Jumat, 16 April 2010

BERKAT DARI MENYENDIRI
DENGAN ALLAH


Lukas 22:39-46

Dengan banyaknya aktivitas
dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak mudah bagi kita untuk mendengar suara
Allah yang lembut, yang membisikkan jawaban atas kebutuhan-kebutuhan kita yang
paling dalam. Kita lebih mudah menerima petunjuk dan penjelasan apabila kita
bersedia menjauhkan diri sejenak dari hiruk-pikuknya kehidupan dan diam di
hadirat Allah untuk berdoa dengan tenang.

Alkitab banyak memberi
contoh tentang waktu menyendiri dengan Allah yang sangat memberkati. Namun,
contoh yang paling tak terlupakan adalah waktu Yesus menyendiri dan berdoa di
taman Getsemani. Doa Yesus ini mengungkapkan beberapa petunjuk untuk kita
mengembangkan kehidupan doa yang efektif.

Mencari kehendak Allah. Yesus tahu bahwa tujuan yang paling penting adalah
mencari kehendak Bapa. Tujuan-tujuan kita juga seharusnya sesuai dengan
kehendak Allah.

Memahami pentingnya waktu menyendiri dengan Allah. Yesus tetap berdoa, sekalipun mungkin ada orang
lain yang berdoa bagiNya. Meskipun sahabat dan keluarga kita juga mendukung
kita dalam doa, kita sendiri memiliki tanggung jawab besar untuk menyatakan
kebutuhan-kebutuhan kita secara pribadi kepada Allah.

Menantikan jawaban Allah. Hati Yesus sangat sedih dan gentar membayangkan
saat penyalibanNya yang makin mendekat, namun Dia terus berdoa sampai tiga
kali. Kita pun harus memiliki komitmen untuk tekun berdoa kepada Allah.

Mendapat penghiburan dari Allah. Yesus dihibur lewat penampakan malaikat. Bapa juga
ingin melihat kita terhibur dalam persoalan-persoalan kita, apalagi jika kita
sungguh-sungguh mencari jawabanNya atas segala permasalahan kita.

Apakah anda menyediakan
waktu untuk menyendiri dengan Allah setiap hari? Bagaimana anda akan meningkatkan
kualitas waktu menyendiri dengan Allah? Khususkanlah waktu untuk bercakap-cakap
dengan Tuhan di tempat yang tenang dan tetap dan pada waktu yang terbaik dan
teratur.

|||||| sumber: http://www.sentuhanhati.com/
||||||

Bisa
Karena Kuasa

1 Korintus 4:14-21
1 Samuel 17-18; Lukas 11:1-28

Apa
yang kita pikirkan ketika membaca kisah tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa,
Petrus, Elia, dan Gideon? Pastilah kita terkagum-kagum pada mereka. Mereka
adalah orang-orang yang melakukan hal-hal luar biasa untuk Tuhan. Biasanya
kisah mereka kerap diangkat oleh guru-guru Sekolah Minggu untuk menggambarkan
betapa hebatnya kuasa Tuhan lewat orang yang dipakai oleh-Nya. Padahal jika
kita membaca lagi di dalam Alkitab, kita akan menemukan bahwa sesungguhnya mereka
ini adalah orang-orang biasa; seperti kita. Lalu apa yang membuat mereka tampak
berbeda? Salah satunya karena mereka mengandalkan kuasa Tuhan.

Paulus
menegur jemaat di Korintus supaya mereka tahu bahwa pekerjaan Tuhan tidak
bergantung pada hebatnya sebuah pelayanan dilakukan, tetapi pada kuasa yang
menyertai pelayanan itu. Ini berkaitan dengan dikirimnya Timotius, sang hamba
Tuhan yang masih muda. Dibandingkan para pendahulunya, seperti Kefas dan
Apolos—bahkan dibanding beberapa jemaat Korintus yang memiliki berbagai
karunia, mungkin Timotius bukanlah siapa-siapa. Itulah yang membuat mereka
menjadi sombong serta meremehkan Timo­tius. Dan, Paulus mengingatkan mereka
supaya tetap menghormati Timotius, karena pelayanannya pun berdasarkan kuasa
Tuhan.

Ketika
kita terjun ke dalam pelayanan, janganlah merasa rendah diri karena kita tidak
dapat melakukan hal yang hebat seperti orang-orang yang memiliki kemampuan
khusus. Lakukanlah pelayanan sesuai dengan kemampuan unik kita. Penting juga
untuk melatih diri—mengembangkan diri di bidang masing-masing, dengan tetap
bersandar pada Tuhan, agar kuasa Tuhan bekerja melalui kita.

Melayani dengan mengandalkan kuasa
Tuhan akan memberi dampak luar biasa

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar