun lari ke gereja untuk berdoa. Sulaiman mencari Pinta dan
mengancam seluruh keluarga istrinya. Tanpa dia ketahui bahwa Pinta sedang
berada di gereja dan tinggal di sana selama 2 hari. "Saya tahu dalam
pemrosesan ini Tuhan sedang melatih kesabaran saya. Sering kali
menyakitkan, namun saya bilang sama Tuhan, sekalipun ini menyakitkan,
Tuhan, saya mau melewati ini semua. Cuma beri saya kekuatan," ujar Pinta.
Menceraikan Istri Muda Demi Seorang Janda Kaya Kehidupan Sulaiman semakin
hancur dan liar. Kini ia memiliki 2 istri dan masih berselingkuh dengan
seorang janda kaya. Janda inilah yang sering memberi uang banyak kepada
Sulaiman. Anak-anak dan istrinya ditelantarkan begitu saja. Pada tahun 2000
Sulaiman menceraikan istri mudanya namun tetap menjalin hubungan serius dan
intim dengan si janda kaya. Menurut Sulaiman janda itu banyak mendukung dan
sangat perhatian kepadanya. Pinta pun kembali ke kampung halamannya setelah
kabur dan menginap di rumah sahabatnya selama beberapa hari. Sulaiman
Sakit Parah Memasuki bulan Juni 2002 Sulaiman jatuh sakit dan ia langsung
dilarikan ke rumah sakit karena muntah darah. Setelah dilakukan
pemeriksaan, ternyata penyakitnya cukup parah dan komplikasi sehingga ia
harus lama dirawat. Karena sering meminum minuman keras, keluar malam dan
mengonsumsi obat-obatan, kini tubuh Sulaiman harus menanggung akibatnya.
Mendengar bahwa suaminya sakit parah, Pinta pun bergegas menuju ke rumah
sakit dan menjenguk Sulaiman. Namun kenyataan yang menyakitkan kembali ia
alami. "Di sana ada perempuan yang sedang merawat bapak, bahkan dia merasa
dialah istrinya yang sah," ujar Pinta. "Saya berusaha untuk sabar meskipun
hati saya terasa teriris pada waktu itu." Janda kaya itu merawat Sulaiman
dan membiayai semua biaya perawatan rumah sakit. Setelah pulang ke rumah
- tubuh Sulaiman masih dalam kondisi lemah, sejak saat itulah ia bergantung
penuh pada obat. Sulaiman pulang dari rumah sakit bersama si janda kaya.
Karena paksaan dari saudara Sulaiman, Pinta yang tadinya berniat untuk
tidak mau menemui Sulaiman lagi akhirnya datang menjenguk suaminya. Kembali
ia melihat keberadaan si janda kaya di samping tempat tidur Sulaiman.
Dengan hati yang hancur ia memaksakan diri untuk bisa berada di dekat
Sulaiman pada waktu itu. Kembali Masuk Ke Persekutuan Gereja Karena
penyakitnya tak kunjung sembuh, Sulaiman mulai merasa takut akan kematian.
Ia teringat akan dosa-dosanya dan ia yakin bahwa jika nanti ia mati pasti
akan masuk ke dalam neraka. Sulaiman pun mulai membuka hati untuk didoakan
oleh Pinta. "Saya akan meninggalkan kebiasaan buruk saya dan melayani
Tuhan. Itulah komitmen saya kepada Tuhan," ujar Sulaiman. Kesehatan
Sulaiman mulai membaik seiring berjalannya waktu. Tahun 2003 Sulaiman
dibaptis dan mulai rajin datang ke gereja. Dua tahun kemudian orang tuanya
meninggal. Janda kaya itu datang lagi pada waktu pemakaman. "Di situlah
terakhir saya ketemu dengan dia," ujar Sulaiman. "Saya tidak mau lagi
berbagi hidup dengannya. Saya sudah lelah. Dan saya putuskan saat itu juga
bahwa tidak akan memberi kesempatan kepadanya lagi. Saya ingin benar-benar
ada di dalam Tuhan." Sulaiman mulai aktif melayani di GPDI Imamat Rajani.
Dan jamahan Tuhan yang luar biasa sangat ia rasakan ketika sedang mengikuti
Champion Gathering. Di sinilah Sulaiman benar-benar dipulihkan setelah ia
didoakan oleh seorang pendeta. Dia menyesali segala perbuatannya, dan pada
sesi selanjutnya, Sulaiman menyampaikan permohonan maafnya yang tulus
kepada sang istri. "Dia bilang, Ting, minta maaf yah... Itu adalah
panggilan sayang dia kepada saya," cerita Pinta sambil tersenyum
bahagia. "Saya terharu mendengar hal itu yang selama ini belum pernah
dikatakannya kepada saya." Di sana Pinta menangis dan dipeluk oleh
Sulaiman. Ia juga mengampuni perbuatan suaminya. Setelah itu mereka berdua
melaksanakan peneguhan nikah kembali. Dan itu membawa dampak kepada
kehidupan keluarga mereka. Sifat kasar Sulaiman sudah hilang sama sekali
dan ia semakin mencintai istri dan anak-anaknya. "Saat ini saya benar-benar
merasa bersyukur kepada Tuhan Yesus. Keluarga yang saya miliki sekarang
benar-benar bahagia oleh karena pertolongan-Nya," ujar Sulaiman menutup
kesaksiannya.
Sumber Kesaksian :
Sulaiman T. Depari/jawaban.com
__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar